Analisis Kepuasan Mahasiswa Terhadap Kualitas Pelayanan Pendidikan (Studi Kasus Program Studi Pascasarjana Kajian Administrasi Rumah Sakit Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
I. PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Tjiptono (2012) mengemukakan bahwa sektor jasa berkontribusi besar dalam
perekonomian global. Sebagai contoh, sektor jasa mendominasi Produk Domestik
Bruto (PDB) Amerika Serikat hingga 80%. Proporsi sektor jasa dalam PDB di
Indonesia pun semakin signifikan, yaitu sekitar 42%. Laporan
World Economic
Forum
(WEF) tahun 2004 menunjukkan, sektor kesehatan dan pendidikan adalah
komponen penting dalam
Growth Competitive Index
(GCI) Indonesia dengan skor
5,8, naik dari skor 5,2 pada 2003. Dalam CGI Indonesia, pendidikan tinggi juga
mendapat penilaian spesifik, dengan skor 3,9 pada 2003 dan meningkat menjadi 4,2
pada 2004 (Alifuddin, 2012). Pendidikan tinggi memang menempati posisi utama
dalam sektor jasa pendidikan karena perannya dalam penelitian, pengembangan ilmu
pengetahuan, dan pemberdayaan masyarakat (Barrs
dalam
Qureshi, 2010).
Semakin tingginya kesadaran masyarakat akan nilai perguruan tinggi
mengakibatkan peningkatan tuntutan dari masyarakat terhadap kualitas perguruan
tinggi. Menurut Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT), tuntutan
yang diberikan masyarakat kepada perguruan tinggi meliputi jaminan kualitas
(quality assurance), pengendalian kualitas (quality control), dan perbaikan kualitas
(quality improvement). Upaya menerapkan tuntutan masyarakat terhadap kualitas
pendidikan perguruan tinggi ini difasilitasi BAN-PT dengan program akreditasi
berkala bagi universitas negeri dan swasta di Indonesia.
Program Studi Pascasarjana Kajian Administrasi Rumah Sakit (PS KARS)
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) menyadari bahwa
memenuhi tuntutan masyarakat terhadap kualitas pendidikan tinggi bukan sekadar
untuk mendapatkan nilai akreditasi yang baik dari BAN-PT. Kualitas pendidikan
yang baik sejak awal telah menjadi tujuan utama PS KARS FKM UI sebagaimana
termaktub dalam visi misi PS KARS yaitu menjadi pusat unggulan yang
(2)
melaksanakan pendidikan berkualitas tinggi tingkat magister dan melakukan
penelitian-penelitian dalam bidang pengembangan manajemen rumah sakit untuk
kepentingan nasional. Posisi strategis PS KARS FKM UI sebagai program studi di
universitas terkemuka dan menjadi rujukan dalam sektor kesehatan nasional adalah
salah satu kekuatan PS KARS FKM UI untuk mewujudkan pendidikan berkualitas
tinggi.
Akan tetapi, PS KARS FKM UI juga menginsafi ancaman persaingan dengan
perguruan tinggi yang membuka program sejenis baik di dalam dan luar negeri
semakin ketat. Hal ini tercakup dalam analisis SWOT (Strength
(kekuatan),
Weakness
(kelemahan),
Opportunity
(peluang),
Threat
(ancaman)) rencana strategis PS KARS
FKM UI 2011. Karena itulah, saat ini kekuatan posisi strategis PS KARS FKM UI
tidak lagi cukup untuk mewujudkan visi mereka. Untuk dapat memenangkan
persaingan, PS KARS FKM UI perlu mempertimbangkan pula aspek kepuasan
mahasiswa terhadap kualitas pelayanan pendidikan (Gronroos
dalam
Shekarchizadeh,
2011).
Hal tersebut sebagaimana pendapat Low dalam Gold (2001) bahwa karena
mahasiswa adalah pelanggan utama perguruan tinggi, sudah seharusnya pelayanan
pendidikan tinggi harus berorientasi kepada mahasiswa. Aliffudin (2012)
mengingatkan bahwa pelayanan pendidikan memang merupakan hak mahasiswa yang
wajib dipenuhi perguruan tinggi sebagai penyedia jasa. Oleh karena itu, menurut
Aliffudin, kurang tepat apabila memaknai konsep pelayanan pendidikan hanya dalam
spektrum kompetisi antar perguruan tinggi.
Selain itu, sebagaimana terlihat dalam Tabel 1 dan Gambar 1, terdapat hasil
evaluasi internal terkait kecenderungan penurunan IPK lulusan PS KARS FKM UI
yang membuat PS KARS FKM UI merasa perlu untuk mengevaluasi kepuasan
mahasiswa terkait pelayanan pendidikan, sehingga dapat menjadi acuan perbaikan PS
KARS FKM UI selanjutnya.
(3)
3
Tabel 1. Profil Lulusan dan IPK Mahasiswa PS KARS FKM UI
Sumber: PS KARS FKM UI, 2011
Gambar 1. Rata-Rata IPK Mahasiswa PS KARS FKM UI (FKM UI, 2010)
Kepuasan mahasiswa terkait erat dengan kesesuaian antara harapan dan
kenyataan dari kualitas pelayanan pendidikan yang didapat dari PS KARS. Apabila
PS KARS memperlakukan mahasiswa sebagai pelanggan dengan mengevaluasi
kesenjangan antara harapan dan kenyataan yang dirasakan mahasiswa terhadap
kualitas pelayanan pendidikan, maka PS KARS dapat menyiapkan rencana strategis
yang tepat untuk meningkatkan kualitasnya. Evaluasi kepuasan mahasiswa ini dapat
Tahun Akademik
Jumlah Lulusan
Rata-Rata IPK
2003
93
3.41
2004
131
3.32
2005
199
3.24
2006
75
3.22
2007
71
3.19
2008
76
3.29
3,05
3,1
3,15
3,2
3,25
3,3
3,35
3,4
3,45
2003
2004
2005
2006
2007
2008
Rata-Rata IPK
(4)
digunakan untuk mengetahui faktor-faktor kualitas pelayanan pendidikan yang perlu
diperbaiki, dipertahankan, bahkan dikurangi akan mengakibatkan kesalahan alokasi
sumber daya seperti dana, tenaga kerja, dan waktu. Kesalahan alokasi sumber daya
menyebabkan upaya peningkatan mutu menjadi tidak efektif dan mengurangi
kepuasan mahasiswa.
Untuk menelaah kepuasan mahasiswa terkait kualitas pelayanan PS KARS,
diperlukan instrumen pengukuran yang tepat. Karena selama beberapa tahun, para
peneliti akademis telah mencoba mengukur kualitas jasa dalam perguruan tinggi
dengan skala satu dimensi. Hal ini tidak sesuai dengan karakteristik multi-dimensi
dari kualitas jasa (Adee
dalam
Legcevic, 2009).
Parasuraman, Zeithmal, dan Berry menciptakan sebuah skala multi-dimensi
yang dinamakan SERVQUAL. Instrumen SERVQUAL ini mengukur kenyataan dan
ekspektasi kualitas jasa dari sudut pandang pelanggan (Parasuraman, 1988). Adee
dalam Legcevic (2009) menyatakan, dalam mengukur kualitas jasa perguruan tinggi,
lima dimensi SERVQUAL yang digunakan adalah
tangibles
(penampilan fisik dari
fasilitas perguruan tinggi, peralatan, penampilan personal, dan materi komunikasi),
reliability
(kesanggupan perguruan tinggi untuk melakukan jasa yang dijanjikan
secara andal dan tepat),
responsiveness
(keinginan perguruan tinggi untuk membantu
mahasiswa dan menyediakan jasa secara cepat),
assurance
(pengetahuan dan
pertimbangan staf perguruan tinggi serta kemampuan staf untuk melahirkan
kepercayaan mahasiswa), dan
empathy
(kemampuan staf perguruan tinggi untuk
memberikan perhatian kepada mahasiswa).
Lima dimensi SERVQUAL tersebut akan menjadi instrumen pengukuran
kepuasan mahasiswa terhadap pelayanan mutu pendidikan PS KARS FKM UI.
Selanjutnya harapan dan kenyataan mahasiswa tersebut akan dianalisis dengan
Importance-Performance Analysis
sesuai konsep Tjiptono (2012). Sehingga PS
KARS dapat mengevaluasi faktor-faktor kepuasan mahasiswa yang menjadi prioritas
utama, sudah sesuai, prioritas rendah, bahkan berlebihan.
(5)
5
Dengan instrumen pengukuran dan alat analisis yang sesuai untuk analisis
kepuasan mahasiswa, yakni dengan SERVQUAL dan
Importance-Performance
Analysis, ditambah analisis tabulasi silang hubungan karakteristik mahasiswa dengan
penilaian kualitas pelayanan, maka PS KARS dapat mengevaluasi kualitas pelayanan
pendidikan yang akan membantu mewujudkan visi PS KARS. Analisis kepuasan
mahasiswa ini juga akan membantu PS KARS dalam memenuhi tuntutan masyarakat
dan memenangkan persaingan dengan program studi sejenis. Inilah latar belakang
penelitian berjudul Analisis Kepuasan Mahasiswa Terhadap Kualitas Pelayanan
Pendidikan (Studi Kasus Program Studi Pascasarjana Kajian Administrasi Rumah
Sakit Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia) ini dilaksanakan.
1.2. Perumusan Masalah
Tuntutan masyarakat terhadap kualitas perguruan tinggi dan persaingan dari
program studi sejenis PS KARS FKM UI dari universitas lain di dalam dan luar
negeri semakin tinggi (PS KARS FKM UI, 2011). Karena itu PS KARS harus terus
meningkatkan kualitas pelayanan pendidikannya. Untuk mengetahui kualitas
pelayanan dapat dilihat dari kepuasan mahasiswa sebagai pelanggan. Oleh karena itu,
pokok permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Belum diketahuinya kepuasan mahasiswa terhadap kualitas pelayanan pendidikan
PS KARS FKM UI dilihat dari lima dimensi SERVQUAL yakni bukti fisik
(tangible), keandalan (reliability), daya tanggap (responsiveness), jaminan
(assurance), dan empati (empathy).
