Jenis Kendaraan yang Terlibat Tipe Kecelakaan yang Terjadi Identifikasi Black Spot Berdasarkan Metode APW

8 4 15 27 3 8 7 24 2 2 Sedan Jeep Pick UP Mini Bus Bus Truk Tangki Sepeda Motor Sepeda Lain - lain Gambar 4.8 Jumlah Kecelakaan Berdasarkan Tingkat Kesibukan

4.2.2 Jenis Kendaraan yang Terlibat

Jenis kendaraan yang terlibat sangat bervariasi, persentase terbesar adalah mini bus 93 atau 27 dan sepeda motor 82 atau 24. Selanjutnya jumlah kendaraan yang terlibat dalam kecelakaan dapat di lihat pada Tabel 4.10 Tabel 4.10 Kendaraan Yang Terlibat Dalam Kecelakaan NO. Jenis Kendaraan Jumlah Total 2009 2010 2011 2009 2010 2011 1. Sedan 8 7 12 7 7 9 27 2. Jeep 8 2 5 7 2 4 15 3. Pick UP 11 17 23 10 16 17 51 4. Mini Bus 31 24 38 29 23 28 93 5. Bus 6 1 5 6 1 4 12 6. Truk 8 10 9 7 10 7 27 7. Tangki 6 9 10 6 9 7 25 8. Sepeda Motor 27 30 25 25 29 19 82 9. Sepeda 3 4 3 3 7 10. Lain - lain 2 1 3 2 1 2 6 Jumlah 107 104 134 100 100 100 345 Sumber : Polresta Kabupaten Karo, 2009,2010,2011 Gambar 4.9 Kendaraan Yang Terlibat Dalam Kecelakaan Tahun 2009-2011

4.2.3 Tipe Kecelakaan yang Terjadi

Kecelakaan yang terjadi melibatkan beberapa kendaraan dengan berbagai tipe kecelakaan. Tipe kecelakaan yang terjadi dapat dilihat pada Tabel 4.11. Tabel 4.11 Tipe Kecelakaan Yang Terjadi Normal Tipe Kecelakaan Jumlah 2009 2010 2011 A Kecelakaan Tunggal A Kecelakaan Sendiri 1 3 6 A Menabrak Objek Tetap 2 A Menabrak Rintangan 3 5 1 3 A Menabrak Pejalan Kaki 4 3 11 16 B Kecelakaan Ganda B Tabrak Depan Belakang 1 8 7 6 B Tabrak Depan Depan 2 3 2 4 B Tabrak Depan Samping 3 8 5 8 B Tabrak Samping Samping 4 1 C Tabrak Beruntun 24 30 45 memiliki minimal 2 key point Total 51 59 89 Sumber : Polresta Kabupaten Karo, 2009,2010,2011 Kecelakaan Sendiri Menabrak Objek Tetap Menabrak Rintangan Menabrak Pejalan Kaki Tabrak Depan Belakang Tabrak Depan Depan Tabrak Depan Samping Tabrak Samping Samping Tabrak Beruntun memiliki minimal 2 key point 2009 2010 2011 Gambar 4.10 Tipe Kecelakaan yang Tejadi Pada Tahun dari 2009 – 2011

