BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Kecelakaan dan Pelaku Kecelakaan Lalu Lintas
Kecelakaan lalu lintas merupakan kata yang biasa digunakan untuk menguraikan kegagalan kinerja satu atau lebih komponen pengendaraan, yang
mengakibatkan kematian, luka badan, danatau kerusakan harta benda Khisty, 1989. Secara teoritis kecelakaan lalu lintas dapat dilihat dari aspek legalitas atau
sesuai dengan aspek hukum. Menurut PP No. 43 tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu lintas Jalan,
Pasal 93 ayat 1: kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan raya tidak disangka – sangka dan tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa
pemakai jalan lainnya, mengakibatkan korban manusia atau kerugian harta benda. Selanjutnya dalam pasal 94, pemerintah berwenang dalam pembinaan lalu lintas dan
angkutan jalan, bertugas mencatat dan menindak lanjuti kejadian kecelakaan, selengkapnya sesuai dengan kutipan di bawah ini :
Pasal 94 1. Keterangan mengenai kejadian kecelakaan lalu lintas dicatat oleh Polisi Negara
Republik Indonesia dalam formulir laporan kecelakaan lalu lintas. 2. Dalam hal terjadi kecelakaan yang mengakibatkan korban mati ditindaklanjuti
dengan penelitian yang dilaksanakan selambat - lambatnya 3 tiga hari oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia, instansi yang bertanggung jawab di
bidang pembinaan lalu lintas dan angkutan jalan, dan instansi yang bertanggung jawab di bidang pembinaan jalan.
3. Instansi yang diberikan wewenang membuat laporan mengenai kecelakaan lalu lintas menyelenggarakan sistem informasi.
4. Ketentuan lebih lanjut mengenai sistem informasi sebagaimana dimaksud dalam pasal ayat 3 diatur dengan Keputusan Menteri setelah berkoordinasi dengan
Kepolisian Negara Republik Indonesia dan Menteri yang bertanggung jawab dibidang pembinaan jalan.
Kecelakaan lalu lintas merupakan kejadian yang sulit untuk diprediksi kapan dan dimana terjadinya. Dengan adanya perencanaan jalan raya yang baik dapat
memberikan keselamatan yang lebih baik, kesalahan penilaian menjadi kecil, tidak ada konsentrasi kendaraan pada suatu saat atau tidak terjadi kesalahan persepsi di
jalan, dan dengan demikan menghidarkan terjadinya kecelakaan Hobbs, 1995. Pelaku kecelakaan adalah seseorang yang duduk di belakang kemudi dan
mengendalikan kemudi pada saat terjadinya kecelakaan pengemudi. Pengemudi merupakan salah satu pemegang peranan penting ketika suatu kecelakaan lalu lintas
terjadi. Pada kenyataannya di lapangan, sekitar 90 kecelakaan lalu lintas terjadi akibat keteledoran pengemudi. Salah satu bentuk keteledoran pengemudi yaitu
ketidakpatuhan terhadap peraturan lalu lintas. Untuk menangani kecelakaan lalu lintas maka beberapa pengertian tentang
penyebab kecelakaan perlu ditelaahdicermati kembali. Adapun Pendekatan perkembangannya didasarkan atas :
1. Pendekatan monokausal Artinya bahwa lalu lintas hanya disebabkan oleh satu faktor penyebab saja.
Pendekatan ini antara lain didasarkan pada beberapa anggapan di bawah ini :
a. Disetiap kecelakaan adalah unik, berbeda antara satu dengan lainnya. Anggapan ini mengandung pengertian bahwa setiap kecelakaan lalu lintas
mempunyai satu penyebab yang berbeda. Dengan demikian anggapan ini menjadi tidak realistis, karena akan sulit untuk mencari penyebab kecelakaan
yang berbeda dari berbagai kecelakaan yang terjadi, disamping penyebab tersebut menjadi subjektif karena persepsi orang yang berbeda pula.
b. Adanya accident prone driver, anggapan ini mendasarkan bahwa monokausal perilaku “menyimpang” tersebut ini dianggap sebagai penyebab kecelakaan,
sehingga ia perlu dilarang mengemudikan kendaraan di jalan raya. Anggapan ini mengandung kelemahan karena hanya mempertimbangkan manusia
sebagai penyebab kecelakaan dan adanya kesulitan untuk menentukan siapa yang termasuk sebagai accident prone driver.
2. Pendekatan multikausal Pendekatan ini menjelaskan penyebab terjadinya kecelakaan dan faktor apa
saja yang saling berinteraksi. Beberapa teori mengatakan bahwa penyebab kecelakaan lalu lintas terdiri dari empat faktor yaitu : manusia, kendaraan, jalan raya
dan lingkungan, sehingga pendekatan ini lebih realistis jika dibandingkan dengan pendekatan pertama. Masalah yang masih sering timbul adalah menentukan interaksi
dari ketiga faktor tersebut.
2.2 Krakteristik Kecelakaan