2. Diperlukannya rekomendasi prioritas dalam peningkatan kualitas agar memenuhi
harapan mahasiswa yang perlu diperhatikan PS KARS UI.
3. Belum teridentifikasinya hubungan karakteristik mahasiswa dengan penilaian
kualitas pelayanan pendidikan PS KARS FKM UI.
(6)
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengukur kepuasan mahasiswa terhadap kualitas pelayanan PS KARS FKM UI
sesuai lima dimensi SERVQUAL (bukti fisik, keandalan, daya tanggap, jaminan,
dan empati).
2. Menganalisis prioritas perbaikan kualitas pelayanan pendidikan PS KARS FKM
UI.
3. Mengidentifikasi hubungan karakteristik mahasiswa dengan penilaian kualitas
pelayanan pendidikan PS KARS FKM UI.
1.4. Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini diharapkan ada manfaat yang dapat diambil bagi
semua pihak yang berkepentingan. Adapun manfaat yang dapat diperoleh dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi PS KARS FKM UI
Hasil-hasil analisis yang didapatkan dalam penelitian ini diharapkan dapat
menjadi masukan atau bahan pertimbangan PS KARS FKM UI dalam mengevaluasi
kualitas pelayanan pendidikan berdasarkan kepuasan mahasiswa.
2. Bagi peneliti
Dapat memberikan wawasan untuk memahami bagaimana analisis kepuasan
mahasiswa terhadap kualitas pelayanan pendidikan secara komprehensif di PS KARS
FKM UI.
(7)
7
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan oleh penulis dengan dibatasi oleh beberapa hal, yaitu:
1. Kepuasan mahasiswa adalah kesesuaian antara harapan dan kenyataan dari lima
dimensi SERVQUAL (bukti fisik, keandalan, daya tanggap, jaminan, dan empati)
mengenai kualitas pelayanan pendidikan PS KARS FKM UI dari sudut pandang
mahasiswa. Sudut pandang manajemen PS KARS FKM UI tidak diteliti.
2. Penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif
cross-sectional
dengan
menggunakan metode kuantitatif.
3. Pengumpulan data primer melalui kuesioner dilaksanakan pada bulan Januari
2012 hingga Maret 2012. Penelitian juga menggunakan data sekunder dari PS
KARS FKM UI pada tahun 2011 dan 2012.
(8)
✠✁✡✄☛ ☞☛✌Service
)
2.1.1 Definisi Jasa
✍✎✏✑ ✒✓ ✒✔✔ ✕✖✒ ✗ ✒✔ ✒
y
✒✘ ✖✙ ✕✚ ✒✛✎ ✘ ✖✒✜✢ ✓ ✒✑ ✒ ✕✚✔ ✕✣✒✤ ✥s
rv
✦✧ ✥ ★y
✒✗ ✘✕✩ ✒✚ ✒★ ✣✒y
✒✘✒✘★✑✒✘ ✚✎ ✏✪ ✕✚✫ ✬✎ ✙ ✒✖✒✕ ✩ ✒✚ ✒★s
✥✦✧ ✥rv
✢✛✢ ✛ ✘y
✒ ✛✎ ✘ ✜✎ ✏✛✕✘✗ ✒✘ ✓✏✭✑✢✗ ✔ ✕✑✒✗ ✙✎ ✏✮✢✩✢ ✑ ✯ ✕✚ ✕✗ ✰✦✱✲✳ ✱✴✦✵✶✥✷ ✒✔ ✒✢ ✚✎ ✗✔ ✭ ✏ ✕✘✑✢✚✔ ✏✕ ✚ ✓✎ ✚ ✕✯ ✕✗★ ✚✎ ✓✎ ✏✔ ✕ ✓✎ ✘✑✕✑ ✕✗ ✒✘★ ✗✎ ✚✎ ✤✒✔ ✒✘★ ✔✎ ✣✎ ✗ ✭✛ ✢ ✘ ✕✗✒✚ ✕★ ✔ ✏✒✘ ✚ ✓✭ ✏✔ ✒✚ ✕★ ✒✚✢✏✒✘ ✚ ✕★ ✓✎ ✏✙ ✒✘✗ ✒✘★ ✓✎ ✏✤ ✭✔✎ ✣ ✒✘★ ✗ ✭✘✔ ✏✢✗✚ ✕ ✑ ✒✘ ✣✒✕✘✘✒ ✫y
✬✎ ✙✒✖ ✒✕ ✣✒y
✒✘✒✘★ ✕✚✔ ✕✣✒✤ ✥s
✦✧ ✥rv
✛✎ ✘y
✕✏✒✔ ✗ ✒✘✚✎ ✖ ✒✣✒✚✎ ✚✢ ✒✔✢ ✒✘ ✖y
✑ ✕✣✒✗✢ ✗ ✒✘✓✕✤✒✗✔✎ ✏✔✎✘✔✢ ✰✕✘✑ ✕✪✕✑ ✢ ✛ ✒✢✓✢✘ ✗✎ ✣✭✛✓✭ ✗✷ ✗✎ ✓ ✒✑ ✒ ✓✕✤✒✗ ✣✒✕✘ ✰✕✘✑✕✪✕✑ ✢ ✛✒✢ ✓✢ ✘ ✗✎ ✣✭✛ ✓ ✭✗✷✫ ✬✒✣✒✤ ✚✒✔✢ ✜✭ ✘✔ ✭ ✤✘y
✒ ✒✑ ✒✣✒ ✤ ✣✒y
✒✘ ✒✘✓✎ ✣✒✘ ✖ ✖✒✘ ✰ ✧u
st
✸ ✹✥r s
✥✦✧ ✥rv
✷✫ ✬✎✑✒✘✖ ✗✒✘ ✗ ✒✔ ✒✚✎✏✪✕✚ ✣✎ ✙✕✤✛ ✎ ✘✖ ✒✜✢ ✓ ✒✑ ✒ ✗✭ ✘✔✎ ✗ ✚ ✏✎✓ ✒✏✒✚ ✕★✛ ✕✚ ✒✣✘y
✒✚✎ ✏✪ ✕✚✚✎ ✓✎✑✒✛ ✭✔ ✭✏ ✒✔ ✒✢✓✎ ✏✒✣✒✔ ✒✘✎ ✣✎ ✗✔ ✏✭✘ ✕✗✰✺ ✏✕✎✯★ ✻ ✼ ✼✽✷✫✾✎ ✘✢✏✢✔ ✿✭✔ ✣✎ ✏ ✰✻ ✼ ✼✼✷★ ✩ ✒✚✒ ✒✑ ✒✣✒✤ ✚✎✔ ✕✒✓ ✔✕✘✑ ✒✗ ✒✘ ✒✔✒✢ ✗✎ ✖✕ ✒✔✒✘
y
✒✘ ✖ ✑✒✓ ✒✔ ✑✕✔ ✒✮ ✒✏✗✒✘ ✭ ✣✎ ✤ ✚✢✒✔✢ ✓✕✤ ✒✗ ✗✎ ✓✒✑✒ ✓ ✕✤✒✗ ✣✒✕✘★y
✒✘ ✖ ✓ ✒✑ ✒ ✑ ✒✚ ✒✏ ✘y
✒ ✙✎ ✏✚ ✕✯ ✒✔ ✦✱✲✳ ✱✴✦✵✶✥ ✰✔✕✑✒✗ ✙✎ ✏✮✢ ✩✢✑ ✯ ✕✚ ✕✗✷ ✑ ✒✘ ✔ ✕✑ ✒✗ ✛✎ ✘ ✖✒✗ ✕✙✒✔ ✗ ✒✘ ✗✎ ✓✎✛✕✣✕✗✒✘ ✚✎ ✚✢✒✔✢ ✫ ❀✏✭✑ ✢ ✗ ✚ ✕✘y
✒ ✑✒✓✒✔ ✑✕✗✒✕✔ ✗ ✒✘✑✎ ✘ ✖✒✘ ✓ ✏✭✑✢✗✯ ✕✚ ✕✗✛ ✒✢ ✓✢ ✘✔ ✕✑✒✗✫ ✬✎✑ ✒✘ ✖ ✗✒✘ ❁✎ ✕✔ ✤ ✒✛ ✣ ✑ ✒✣✒✛❂✢✓✕✭✒✑ ✕y
✰✻✼✼❃ ✷ ✛ ✎✘✑✎✯ ✕ ✘✕✚ ✕✗✒✘ ✩✒ ✚ ✒ ✚✎ ✙ ✒✖✒✕ ✚✢✒✔✢ ✗✎ ✖✕✒✔ ✒✘ ✎ ✗✭ ✘✭✛ ✕y
✒✘✖ ✭✢ ✔ ✓✢ ✔ ✘y
✒ ✙✢✗ ✒✘ ✓✏✭✑ ✢ ✗★ ✩ ✒✚ ✒ ✑✕✗✭ ✘✚✢ ✛ ✚ ✕ ✙✎ ✏ ✚ ✒✛ ✒✒ ✘ ✑ ✎✘ ✖ ✒✘w
✒ ✗✔✢ ✓✏✭✑✢✗✚ ✕ ✑ ✒✘ ✛✎ ✛ ✙✎ ✏ ✕✗✒✘ ✘ ✕✣✒✕ ✔ ✒✛✙✒✤★ ✚✎ ✏✔✒ ✙✎ ✏✚ ✕✯ ✒✔✔ ✕✑✒✗✙✎ ✏w
✢ ✩✢ ✑ ✫2.1.2 Karakteristik Jasa
❄✒✚ ✒
✛ ✎✛ ✕✣✕✗ ✕
✗ ✒✏✒✗✔✎ ✏ ✕✚✔ ✕✗
y
✒✘ ✖✛ ✎✛ ✙✎✑✒✗ ✒✘✘
y
✒✑✒✏✕ ✓ ✏✭✑✢✗
✙✎ ✏✢ ✓ ✒ ✙ ✒✏✒✘ ✖✫ ✿✒✏ ✒✗✔✎ ✏✕✚✔ ✕✗ ✢✔ ✒✛✒
y
✒✘✖ ✛ ✎✛✙✎✑✒✗ ✒✘ ✩ ✒✚ ✒ ✑✎ ✘ ✖✒✘ ✓✏✭✑✢✗ ✒✑✒✣✒✤ ✚ ✕✯ ✒✔✩ ✒✚ ✒
y
✒✘ ✖ ✔ ✕✑✒✗ ✑✒✓✒✔✑ ✕✣✕✤ ✒✔
✰✔ ✕✑ ✒✗ ✘
y
✒✔ ✒✷✑✕ ✚✒✛✓✕✘ ✖
✗✎✔✎ ✏ ✣✕✙ ✒✔ ✒✘✗ ✭✘ ✚✢ ✛✎ ✘ ✚✎ ✜✒✏✒ ✒✗✔ ✕✯ ✑ ✒✣✒✛ ✓ ✏✭✚✎ ✚ ✓✎ ✘✒✛✓✒✕✒✘
y
✩ ✒✚ ✒✫ ✬✎ ✜✒✏ ✒ ✗✎ ✚✎ ✣✢✏✢ ✤ ✒✘ ✑ ✒✓ ✒✔ ✑✕✣✕✤ ✒✔ ✓✎ ✏✙✎✑ ✒✒✘ ✒✘✔ ✒✏✒ ✙✒ ✏✒✘ ✖ ✑✒✘ ✩ ✒✚ ✒✓ ✒✑ ✒✔ ✒✙✎ ✣✙✎ ✏✕✗✢ ✔ ✫(9)
❅
Tabel 2. Perbedaan Barang dan Jasa
Barang
Jasa
❆❇❈ ❇❉❊ ❋●❋❍ ❇❉ ■ ❏❑ ▲ ▼ ▲❇❉ ❇◆❇❖ ❉❋P ❋❉❇▲❉❋❊❇❖❊ ❇❈ ❇ ❉❊❋●❋❍❇❉ ◗❑ ❘ ▲◆ ❙ ▼❘ ❉❋❊ ❇❖ ❉▼❏ ●❋❚ ❇❉
❊ ❇●❇❙ ❈ ❏❑ ▲ ▼▲❈ ❏❑❊ ◆ ❖▲ ❋ ◗❑ ❘ ▲◆ ❙ ▼❘ ❉▼❏●❋❚ ❇❉
❊ ❇●❇ ❙
❈ ❏❑ ▲ ▼▲ ❈ ❏❑❊ ◆❖▲ ❋ ■ ❏❑ ❊◆❖▲ ❋❊❇❘❖❑ ❘ ▲◆❙▲ ❋❉▼❏❈ ❋▲ ❇❍ ■ ❏❑❊ ◆❖ ▲❋
❊❇❘
❖❑ ❘ ▲◆ ❙ ▲ ❋
❚▼ ❏▲ ❇❙ ❇❇❘
w
❇❖ ❉◆❊ ❇ ❘❉▼❙❈ ❇ ❉ ■ ❏❑ ❊◆❖❯❈❏❑ ▲ ▼▲❚▼❏ ▲❋❱ ❇❉❍❑❙❑ ❲ ▼❘ ■ ❏❑ ▲ ▼ ▲❊❇❘❍❇▲ ❋●❚▼ ❏❚ ▼❊❇❳ ❚ ▼❊❇ ❆❋❙◆❘❲❖❋❘ ❖❇❘ ❍◆❚◆❘❲ ❇❘y
❇❘❲❉❋❊ ❇❖●❇❘❲▲◆❘❲
❇❘❉❇❏❇
❈❏❑ ❊◆▲ ▼❘❊❇❘ ❖❑❘▲◆❙▼❘
❨◆ ❚◆❘❲❇❘ ● ❇❘❲▲◆❘❲ ❇❊❇●❇❍
❍❇●
y
❇❘❲ ▲ ❇❘❲ ❇❉◆ ❉❇❙ ❇■ ▼❏▲ ▼❊ ❋❇❇❘❊❇❈ ❇❉❊❋❩❋❈ ❉❇❖ ❇❘
■ ▼❘❩❋❈ ❉ ❇❇❘
❈ ▼ ❏▲ ▼❊❋❇❇❘
❉❋❊❇❖ ❙◆ ❘❲❖❋ ❘
/sulit
Dapat dibawa
Tidak dibawa (melekat kepada
penyedia jasa)
Dapat diekspor
Sulit untuk diekspor
Nilai tambah diciptakan di dalam
pabrik
Nilai tambah terjadi pada waktu
interaksi antara produsen dan
konsumen
Konsentrasi pada suatu proses
produksi tertentu dapat dilakukan
Konsentrasi pada suatu proses produksi
tertentu tidak dapat dilakukan karena
tersebarnya daerah produksi
Kepemilikan berpindah pada saat
penjualan