4.2.4 Faktor Penyebab Kecelakaan

Secara umum kecelakaan dapat dikatakan terjadi akibat kumulatif beberapa faktor seperti kecelakaan pengemudi, kondisi kendaraan, cuaca, kondisi jalan dan sebagainya, namun yang tertinggi penyebab kecelakaan lalu lintas selama tahun 2009 0,0 10,0 20,0 30,0 40,0 50,0 60,0 pegemudi kendaraan jalan lingkungan 49,0 15,7 13,7 21,6 50,8 35,6 1,7 11,9 59,3 16,3 3,5 20,9 2009 2010 2011 – 2011 masih didominasi oleh pengemudi dan faktor lingkungan penyeberangan jalan atau dapat dilihat pada Tabel 4.12. Untuk mengetahui Untuk faktor penyebab kecelakaan yang paling dominan, maka dilakukan analisis Uji - t dengan menggunakan tingkat keterandalan α = 5. Adapun teknik perhitungannya dapat dilihat pada Tabel 4.13. Tabel 4.12 Kecelakaan Lalu lintas Berdasarkan Faktor Penyebab Kecelakaan No. Faktor Penyebab Jumlah 2009 2010 2011 2009 2010 2011 1. Pengemudi 25 30 51 49,0 50,8 59,3 2. Kendaraan 8 21 14 15,7 35,6 16,3 3. Jalan 7 1 3 13,7 1,7 3,5 4. Lingkungan 11 7 18 21,6 11,9 20,9 Sumber : Polresta Kabupaten Karo, 2009, 2010, 2011 Gambar 4.11 Kecelakaan Lalu lintas Berdasarkan Faktor Penyebab Kecelakaan Perhitungan Uji-t Faktor Penyebab kecelakaan pada tahun 2009 – 2011 sebagai berikut : n = Jumlah Sampel tahun X A X = Jumlah rata – rata persentase faktor pengemudi B X = Jumlah rata – rata persentase faktor kendaraan C X = Jumlah rata – rata persentase faktor jalan D = Jumlah rata – rata persentase faktor lingkungan Tabel 4.13 Perhitungan Uji – t PENGEMUDI X A χ χ rata-rata χ2 n SD Keterangan 49 53,03 0,00163 3,0 µA = µB 50,8 0,00050 59,3 0,00393 159,1 0,00605 0,055 KENDARAAN X B 15,7 22,53 0,00467 35,6 0,01707 3,0 16,3 0,00389 67,6 0,02563 0,113 JALAN X C 13,7 6,30 0,00548 µA = µC 1,7 0,00212 3,0 3,5 0,00078 18,9 0,00838 0,065 LINGKUNGAN X D 21,6 18,13 0,00120 µA = µD 11,9 0,00389 3,0 20,9 0,00077 54,4 0,00585 0,054 Dimana perhitungan χ = n ∑χ χ Α = 3 49,0 + 50,8 + 59,3 x 100 = 53,03 Jumlah rata – rata persentase faktor Pengemudi χ Β = 3 15,7 + 35,6 + 16,3 x 100 = 25,53 Jumlah rata – rata persentase faktor Kendaraan χ C = 3 13,7+ 1,7 + 3,5 x 100 = 6,30 Jumlah rata – rata persentase faktor Jalan χ D = 3 21,6 + 11,9 + 20,9 x 100 = 18,13 Jumlah rata – rata persentase faktor Lingkungan Mencari nilai χ2 χ2 = [49,0100 − 53,03100] 2 + [50,8100 − 53,03] 2 + [59,3100 − 53,03100] = 0,00163+ 0,00050 + 0,00393 2 = 0,00605 faktor pengemudi χ2 = 0,02563 faktor Kendaraan χ2 = 0,00838 faktor Jalan χ2 = 0,00585 faktor Lingkungan Menghitung Nilai Deviasi Standar SD = Deviasi Standar SD A SD = Deviasi Standar Faktor Pengemudi B = SD Deviasi Standar Faktor Kendaraan C SD = Deviasi Standar Faktor Jalan D SD P = Deviasi Standar Gabungan = Deviasi Standar Faktor Lingkungan SD = √ ∑ χ − χ 1 n – 1 2 SDA = √ 3 - 1 0,00605 = 0,055 SD B = √ 3 - 1 0,02563 SD B = 0,113 SD C = √ 3 - 1 0,00838 SD C = 0,065 SD D = √ 3 - 1 0,00585 = 0,054 Menghitung Nilai Deviasi Standar Gabungan - µA = µB SDp = n -1 SD A 2 + n -1 SD B 2 n 1 + n 2 – 2 SDp = 3 -1 0,055 2 + 3 -1 0,113 2 3 + 3 – 2 = 4 0,00605 + 0,0255 = 0,089 Maka nilai SDp Pengemudi – Kendaraan = 0,089 - µA = µC SDp = 0,0578 - µA = µD SDp = 0,055 Menghitung Nilai Uji –t : t = X 1 – X SDp 2 1 n 1 + 1 n 2 12 t = 53,03 - 25,53 0,089 1 3 + 1 3 12 t = 0,275 0,072 t = 3,78 Df = n 1 + n 2 - 2 = 3 + 3 - 2 = 4 Dari hasil perhitungan diperoleh harga t = 3,78 kemudian angka ini akan dibandingkan dengan angka pada Tabel Uji - t yang terdapat di lampiran D. Untuk mengetahui apakah hasil yang didapat signifikan, maka dilakukan uji hipotesis sebagai berikut : Ho : tidak terdapat perbedaan yang berarti antara jumlah angka kecelakaan pada grup kecelakaan pada suatu lokasi rawan dengan tipikal kecelakaan yang sejenis pada ruas jalan. Hi : terdapat perbedaan yang berarti. Apabila, t t kritis maka Ho ditolak, yang berarti H i dapat diterima, sebaliknya bila t t kritis Tabel 4.14 Hasil Uji-t Hipotesis Faktor Penyebab Kecelakaaan Tahun 2009 - 2011 maka Ho diterima. Uji Hipotesis antar faktor penyebab kecelakaan dapat dilihat pada lampiran E, dan hasil uji antar faktor penyebab kecelakan hasil hipotesa yang telah terjadi maka diperoleh hasil uji antar faktor penyebab kecelakaan, seperti pada Tabel 4.14 Hipotesis t dicari t kritis Hasil Ho Ha µA = µB µA µB 3,78 2,13 Tolak Ho µA = µC µA µC 9,94 2,13 Tolak Ho µA = µD µA µD 7,93 2,13 Tolak Ho

4. 3 Analisa Lokasi Rawan Kecelakaan black spot

Seperti yang telah dibahas pada bab sebelumnya, terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk melakukan identifikasi terhadap lokasi rawan kecelakaan. Pada penelitian ini akan digunakan 3 tiga metode yaitu : metode APW, Metode Frekuensi, dan Tingkat Kecelakaan accident rate.