Tidak ada perpindahan kepemilikan
Dapat diujicobakan sebelum dijual
Tidak ada sebelum penjualan dan
sangat sulit untuk diujicobakan
Pengembalian barang dimungkinkan
seperti halnya pemberian garansi
Pengembalian tidak dimungkinkan,
pemberian garansi juga sangat sulit
Penjualan barang bekas dimungkinkan
Penjualan tidak mungkin dilakukan
lebih dari satu kali
Dapat diberi hak paten
Susah untuk diberi hak paten
(10)
Kotler (2000) menyatakan bahwa jasa memiliki empat karakteristik utama:
1. Tidak berwujud
(
❬❭t
❪ ❭❫ ❴❵❴ ❛❴ty)
Jasa lebih sulit didefinisikan karena jasa tidak dapat dilihat dan diraba.
Jasa merupakan suatu perbuatan kinerja atau usaha. Jasa berbeda dari barang. Jika
barang merupakan suatu benda, maka jasa adalah suatu perbuatan, kinerja, atau
usaha. Jika barang dapat dimiliki, maka jasa hanya dapat dikonsumsi tetapi tidak
dapat dimiliki. Kualitas jasa dapat diwujudkan melalui tempat, orang, peralatan,
bahan-bahan komunikasi, simbol, dan harga. Karena itu, penting bagi penyedia jasa
untuk mengelola bukti tersebut dan mewujudkan yang tidak berwujud.
2. Tidak terpisahkan
(
❬ ❭s
❜p
❪r
❪❵ ❴❛❴ty)
Jasa tidak dapat dipisahkan tempat atau waktu dari sarana produksi atau
produsen yang menghasilkannya. Seringkali terjadi waktu dan tempat memproduksi
dan menjual jasa dilakukan bersamaan. Hal ini dikarenakan output jasa dikonsumsi di
tempat jasa tersebut dihasilkan. Dalam hubungan penyedia jasa dan pelanggan,
efektivitas individu yang menyampaikan jasa merupakan unsur penting. Dengan
demikian, kunci keberhasilan bisnis jasa ada pada proses rekrutmen, kompensasi,
pelatihan, dan pengembangan karyawannya. Selain itu, pemilihan lokasi yang tepat,
dalam artian dekat dan mudah dicapai pelanggan juga perlu dipertimbangkan.
3. Beraneka ragam
(Variability)
Jasa sangat bervariasi dalam bentuk, kualitas, dan jenis tergantung pada
siapa, kapan, dan di mana jasa tersebut dihasilkan. Kerja sama atau partisipasi
pelanggan selama penyampaian jasa, moral, atau motivasi karyawan dalam melayani
pelanggan, dan beban kerja perusahaan
merupakan beberapa faktor
yang
menyebabkan keberagaman jasa. Agar tercapai standardisasi jasa, perusahaan harus
mengefektifkan manajemen saluran distribusinya.
(11)
10
4. Tidak tahan lama
(Perishability)
Dalam jasa, tidak ada istilah persediaan atau penyimpanan dari produk yang
telah dihasilkan. Dengan kata lain, jasa yang tidak terjual pada saat ini tidak dapat
dijual
kemudian
hari.
Untuk
itu,
setiap
perusahaan
jasa
harus
berusaha
mempergunakan hari kerja karyawan operasional dan sarana produksinya secara
efisien, serta mengevaluasi kapasitasnya guna menyeimbangkan permintaan dan
penawaran.
2.1.3 Klasifikasi Jasa
Lupiyoadi (2008) menjelaskan tentang klasifikasi jasa melalui beberapa cara,
yaitu:
1. Berdasarkan atas tingkat kontak konsumen dengan pemberi jasa, di dalamnya
mencakup:
a. Sistem kontak tinggi (high-contact system), konsumen harus menjadi bagian
dari sistem untuk menerima jasa. Contoh: jasa pendidikan, rumah sakit, dan
transportasi.
b. Sistem kontak rendah (low-contact system), konsumen tidak perlu menjadi
bagian dari sistem untuk menerima jasa. Contoh: jasa reparasi mobil dan jasa
perbankan.
2. Berdasarkan kesamaannya dengan operasi manufaktur, jasa dapat dibedakan
menjadi tiga kelompok:
a. Jasa murni (pure service), merupakan jasa yang tergolong kontak tinggi, tanpa
persediaan, atau dengan kata lain sangat berbeda dengan manufaktur. Contoh:
jasa tukang cukur atau operasi pembedahan.
b. Jasa semimanufaktur (quasimanufacturing service), merupakan jasa yang
tergolong kontak rendah, memiliki kesamaan dengan manufaktur, dan
konsumen tidak harus menjadi bagian dari proses produksi jasa. Contoh: jasa
pengantaran, perbankan, asuransi, dan kantor pos.
(12)
c. Jasa campuran (moderate-contact), gabungan beberapa sifat jasa murni dan
jasa semimanufaktur. Contoh: jasa bengkel,
dry cleaning, ambulans,
pemadam kebakaran, dan lain-lain.
Klasifikasi bisnis jasa berdasarkan Organisasi Perdagangan Dunia (World
Trade
Organization-WTO),
sesuai
dengan
GATS/WTO-Central
Product
Classification/MTN.GNS/W/120 dalam Lupiyoadi (2008) meliputi:
1. Jasa bisnis
2. Jasa komunikasi
3. Jasa konstruksi dan jasa teknik
4. Jasa distribusi
5. Jasa pendidikan
6. Jasa lingkungan hidup
7. Jasa keuangan
8. Jasa kesehatan dan jasa sosial
9. Jasa kepariwisataan dan jasa perjalanan
10. Jasa rekreasi, budaya, dan olahraga
11. Jasa transportasi
2.1.4
Kualitas Jasa
Kartajaya (2006) menjelaskan kualitas sebagai tingkat
service
(jasa/layanan)
yang diterima oleh konsumen adalah sama (satisfied) atau melebihi (delighted) dari
ekspektasi yang diharapkan konsumen. Arief (2007) menerangkan kualitas jasa
berpusat pada upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan pelanggan serta ketepatan
penyampaiannya untuk mengimbangi harapan pelanggan. Kualitas juga dapat
diartikan sebagai segala sesuatu yang menentukan kepuasan pelanggan dan upaya
perubahan ke arah perbaikan terus menerus. Hal ini dikenal dengan istilah
Q-MATCH (Quality-meets Agreed Terms and Changes
) (Gaspersz, 2008).
(13)
12
2.1.5 Dimensi Kualitas Jasa
Parasuraman, Zeithaml, dan Berry
(1988) menyimpulkan dari hasil
penelitiannya yang melibatkan 200 pelanggan (yang terbagi dalam empat perusahaan)
berusia 25 tahun ke atas, bahwa terdapat lima dimensi SERVQUAL (service
quality/kualitas jasa) sebagai berikut:
1. Berwujud (tangible), yaitu kemampuan suatu perusahaan dalam menunjukkan
eksistensinya pada pihak eksternal. Hal ini meliputi fasilitas fisik (gedung,
gudang, dan lain-lain), perlengkapan, dan peralatan yang digunakan (teknologi),
serta penampilan pegawainya.
2. Keandalan (reliability), yaitu kemampuan perusahaan untuk memberikan layanan
sesuai dengan yang dijanjikan secara akurat dan terpercaya. Kinerja harus sesuai
dengan harapan pelanggan yang berarti ketepatan waktu, pelayanan yang sama
untuk semua pelanggan tanpa kesalahan, sikap yang simpatik, dan dengan akurasi
yang tinggi.
3. Ketanggapan (responsiveness), yaitu suatu kebijakan untuk membantu dan
memberikan layanan yang cepat (responsif) dan tepat kepada pelanggan, dengan
penyampaian informasi yang jelas.
4. Jaminan dan kepastian (assurance), yaitu pengetahuan, kesopansantunan,
kemampuan para pegawai perusahaan untuk menumbuhkan rasa percaya para
pelanggan kepada perusahaan. Hal ini meliputi beberapa komponen antara lain,
komunikasi (communication), kredibilitas (credibility), keamanan (security),
kompetensi (competence), dan sopan santun (courtesy).
5. Empati (emphaty), yaitu memberikan perhatian yang tulus dan bersifat individual
atau pribadi yang diberikan kepada para pelanggan dengan berupaya memahami
keinginan pelanggan.
(14)
2.2 Pelanggan (
Customer
)
2.2.1 Definisi Pelanggan
Arief (2007) mendefinisikan pelanggan sebagai orang atau unit yang
menerima hasil dari suatu proses dalam suatu sistem. Sementara Maine dalam
Nasution (2001) memberikan beberapa definisi tentang pelanggan, yaitu sebagai
berikut:
1. Pelanggan adalah orang yang tidak tergantung pada kita, tetapi kita yang
tergantung padanya.
2. Pelanggan adalah orang yang membawa kita kepada apa keinginannya.
3. Tidak ada seorang pun yang pernah menang beradu argumentasi dengan
pelanggan.
4. Pelanggan adalah orang yang teramat penting yang harus dipuaskan.
2.2.2
Definisi Kepuasan Pelanggan
Fokus dari kualitas suatu pelayanan adalah kepuasan pelanggan, oleh karena
itu perlu dipahami komponen-kompenen yang berkaitan dengan kepuasan pelanggan.
Pada dasarnya kepuasan pelanggan dapat didefinisikan secara sederhana, yaitu
sebagai suatu keadaan saat kebutuhan dan harapan pelanggan dapat terpenuhi melalui
produk atau jasa yang dikonsumsi. Bagi perusahaan yang berfokus pada pelanggan,
kepuasan pelanggan adalah sasaran dan sekaligus alat pemasaran. Saat ini perusahaan
perlu secara khusus memperhatikan tingkat kepuasan pelanggan karena teknologi
informasi seperti Internet menyediakan alat bagi konsumen untuk menyebarkan cerita
buruk dan cerita baik kepada orang lain di dunia (Assauri, 2002).
Terdapat beberapa definisi kepuasan pelanggan, di antaranya pendapat Kotler
(2009) yang menerangkan kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang
yang muncul setelah membandingkan kenyataan atas kinerja produk atau jasa yang
diterima terhadap harapan atas produk atau jasa tersebut. Jika kinerja berada di bawah
(15)
14
harapan, pelanggan tidak puas. Jika kinerja memenuhi harapan, pelanggan puas. Jika
kinerja melebihi harapan, pelanggan amat puas atau senang. Tjiptono (2012)
menjelaskan bahwa kepuasan pelanggan bukanlah konsep absolut, melainkan relatif
atau tergantung pada apa yang diharapkan pelanggan. Sementara menurut Hoffman
dan Beteson dalam Arief (2007), kepuasan atau ketidakpuasan adalah perbandingan
dari ekspektasi konsumen kepada kenyataan mengenai interaksi jasa (service
encounter) yang sebenarnya.
2.2.3 Faktor- Faktor Kepuasan Pelanggan
Menurut Irawan (2003) terdapat lima faktor yang menentukan tingkat
kepuasan pelanggan, yaitu:
1. Kualitas produk. Konsumen atau pelanggan akan merasa puas apabila hasil
evaluasi menunjukkan bahwa produk yang mereka gunakan berkualitas.
2. Kualitas pelayanan. Kualitas pelayanan saat ini tidak hanya difokuskan oleh
industri jasa murni, dikarenakan hampir seluruh perusahaan memberikan
pelayanan bagi pelanggan. Pelanggan akan merasa puas apabila mereka
mendapatkan pelayanan yang baik atau yang sesuai dengan yang diharapakan.
3. Faktor emosional. Konsumen yang merasa bangga dan mendapatkan keyakinan
bahwa orang lain akan kagum terhadap dirinya bila menggunakan produk dengan
merek tertentu cenderung mempunyai tingkat kepuasan yang lebih tinggi.
Kepuasannya bukan karena kualitas dari produk tersebut tetapi nilai emosional
yang membuat pelanggan menjadi puas terhadap merek produk tertentu.
4. Harga. Produk yang mempunyai kualitas sama tetapi menetapkan harga yang
relatif murah akan memberikan nilai lebih tinggi kepada pelanggannya.
5. Biaya dan kemudahan untuk mendapatkan suatu produk dan jasa. Pelanggan yang
tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan atau tidak perlu membuang waktu
(16)
Kepuasan
Pelanggan
Kualitas
Layanan
Kualitas
Produk
Faktor
Emosional
Harga
Biaya dan
Kemudahan
untuk mendapatkan suatu produk atau jasa akan cenderung merasa puas
terhadap produk atau jasa tersebut.
Skema faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pelanggan dapat dilihat
pada gambar di bawah ini.
Gambar 2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Pelanggan
(Irawan, 2003)
2.2.3
Pengukuran Kepuasan Pelanggan
Gambar 3. Model Paradigma Diskonfirmasi (Sumarwan, 2011)
Kinerja
Nyata
Harapan
Proses Pembandingan
Diskonfirmasi
Negatif
Konfirmasi
Diskonfirmasi
Positif
Ketidakpuasan
Mere Satisfaction
Delight
(17)
16
Kepuasan pelanggan terhadap suatu jasa ditentukan oleh tingkat harapan
pelanggan sebelum menggunakan jasa dibandingkan dengan hasil persepsi pelanggan
terhadap kenyataan kinerja jasa yang dirasakan pelanggan. Sumarwan (2011)
mengatakan bahwa dalam model paradigma diskonfirmasi, kepuasan pelanggan
merupakan dampak dari perbandingan antara harapan dan kenyataan yang diperoleh
pelanggan. Diskonfirmasi positif adalah apabila kinerja produk atau jasa lebih baik
dari yang diharapkan, jika terjadi maka pelanggan akan merasa puas. Apabila
kenyataan sama dengan yang diharapkan, disebut dengan konfirmasi sederhana.
Apabila kenyataan lebih buruk dari harapan, maka pelanggan akan merasa kecewa
dan tidak puas, hal ini disebut diskonfirmasi negatif.
Perbandingan antara kenyataan dan harapan untuk mengukur kepuasan
pelanggan salah satunya terdapat dalam SERVQUAL rumusan Parasuraman (1988).
SERVQUAL digunakan dalam banyak penelitian karena dapat mengukur kepuasan
dari sudut pandang pelanggan saja atau menghubungkan dua dimensi sekaligus, yaitu
pihak pelanggan dan pihak penilai yang dilakukan oleh penyedia jasa yang
melibatkan orang-orang dari tingkat manajerial sampai ke tingkat
front line service
(tingkat bawah yang berhubungan langsung dengan pelanggan). Pada kedua pihak
tersebut dapat saja terjadi kesenjangan atau gap antara harapan dengan kenyataan
yang dirasakan oleh pelanggan, dengan persepsi manajemen (hingga
front line)
terhadap harapan-harapan tersebut.
Parasuraman (1985) menjelaskan terdapat lima kesenjangan yang dapat
mengakibatkan kegagalan jasa, yaitu sebagai berikut:
1. Kesenjangan harapan konsumen dan persepsi manajemen
2. Kesenjangan persepsi manajemen dengan kualitas jasa
3. Kesenjangan kualitas jasa dengan penyampaian jasa
4. Kesenjangan penyampaian jasa dengan komunikasi eksternal
5. Kesenjangan jasa yang dialami dengan jasa yang diharapkan
(18)
Gambar 4. Model Kualitas Jasa (Gap Model) (Parasuraman, 1985)
Berbagai kesenjangan tersebut dalam Parasuraman (1985) dapat terjadi oleh
hal-hal berikut:
1. Kesenjangan antara harapan pelanggan dengan persepsi manajemen timbul karena
manajemen tidak selalu awas, tidak mengetahui sepenuhnya apa keinginan
pelanggan. Inti masalahnya adalah manajemen tidak mengetahui apa yang
diharapkan pelanggan.