4.3.1 Identifikasi Black Spot Berdasarkan Metode APW

Pada bab sebelumnya telah disebutkan bahwa terdapat suatu nilai yang menjadi batas kenormalan dari jumlah kecelakaan yang terjadi di ruas jalan. APW accident point weightage ditentukan berdasarkan nilai yang mencerminkan biaya relative kecelakaan dengan berbagai tingkat keparahan, dimana tingkat keparahan yang digunakan pada Tugas Akhir ini berdasarkan “Pedoman Operasi Accident Unit Penelitian Kecelakaan Lalu lintas ABIUUPK Tahun 2007” yang telah dijelaskan pada Bab III. Contoh perhitungannya adalah sebuah lokasi mempunyai catatan kecelakaan yang dilaporkan dengan 2 orang korban MD, 7 orang LB, 10 orang LR, dan 15 orang hanya kerusakan ringan dalam periode 3 tahun, maka APW adalah : APW = 2 x 6 + 7 x 3 + 10 x 0,8 + 15 x 0,2 = 44 Pada Tabel 4.15 dapat dilihat bahwa tidak menjamin semakin besar jumlah terjadinya kecelakaan maka semakin besar tingkat keparahan APW dari kecelakaan tersebut, seperti pada data kecelakaan tahun 2009 yang terjadi pada Jalan Ginting Km 58 tepatnya di desa Tambak Lau Nulgap II. Pada daerah tersebut jumlah kecelakaan yang terjadi 10 kali dan angka keparahannya APW adalah 77,2. 4.15 Tingkat Keparahan Kecelakaan Lalu lintas Tahun 2009-2011 No. Ruas km APW 2009 2010 2011 1. 54-55 72,2 73 73,4 2. 55-56 12,2 18,2 36,2 3. 56-57 7,8 13 38 4. 57-58 77,2 34,4 67,2 5. 58-59 12,2 18,2 33,4 6. 59-60 38 31,2 28,8 7. 60-61 18,2 89,6 36,4 8. 61-62 12 9. 62-63 12 12 24,8 10. 63-64 22,6 11. 64-65 68,8 31,2 37,2 12. 65-66 18,2 18,2 33,2 13. 66-67 41 2 2,8 14. 67-68 22,8 16 47,8 15. 68-69 12,4 21,4 27,4 16. 69-70 37,4 6,8 36,8 17. 70-71 12,4 12,4 53,2 18. 71-72 19. 72-73 Maka disimpulkan bahwa pada daerah yang banyak kejadian kecelakaan belum tentu korban yang ditimbulkan sama besarnya dibandingkan dengan daerah rawan kecelakaan yang lainnya. Untuk mengetahui daerah rawan kecelakaan yang memilik tingkat keparahan lebih besar dari tingkat keparahan daerah rawan kecelakaan sekitarnya, maka penulis memeringkatkan atau mengurutkan daerah tersebut menjadi 5 lima daerah yang indeks APW-nya lebih besar dari indeks APW daerah lainnya. Tabel 4.16. Urutan Terbesar Tingkat Keparahan Kecelakaan Lalu lintas Tahun 2009 No. Ruas km Nama DesaLokasi APW 2009 1. 57 Desa Tambak Lau Nulgap I 77,2 2. 54 Desa Doulu 72,2 3. 64 Desa Ajijulu 68,8 4. 66 Desa Bukit 41 5. 59 Desa Ujung Sampun 38 Sumber : Polresta Kabupaten Karo, 2009 Tabel 4.17 Urutan Terbesar Tingkat Keparahan Kecelakaan Lalu lintas Tahun 2010 No. Ruas km Nama DesaLokasi APW 2010 1. 60 Desa Rumah Berastagi 89,6 2. 54 Desa Doulu 73,0 3. 57 Desa Tambak Lau Nulgap I 34,4 4. 64 Desa Ajijulu 31,4 5. 59 Desa Ujung Sampun 31,2 Sumber : Polresta Kabupaten Karo, 2010 Tabel 4.18 Urutan Terbesar Tingkat Keparahan Kecelakaan Lalu lintas Tahun 2011 No. Ruas km Nama DesaLokasi APW 2011 1. 54 Desa Doulu 73,4 2. 57 Desa Tambak Lau Nulgap I 67,2 3. 70 Desa Kaban 53,2 4. 67 Desa Ajibuhara 47,8 5. 64 Desa Ajijulu 37,2 Sumber : Polresta Kabupaten Karo, 2011

4.3.2 Identifikasi Black Spot Berdasarkan Metode Frekuensi