2. Kesenjangan persepsi manajemen dengan kualitas jasa. Mungkin manajemen
sudah mengetahui keinginan konsumen, tetapi manajemen tidak sanggup dan
tidak sepenuhnya melayani keinginan pelanggan tersebut. Spesifikasi jasa yang
ditawarkan oleh manajemen masih ada kekurangan yang dirasakan oleh
pelanggan. Inti masalahnya ialah pihak manajemen kurang teliti terhadap detail
jasa yang ditawarkan.
3. Kesenjangan kualitas jasa dengan penyampaian jasa. Mungkin kualitas jasa
menurut spesifikasinya sudah baik, tapi karena karyawan yang melayani, kurang
terlatih, cara penyampaiannya pun menjadi kurang baik.
(19)
18
4. Kesenjangan penyampaian jasa dengan komunikasi eksternal dapat terjadi akibat
perbedaan antara jasa yang diberikan dan janji-janji yang disampaikan dalam
iklan, brosur, dan lainnya.
5. Kesenjangan jasa yang dialami dengan jasa yang diharapkan. Ini gap yang paling
banyak terjadi, yaitu jasa yang diterima oleh pelanggan tidak sesuai dengan yang
ia bayangkan. Dalam hal ini yang penting diciptakan oleh manajemen adalah
promosi dari mulut ke mulut yang menginformasikan keistimewaan pelayanan
yang ditawarkan.
2.2.5
Harapan dan Kenyataan Mengenai Pelayanan
Konseptualisasi dan operasionalisasi ekspektasi pelanggan masih ramai
diperdebatkan, terutama menyangkut karakteristik standar ekspektasi spesifik, jumlah
standar yang digunakan, dan sumber ekspektasi (Tjiptono, 2012). Setiap konsumen
dapat memiliki ekspektasi yang berbeda-beda dalam situasi berlainan. Beberapa
definisi mengenai ekspektasi menurut Boote dalam Tjiptono (2012) adalah:
1.
Ideal expectation, yaitu tingkat kerja optimum atau terbaik yang diharapkan dapat
diterima konsumen. Standar ideal identik dengan kesempurnaan, yaitu standar
sempurna yang membentuk terbesar konsumen. Tipe ini merupakan standar
ekspektasi yang paling sulit dipenuhi.
2.
Normative expectation,
yaitu tingkat kinerja yang dianggap konsumen seharusnya
mereka dapatkan dari suatu produk atau layanan.
3.
Adequate expectation,
yakni tingkat kinerja terendah yang dapat diterima atau
ditolerir pelanggan.
4.
Worst imaginable expectation,
yakni skenario terburuk mengenai kinerja produk
atau jasa yang diketahui atau terbentuk melalui kontak dengan media.
Penilaian pelanggan terhadap kinerja layanan yang diterima bersifat subyektif,
karena tergantung persepsi masing-masing individu. Selain itu, persoalan kompleks
yang terdapat dalam pemasaran jasa terletak pada salah satu karakteristik jasa yaitu
variability,
ketidakseragaman kinerja. Partisipasi dan interaksi pelanggan dalam
(20)
proses penyampaian jasa juga ikut menentukan kompleksitas evaluasi kualitas jasa.
Sehingga konsekuensinya jasa yang sama dapat dinilai berlainan oleh konsumen yang
berbeda (Tjiptono, 2012).
2.3 Pelayanan Perguruan Tinggi
2.3.1 Definisi Perguruan Tinggi
Pendidikan tinggi menurut Wijatno (2009) merupakan jenjang pendidikan
setelah pendidikan menengah yang mencakup program Diploma, Sarjana, Magister,
Spesialis, dan Doktor yang diselenggarakan oleh pendidikan tinggi serta diatur dalam
pasal 19 dan 20 Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas). Istilah
pendidikan tinggi dan perguruan tinggi (PT) sering saling dipertukarkan dengan
anggapan mempunyai arti yang sama. Namun, dua istilah itu sebenarnya mempunyai
arti berbeda. Pendidikan tinggi adalah pendidikan pada jalur pendidikan sekolah pada
jenjang yang lebih tinggi daripada pendidikan menengah. Sementara PT adalah
satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan tinggi. Pengertian PT sesuai
dengan PP (Peraturan Pemerintah) nomor 60 tahun 1999 adalah wilayah otonom dan
mandiri yang berhak mengelola sendiri lembaganya sebagai pusat penyelenggaraan
pendidikan tinggi, penelitian ilmiah, dan pengabdian kepada masyarakat.
Indrajit dan Djakopranoto dalam Wijatno (2009) menjelaskan terdapat lima
dimensi makna yang melekat pada PT, yaitu:
1. Dimensi etis
Dalam dimensi etis, PT disebut sebagai pusat kreativitas dan pusat
penyebaran ilmu pengetahuan, bukan demi kreativitas sendiri, tetapi demi
kesejahteraan umat manusia.
2. Dimensi keilmuan
Dimensi keilmuan terdapat hakekat dan sifat keilmuan itu sendiri secara
keseluruhan
(holistik,
komprehensif,
dan
koheren).
Tujuannya
adalah
(21)
20
mengembangkan serta menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi,
serta
kebudayaan melalui proses belajar mengajar dan pengabdian masyarakat.
3. Dimensi pendidikan
Dalam dimensi ini sering terjadi polemik, apakah proses yang terjadi di PT
merupakan suatu pendidikan atau suatu pembelajaran, karena arti pendidikan
berbeda dengan
pembelajaran . Dalam pembelajaran, mahasiswa diusahakan
menjadi orang yang mau terus belajar dari waktu ke waktu. Dalam pendidikan tinggi,
mahasiswa dipersiapkan sejak dini agar menjadi manusia terdidik yang bukan saja
terbatas pada lingkup pendidikan formal, tetapi juga pada lingkup pendidikan
nonformal, seperti memperoleh pengetahuan tambahan dari lingkungan masyarakat
sekitar dengan melayani sesama.
4. Dimensi sosial
Berbagai penemuan ilmiah dan penemuan teknologi telah menciptakan
pertumbuhan ekonomi dan industri yang sangat besar. Melalui pertumbuhan ekonomi
dan industri, kesejahteraan manusia meningkat. Melalui kegiatan dan perjuangan para
ahli dan mahasiswa, kehidupan demokrasi ditingkatkan dan martabat manusia lebih
dihargai. Perguruan tinggi mempersiapkan para mahasiswa untuk mengambil
tanggung jawab di dalam masyarakat. Dari para lulusannya, masyarakat
mengharapkan pembaruan dan perbaikan terus menerus dalam tata kehidupan
bermasyarakat dan bernegara.
5. Dimensi korporasi
Perguruan tinggi memberikan jasa kepada masyarakat berupa pelayanan
kependidikan tinggi dalam bentuk proses belajar mengajar dan penelitian. Produk
utama perguruan tinggi adalah ilmu pengetahuan yang diberikan kepada masyarakat
dalam bentuk pelayanan pendidikan tinggi sehingga bisnis utama perguruan tinggi
adalah ilmu pengetahuan. Masyarakat pengguna jasa utama perguruan tinggi adalah
mahasiswa. Dalam bentuk Perguruan Tinggi Swasta (PTS), mahasiswa merupakan
(22)
sumber dana utama sesuai dengan status badan hukumnya. Jadi, jumlah mahasiswa
yang sedikit (tidak memenuhi target produk kuantitatif) akan mengakibatkan
perguruan tinggi tidak dapat membiayai dirinya sendiri sehingga mengalami defisit.
Hal ini menunjukkan kesamaan dengan korporasi. Adapun perbedaannya terletak
pada sifat lembaga dan pelayanannya (jasa yang ditawarkan).
Bila tujuan utama dari korporasi dalam arti konvensional adalah mencari laba,
maka sebaliknya, tujuan PT sebagai korporasi adalah memajukan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan pengabdian kepada masyarakat. Korporasi dalam arti konvensional
tidak bertanggung jawab langsung kepada masyarakat. Sementara korporasi dalam
arti PT, meskipun secara eksplisit tidak bertanggung jawab secara langsung kepada
masyarakat, tetapi secara moril tetap harus bertanggung jawab sesuai dengan bentuk
kelembagaannya yang disebut lembaga sosial yang mengabdi kepada masyarakat.
2.3.2 Definisi Mahasiswa
Mahasiswa dalam peraturan pemerintah RI No. 30 tahun 1990 adalah peserta
didik yang terdaftar dan belajar di PT tertentu. Chaerul dan Kartono (Rahmawati,
2006) menyebutkan bahwa mahasiswa merupakan anggota masyarakat yang
mempunyai ciri-ciri tertentu antara lain:
1. Mempunyai kemampuan dan kesempatan untuk belajar di perguruan tinggi
sehingga dapat digolongkan sebagai kaum inteligensia.
2. Mahasiswa diharapkan nantinya dapat bertindak sebagai pemimpin masyarakat
atau pun dalam dunia kerja.
3. Mahasiswa diharapkan dapat menjadi daya penggerak yang dinamis bagi proses
modernisasi.
4. Mahasiswa diharapkan dapat memasuki dunia kerja sebagai tenaga yang
berkualitas dan profesional.
(23)
22
2.3.3 Kualitas Pelayanan Pendidikan
Sallis dalam Alifuddin (2012) mengemukakan bahwa pendidikan adalah jasa
yang berupa proses pembudayaan. Produk yang diberikan lembaga pendidikan adalah
jasa pelayanan. Kualitas jasa pelayanan pendidikan sangat bergantung pada sikap
pemberi pelayanan di lapangan dan sikap serta harapan pemakai jasa pendidikan.
Pelayanan pendidikan yang berkualitas menurut Alifuddin (2012) adalah suatu proses
yang berpusat pada pencapaian kepuasan harapan pelanggan pendidikan, perbaikan
terus menerus, pembagian tanggung jawab dengan para pegawai, dan pengurangan
pekerjaan tersisa serta pengerjaan kembali. Sementara Alma (2009) menyatakan
bahwa secara konseptual, mutu akademik adalah muara dari mutu proses pendidikan
manusia, alat, kurikulum, dan fasilitas yang tercermin pada mutu mengajar dosen,
mutu bahan pelajaran, dan mutu hasil belajar, sehingga akhirnya membentuk
seperangkat kemampuan.
Hayati (2007) menyatakan bahwa kualitas pelayanan perguruan tinggi (PT)
dinyatakan baik apabila PT mempunyai kemampuan untuk menetapkan dan
mewujudkan visi melalui misi yang diemban. Juga apabila PT mampu untuk
memenuhi kebutuhan
stakeholders
yang meliputi kebutuhan masyarakat, dunia kerja,
dan profesi. Kualitas pelayanan berperan besar dalam pendidikan. Kualitas tinggi
bukan merupakan pembeda antara universitas yang efisien dan yang tidak efisien
(Javadi, 2011).
Penjaminan kualitas adalah tanggung jawab PT sebagai pihak yang terkait
langsung dalam pola evaluasi internal. Sehingga
internal quality assessment
merupakan tanggung jawab PT, sementara
external quality assessment
menjadi
tanggung jawab pemerintah melalui Ditjen Dikti (Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi) dan BAN-PT. Penilaian eksternal terhadap kualitas ini dilakukan BAN-PT
terhadap PT dan program studi melalui akreditasi. Akreditasi institusi PT dan
program studi terhadap kelayakan mutu dan kapasitas penyelenggaraan program
akademisnya (Wijatno, 2009).
(24)
2.3.4 Mahasiswa Sebagai Pelanggan
Proses penyampaian jasa yang terjadi dalam lembaga perguruan tinggi (PT)
tidak dapat dipisahkan dari keberadaan mahasiswa sebagai pelanggan jasa pendidikan
yang ditawarkan. PT sebagai penyedia jasa harus mampu memenuhi harapan
mahasiswanya dan meminimalisir adanya kesenjangan (gap) sesuai dengan
kemampuannya. Mahasiswa sebagai pelanggan lembaga perguruan tinggi juga
memiliki perilaku yang sama pada saat mereka melakukan pembelian sebuah barang
dengan saat melakukan pembelian berupa jasa. Perilaku pembelian barang dan jasa
keduanya terlihat dalam proses perolehan, konsumsi, pengalaman, serta ide-ide
(Minor, 2002).
Dari penjelasan tersebut maka PT sebagai organisasi atau institusi penyedia
jasa pendidikan hendaknya memperhatikan kepuasan dari mahasiswanya dengan
menyediakan jasa yang dilaksanakan semaksimal mungkin, agar mahasiswa menjadi
pelanggan pendidikan yang terpuaskan. Sementara rendahnya kualitas
PT
menyebabkan ketidakpuasan mahasiswa sebagai pelanggan. Mahasiswa yang tidak
puas, cenderung memilih mundur atau transfer ke perguruan tinggi lain. Sementara
yang tetap bertahan di perguruan tinggi tersebut, tidak akan memberikan pernyataan
dukungan kepada calon pelanggan lain setelah lulus (Borden dalam Shekarchizadeh,
2011)
2.4 Penelitian Terdahulu
Nilakusumawati (2008) dalam penelitiannya yang berjudul Faktor-Faktor
Penentu Kepuasan Mahasiswa Terhadap Pelayanan Fakultas Sebagai Lembaga
Pendidikan (Studi Kasus di FMIPA, Universitas Udayana) mengungkapkan bahwa
dalam upaya peningkatan mutu pelayanan, maka faktor
reliability
yang terlebih
dahulu harus ditingkatkan. Karena faktor reliabilitas memberikan pengaruh dominan
dalam menentukan kepuasan mahasiswa terhadap pelayanan FMIPA Unud sebagai
lembaga pendidikan. Indikator-indikator mutu yang membentuk faktor
reliability
(25)
24
meliputi: profesionalisme
pegawai, keramahan pegawai, kenyamanan dalam
pelayanan, kesopanan pegawai, kejelasan pemberian informasi oleh pegawai, dan
akurasi perhitungan nilai. Dari 24 kategori pelayanan FMIPA Unud, tidak ada satu
pun yang termasuk kategori sangat baik. Oleh karena itu, perbaikan yang perlu
dilakukan fakultas membutuhkan tahapan prioritas, dari lima faktor pelayanan yang
diteliti, keandalan menjadi prioritas utama.
Penelitian berjudul Survey Kepuasan Pelanggan Program Studi Magister
Manajemen Universitas Sriwijaya tahun 2007 (Jurnal Manajemen & Bisnis
Sriwijaya) yang dilakukan Diah Natalisa menggunakan Analisis
Frequency
dan
Descriptive
untuk menggambarkan gap (kesenjangan) antara ekspektasi mahasiswa
dan kenyataan terhadap kepuasan pelayanan Program Studi Magister Manajemen
Universitas Sriwijaya. Dalam penelitian ini, untuk mengetahui tingkat kepuasan
pelayanan pelanggan, digunakan Analisis Gap dan Diagram Kartesius. Implikasi dari
hasil Diagram Kartesius ini adalah Program Studi Magister Manajemen perlu
meningkatkan kinerja dan pelayanan pada dimensi yang masih berada di bawah
ekspektasi dan harapan mahasiswa, yaitu atribut penyediaan dan kelengkapan fasilitas
ruang baca, penyediaan dan kelengkapan fasilitas komputer, kelengkapan isi buku
panduan, kelengkapan isi buku pedoman karya akhir, penawaran mata kuliah yang
sesuai dengan kebutuhan dunia kerja, ketepatan jadwal kuliah, ketepatan waktu
pembagian kartu hasil studi, dan kemampuan
dosen
pembimbing
memahami
kebutuhan mahasiswa.
Kumar (2005) mengkaji hal serupa pada penelitian Analisis Pengaruh
Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Mahasiswa STIE IBBI Di Medan. Kualitas
pelayanan (bukti fisik, keandalan, daya tanggap, jaminan, dan empati) secara
bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap kepuasan mahasiswa Program Strata
1 (S1) jurusan Pemasaran atas pelayanan yang diberikan STIE IBBI pada tingkat
kepercayaan atau
Confident Interval
95% artinya bahwa kualitas pelayanan
merupakan indikator penting dalam memenuhi kepuasan mahasiswa S1 Pemasaran
STIE IBBI. Secara parsial variabel bukti fisik, keandalan, daya tanggap, jaminan, dan
(26)
empati berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan mahasiswa Program Strata 1
(satu) jurusan Pemasaran atas pelayanan yang diberikan oleh STIE IBBI. Variabel
empati yang paling dominan, ini berarti pelayanan yang diberikan oleh STIE IBBI
dari segi empati lebih memuaskan mahasiswa S1 Pemasaran. Dari segi daya tanggap
menunjukkan nilai yang terendah, ini berarti bahwa STIE IBBI kurang menanggapi
atas keluh kesah dari mahasiswa.
Jelena Legcevic dalam Jurnal
Ekonomska i Misao Praksa
menuliskan hasil
penelitiannya yang berjudul Gap Kualitas Pelayanan Pendidikan Dari Sudut Pandang
Mahasiswa. Menurut Legcevic (2009), pendidikan tinggi meningkat dengan cepat dan
setiap hari menjadi lebih dan lebih terbuka untuk proses globalisasi. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk menentukan kesenjangan kualitas pelayanan pendidikan
dengan menggunakan instrumen SERVQUAL awalnya kalangan mahasiswa di
Fakultas Hukum Osijek. Dalam studi ini, total 479 siswa dipilih secara acak dan
diminta untuk mengisi kuesioner yang dirancang sesuai dengan metode SERVQUAL.
Kuesioner ini mengukur kenyataan siswa dan harapan dalam lima dimensi pelayanan
yang terdiri dari jaminan, daya tanggap, keandalan, empati, dan bukti fisik.
Kesenjangan kualitas pelayanan pendidikan ditentukan berdasarkan perbedaan antara
kenyataan siswa dan harapan. Hasil penelitian Legcevic menunjukkan bahwa pada
masing-masing dari lima dimensi SERVQUAL, ada kesenjangan kualitas negatif.
Kesenjangan kualitas yang paling negatif berarti berada di dimensi keandalan (-3,45)
dan dimensi empati (-7,86). Terdapat pula perbedaan yang signifikan antara
kenyataan dan harapan mahasiswa di semua lima dimensi SERVQUAL (p <0,001).
Kesenjangan kualitas negatif berarti harapan siswa melebihi kenyataan mereka.
Dengan demikian, perbaikan diperlukan di semua lima dimensi pelayanan pendidikan
Fakultas Hukum Osijek.
Sementara Tahir Qureshi (2010) menulis dalam Jurnal Penelitian
Interdisipliner Kontemporer bahwa perekonomian di seluruh dunia sedang bergerak
ke arah pengembangan dari sektor manufaktur ke sektor jasa. Penelitian Qureshi ini
berjudul Model SERVQUAL: Kualitas Pelayanan di Lembaga Pendidikan Tinggi,
(27)
26
Faktor-Faktor Apa yang Harus Dipertimbangkan? Qureshi mengungkapkan bahwa
salah satu sektor jasa yang paling banyak memberikan kontribusi bagi perkembangan
ekonomi adalah sektor pendidikan. Dari sektor pendidikan tersebut, lembaga
pendidikan tinggi menempati posisi paling penting karena mereka juga memberikan
kontribusi dalam bentuk penelitian dan pengembangan masyarakat. Pada perubahan
tren, dosen dianggap memainkan peran penting sebagai penyedia layanan, sedangkan
mahasiswa dianggap sebagai penerima layanan atau pelanggan. Jadi, dosen harus
dievaluasi secara berkala oleh pelanggan (mahasiswa). Penelitian ini bertujuan untuk
memeriksa kualitas pengajaran di lembaga pendidikan tinggi menggunakan model
SERVQUAL oleh Parasuraman (1988). Sebanyak 600 kuesioner dibagikan kepada
mahasiswa dari lima universitas negeri dan tiga universitas swasta, 495 diterima
kembali dan dianalisis. Temuan penelitian membuktikan hubungan yang signifikan
dari dimensi ketanggapan dan keandalan dengan kepuasan dan motivasi mahasiswa.
Studi ini membantu para pendidik untuk mengeksplorasi kekurangan dan mengambil
tindakan perbaikan untuk memberantas kekurangan yang diidentifikasi dalam praktik
mengajar.
Shekarchizadeh, Rasli, dan Hon-Tat pada tahun 2011 melakukan penelitian
berjudul SERVQUAL di Universitas-Universitas Malaysia: Perspektif Mahasiswa
Internasional. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi harapan dan
persepsi mahasiswa pascasarjana internasional terhadap kualitas pelayanan dari
beberapa universitas Malaysia. Analisis kesenjangan berdasarkan instrument
SERVQUAL termodifikasi digunakan kepada 522 mahasiswa pascasarjana
internasional. Responden dipilih berdasarkan sampling stratifikasi dari lima
universitas negeri teratas di Malaysia. Penelitian diawali dengan analisis deskriptif
dan diikuti analisis faktor dan analisis reliabilitas. Uji beda t dilakukan untuk melihat
signifikansi kesenjangan dari tiga metode; analisis per item, analisis per dimensi
kualitas jasa, dan analisis kesenjangan total. Analisis kesenjangan mengindikasikan
persepsi mahasiswa terhadap seluruh atribut kualitas jasa masih negatif dibandingkan
dengan ekspektasi. Implikasi manajerial yang diharapkan dapat diambil dari
(28)
penelitian ini adalah manajemen dapat mengetahui kesenjangan yang patut mendapat
prioritas perbaikan utama untuk meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan.
Shekarchizadeh, Rasli, dan Hon-Tat juga menyatakan dalam penelitian ini bahwa
studi terkait kualitas pelayanan di institusi perguruan tinggi sebagian besar
terkonsentrasi pada studi mahasiswa sarjana. Oleh karena itu, Shekarchizadeh
menekankan pentingnya studi serupa dilakukan pada tingkatan pascasarjana.
(29)
❝ ❝❝❞❡❢❣ ❤ ✐❢❥ ❢ ❦❢ ❧ ❝❣ ❝♠❦
♥♦♣♦ qrs t✉✈s
r
✇r tr①②②stt
③④
rangka penelitian disusun untuk menggambarkan konsep analisis kepuasan
pelanggan melalui penilaian harapan dan ken
⑤ataan kualitas pela
⑤anan pendidikan
⑥⑦ ③⑧⑨⑦ ⑩ ③❶ ❷ ❸dari sisi mahasiswa sebagai pengguna jasa.
⑧❹ ❺lisis kepuasan
mahasiswa terhadap pela
⑤anan pendidikan
⑥⑦ ③ ⑧⑨⑦⑩ ③❶❷ ❸ini diperlukan karena
semakin ketatn
⑤a persaingan antara program studi sejenis.
❷❹❻uk dapat
memenangkan kompetisi,
⑥⑦ ③⑧⑨⑦ ⑩ ③❶ ❷ ❸harus melakukan perbaikan kualitas
berkesinambungan.
⑥erbaikan kualitas ini dapat dimulai dengan menganalisis
kepuasan mahasiswa sebagai pelanggan utama
⑤ang merasakan pela
⑤anan pendidikan
⑥⑦③⑧⑨⑦⑩ ③❶❷ ❸.
③❼❹❽
ep
⑤ang digunakan untuk mengukur tingkat kualitas pela
⑤anan
pendidikan di
⑥⑦ ③⑧⑨⑦⑩ ③❶❷ ❸ini dilihat dari lima dimensi kualitas pela
⑤anan jasa
menurut
⑥arasuraman
❾1988
❿⑤aitu
➀➁➂ ➃➄➅ ➆➇,
➈ ➇➆➄ ➁➅ ➄ ➆➄➉y,
➈ ➇➊➋ ➌➂ ➊➄ ➍➇➂ ➇➊ ➊,
➎ ➊➊ ➏➐ ➁➂ ➑➇,
dan
➒➓➋ ➁➉➔ → ⑤ang disebut dengan
⑦➣ ⑨↔↕❷ ⑧➙.
❶asing-masing
dimensi
⑦➣ ⑨↔↕❷ ⑧➙dituangkan dalam beberapa atribut pertan
⑤aan.
⑧❹ ❺lisis univariat
⑤ang
dilakukan ialah analisis kesenjangan antara harapan dan ken
⑤ataan mahasiswa,
analisis tingkat kesesuaian kepuasan akan kualitas pela
⑤anan, serta analisis uji beda.
➛❺sil analisis kesenjangan tersebut kemudian dipetakan prioritasn
⑤a dalam
➜➓➋ ➌➐ ➉ ➁➂ ➑➇-
➝➇➐➞➌➐ ➓ ➁➂➑➇➎➂ ➁ ➆y
➊➄➊.
⑥enelitian ini juga menilai adakah hubungan
⑤ang
bermakna antara karakteristik mahasiswa sebagai pengguna jasa terhadap penilaian
kualitas pela
⑤anan pendidikan
⑥⑦ ③⑧⑨⑦ ⑩ ③❶ ❷ ❸.
⑧➟ ❺pun kerangka penelitian ini
dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
(1)
ç èé êëìèíî ïðñ ìòóñ òìô èí ìòèíõö ëíõóòêñ òõè÷ø ìõèíë÷ è ÷ëù ðú ûüð
ýþ ÿ ✁✂ ✄ý ✁☎✄ ✆
✝✞ ✟✠✡ ☛ ☞✁✌ ✞ ✍ ✠✍✎ ✏✌ ☛ ✑
✒ ✓✒✔✕✖✒✗ ✘
✓✙ ✚✙ ✛
O
✜✛ ✢✣✤ ✢✥✛ ✤✦ ✧★✩ ✧✪ ✫✬ ✭✩ ✮✬ ✪ ✭✩ ✁✟✯✡ ✦✧ ★✩ ✧✪ ✰✱✧✮✬✲✩✱ ✁✳✴✞✵✁✟✯✡ ✦ ✧★✩ ✧✪ ✶✬ ✷ ✧✪★✧✪ ✄✸✹ ☞ ✠✯✵✂☛✴✌ ✸ ✍✸
Bagian
Mutu
Jeki
✦ ✧★✩ ✧✪ ✺✲✷✲ ✁✑✯✹ ✻✼✽✬✪✬✾✧✿ ✱✧✪✱✬❀✩❁✧✱✧✪✿✬ ✪ ★✬❂ ❃❂✧✧✪✿❄❃★❄✧✲✭✾✷ ✮✩ ❅✼✽✬✲❀✷✧✾✿✬❄✬✪❆✧✪ ✧✧✪✱✬★✩ ✧✾✧✪ ❇✼✽✬✲❀✷✧✾✿✬❄✬✪❆✧✪✧✧✪✧✪★★ ✧❄✧✪ ❈✼ ✽✬✪❉✷✭✷✪❂✧✿❃❄✧✪✱✬ ★✩ ✧✾✧✪✮ ✧✪ ✧✪ ★ ★✧❄✧✪ ❊✼✽✬❂✧✱✭✧✪✧✱✧✪✬❋✧❂✷ ✧✭✩ ✧✾✧✭✭✬❂✷❄✷●✿❄❃✭✬ ✭❍ ●✧✭✩❂ ✱✬ ★✩ ✧✾✧✪✿❄❃★❄✧✲✭✾✷ ✮✩ ✻✼ ✽✬✪❁✧❂✧✪✱✧✪✱✬❀✩❁✧✱✧✪✿✬ ✪ ★✬❂ ❃❂✧✧✪✿❄❃★❄✧✲ ✭✾✷✮ ✩✼ ❅✼ ✦✬❄✭✧✲✧✶■❏✲✬✪✬✾✧✿ ✱✧✪✿✬❄✬✪❆✧✪ ✧✧✪✱✬ ★✩ ✧✾✧✪ ✮✧✪ ✧❂❃✱✧✭✩✧✪ ★ ★✧❄✧✪ ❇✼ ✽✬✪ ★✱❃❃❄✮✩ ✪ ✧ ✭✩✱✧✪✮ ✧✪✲✬ ✪ ★✬❋✧❂✷✧✭✩✭✬❂✷❄✷● ✧✱ ✾✩❋✩✾✧✭✮✩✿ ❄❃★❄✧✲✭✾✷✮ ✩✲✬❂✩ ✪ ★✱✷✿✩✿❄❃✭✬ ✭ ✿✬❄✱✷❂✩ ✧●✧✪✮ ✧✪✱✬ ✭✬✱❄✬✾✧❄✩ ✧✾✧✪ ❈✼ ✽✬❂✧✱✭✧✪ ✧✱✧✪✿✬✲✧✪✾✧✷ ✧✪❑✬❋✧❂✷✧✭✩✭✬❂✷❄✷● ✿ ❄❃✭✬ ✭❍ ●✧ ✭✩❂✱✬ ★✩ ✧✾✧✪✿ ❄❃★❄✧✲✭✾✷✮ ✩ ✻✼ ✽✬✪❁✧❂✧✪✱✧✪ ✿❄❃✭✬ ✭ ✿✬✪ ✬❄✩✲✧✧✪ ✲✧●✧ ✭✩ ✭▲ ✧❀✧❄✷ ❅ ✼ ✽✬✪❁✧❂✧✪✱✧✪ ✿❄❃✭✬ ✭ ✿✬❄✱✷❂✩ ✧●✧✪ ❇✼ ✽✬✪❁✧❂✧✪✱✧✪ ✿❄❃✭✬ ✭✱✷ ✪❁✷✪★✧✪ ❂✧✿✧✪★✧✪ ❈✼ ✽✬✪❁✧❂✧✪✱✧✪ ✿❄❃✭✬ ✭✷❁✩ ✧✪▼✷❁✩ ✧✪ ✾✬ ✭✩ ✭◆ ✿❄❃✿❃✭✧❂ ❖●✧✭✩❂ ❖✾✬ ✭✩ ✭P
❊✼ ✽✬✪❁✧❂✧✪✱✧✪ ✱✬ ★✩ ✧✾✧✪❄✷✾✩ ✪ ❄✧✿✧✾✱✷❄✩✱✷❂✷✲ ◗✼ ✽✬❂✧✱✭✧✪ ✧✱✧✪ ✿✬❄✭✩ ✧✿✧✪ ❉✷✮ ✩ ✭✩✷✲ ❘✼ ✽✬✲❀✧✾✷ ✿✬❄✭✩ ✧✿✧✪▲✩ ✭✷✮ ✧ ❙✼ ❚✪✾❄ ❉✮ ✧✾✧ ✩ ✪❋✬✪✾✧❄✩ ✭❀✷✱✷ ❀✧❄✷ ❯✼ ✽✬✲❀✧✪✾✷ ✮✩ ✭✾ ❄✩❀✷ ✭✩❁✷❄✪✧❂ ✽✰✫❏❱ ✻✼ ✽✬✲❀✷ ✧✾ ✿✬❄✬✪❆✧✪ ✧✧✪ ✧✪ ★ ★✧❄✧✪ ❄✬ ✭✩ ✮✬ ✪ ✭✩ ❅✼ ✽✬✲❀✷ ✧✾ ✭✷❄✧✾ ▼✭✷❄✧✾ ❄✬ ✭✩ ✮✬ ✪ ✭✩ ❇✼ ✽✬ ✪❉✩ ✧✿ ✱✧✪ ✮ ✧✪✮ ✩ ✭✾ ❄✩❀✷✭✩ ✽❲✺✫❏ ✫✬ ✭✩ ✮✬✪✭✩ ❈✼ ■✬✪ ★✧❄✭✩✿✧✪ ❂✧✿❃❄✧✪ ❄✬ ✭✩ ✮✬ ✪ ✭✩❑ ❄✬✱✧✿✪ ✩❂✧✩ ❄✬ ✭✩ ✮✬ ✪ ✭✩ ❊✼ ✽✬ ✪ ★✧✾✷❄ ❁✧✮ ▲✧❂ ✿❄✬✭✬✪✾✧✭✩ ❄✬ ✭✩ ✮✬ ✪ ✭✩ ◗✼ ✽✬✲❀✧❉✧❄ ●❃✪❃ ❄▼ ●❃✪❃❄ ✱✬ ★✩ ✧✾✧✪ ❄✬ ✭✩ ✮✬ ✪ ✭✩ ✻✼ ✽✬✲❀✷ ✧✾ ✧✪ ★★ ✧❄✧✪❀✷❂✧✪ ✧✪ ❅✼ ❚❋✧❂✷✧✭✩ ✿✬❂✧✱✭✧✪ ✧✧✪ ✧✪ ★★ ✧❄✧✪❀✷❂✧✪ ✧✪ ❇✼ ✽✬❄✬✱✧✿❄✬ ✧❂✩ ✭✧✭✩ ✧✪ ★★ ✧❄✧✪❀✷❂✧✪ ✧✪ ✮ ✧✪ ✧✪ ★ ★✧❄✧✪
✾✧●✷✪ ✧✪◆ ❳✺✶❏P
❈✼ ✽✬✪ ★✬❂ ❃❂✧✱✧✭ ❀✬ ✭✧❄✮ ✧✪❀✧✪✱ ❊✼ ✽✬✪ ★✷✲ ✿✷❂ ✱✧✪ ❀✷✱✾✩✾ ❄✧✪✭✧✱✭✩ ◗✼ ✽✬✪ ★●✩✾✷✪★■ ■ ● ❅ ✻✿✬ ★ ✧▲ ✧✩ ❘✼ ✽✬✪ ★●✩✾✷✪★■ ■ ● ❅ ✻✿✩●✧✱❂✷ ✧❄ ❙✼ ✫✬✱❃✪✭✩ ✧❂✩ ✧ ✭✧✩ ❏ ■ ■✲✧●✧ ✭✩ ✭▲ ✧ ❯✼ ✲✬✲❀✷✧✾✪✬❄✧❆✧ ✫❍❨ ✻❩✼ ✽✬✲ ✿✬❄✭✩ ✧✿✱✧✪ ✮ ✧✪✲✬✪❉✬❄✧● ✱✧✪ ❀✷✱✾✩✿❃ ✾❃✪★ ✿✬ ★✧▲✧✩❍ ✿✩●✧✱ ❂✷✧❄✱✬❬✶✽ ✻✻✼ ✽✬✪ ★✷❄✷✭✾✷✪ ✮ ✧ ❀✧❉✧❄✮ ✧✪✾✬❂✧✾ ❀✧❉✧❄❏ ■ ■✲ ●✭ ✻❅ ✼ ✽✬✪❆✧❄✩ ✧❂ ✾✬❄✪✧✾✩ ❭ ✩✪❋✬ ✭✾✧✭✩✮✧✪ ✧ ✱✧✭ ✻✼ ✽✬✪❉✩ ✧✿✱✧✪ ✿✬❄✭❉✧❄✧✾✧✪ ✧✱ ❄✬✮✩✾✧✭✩ ❁✷❄✪✧❂ ✽✰✫❏❱✮✧✪ ✶✰✫❏ ❅✼ ✽✬✲✧✪✾✧✷ ✮✧✪ ✲✬✪★✬❋✧❂✷ ✧ ✭✩ ✿ ❄❃✭✬ ✭ ✿✬❄✱✷❂✩ ✧●✧✪ ❇✼ ✽✬❂✧✱✷✱✧✪ ✧✱ ✾✩❋✩✾✧✭ ✿ ❄❃✲❃✭✩✮ ✧✪ ✿✬✲✧✭✧❄✧✪ ✿ ❄❃★❄✧✲✭✾✷✮✩ ❈✼ ✽✬✪❁✧❂✧✪✱✧✪ ✿ ❄❃★❄✧✲ ✱✬●✷✲✧✭✧✪ ✮✧✪❪❫ ❴❵ ❛ ❜ ❝❞❵❡❢❛❣❤ ✻✼ ✽✬✪❁✧ ★✧ ✱✬❀✬❄✭✩●✧✪ ✱✧✪✾❃ ❄ ❅✼ ✽✬✲❀✧✪✾✷ ✿✬❄✿✷ ✭✾✧✱✧✧✪❍ ❀✷✱✷✱❃ ❂✬✱✭✩ ✶✰✫❏ ❇✼ ❳✩ ✭✾ ❄✩❀✷✭✩✭✷❄✧✾ ✱✬❂✷ ✧❄ ❈✼ ❳✩ ✭✾ ❄✩❀✷✭✩ ❀✧●✧✪▼❀✧●✧✪ ✷❁✩ ✧✪ ❊✼ ✽✬✲ ✿✬❄✭✩ ✧✿✱✧✪ ✿❄❃✭✬✭ ✿✬❄✱✷❂✩ ✧●✧✪ ◗✼ ✽✬✲ ✿✬❄✭✩ ✧✿✱✧✪ ✿❄❃✭✬✭✷❁✩ ✧✪✾✬✭✩ ✭
(2)
✐❥ ❦❧♠♥❥ ♦♣ qr❥s❥ ❦❥ t❥ ✉ ♠✉ ✈❥✇①②③④ ①⑤② ⑥⑦⑧
⑨⑩ ⑨❶❷ ❶ ❸
T
❶❹❺❸ ⑨⑩ ⑨❶❷ ❶ ❸T
❶❹❺❸❻ ❼❽❾❿➀ ➁➀ ➂ ❽❾ ❼➃➄ ❾➅ ➆➇ ❿➀➂❾➀➈ ➉➊ ➂➊➋ ❾➀➌➍➎ ❾➄➀ ❼➃➄ ❾➅
➇ ❼❽➂❾➊➎➏ ➐➀➑➒➋ ❼➃➄ ❾➅ ➆➓ ❿➀➔➀→❾➂➒➀ ➎➀➣➍ ❽❾➒➀➐ ❼➃➄ ❾➅
➓ ❼↔➏➊➋↕➊ ➂❾➙➛➏➊ ➂➁➏➃➏ ❼➃➄ ❾➅ ➆➆ ❿❾➃➊➜➍➒➀ ➂➀❼❽➉❾➄➀➒➀ ❼➃➄ ❾➅
➆ ❼↔➍➋➝➍ ➂➔➀➐➄➏ ➞➟➂ ❼➃➄ ❾➅ ➆➠ ❿❾➎➡➀→➢➏➋➀❽ ❼➃➄ ❾➅
➠ ❼➎ ➃➉➀➒➍ ❽❾➞➝ ➤➋ ❾ ❼➃➄ ❾➅ ➆➥ ❿➍ ➉➀➒➀❽➢❾➡➦➔➝➊➄➔➀ ➂➄➏ ❼➃➄ ❾➅
➥ ❼➐➐❾➋➀ ➧➊ ➨➂❾❽➀➐❾ ❼➃➄ ❾➅ ➆➩ ❿➍ ➄ ➉❾➀➝➀➂❾ ❼➃➄ ❾➅
➩ ❼➋ ➂➏➅❾➝➍ ➊ ➨➝➍ ➂➀➫ ➉➒➀➐ ❼➃➄ ❾➅ ➆➭ →➀ ➯➀➄➍➎➎➀➉ ❼➃➄ ❾➅
➭ ❼➲❾➫➊➐➀❿➍ ➉➀➒➒➀ ❽➳➦➨➀➎ ❼➃➄ ❾➅ ➆➵ →➊➎❾➋➧❾➄ ➂❾➀ ➉➸➀➐❽➀➔➀➐❾ ❼➃➄ ❾➅
➵ ➣➀↔➍➋ ➈➀ ➍ ➅❾➦➍ ➂➢➀ ➫ ➉➒➀➐ ❼➃➄ ❾➅ ➠➺ →➍ ➂➳➐❽➀➉➌➍ ➎❾➀➄➔ ❼➃➄ ❾➅
❻➺ ➣➀➒➨➀➐↔➑➏➐❾➜➀➂➯➏➐➏ ❼➃➄ ❾➅ ➠❻ ➛➍ ➄➍❿➀ ➋➟➊➁ ❾➛➂➀➄ ❾➁ ❾ ❼➃➄ ❾➅
❻❻ ➣➀➒➨➀➐↔➝➍❽➀ ➂➒➀➐➄➏ ❼➃➄ ❾➅ ➠➇ ➢❿➍ ➉➀➒➒➀❽❼➎ ❾➧➀➄ ➉➏ ➐❾ ❼➃➄ ❾➅
❻➇ ➣➀➒➨➀➐↔➻ ❾➨➏➁➏ ❼➃➄ ❾➅ ➠➓ ➢ ➤➊➤➝➀ ❽➏➐➏ ❼➃➄ ❾➅
❻➓ ➣❾➊→➏➲❾➂ ➊➐➀➎➎ ❾➀➼➒➀➂ ❼➃➄ ❾➅ ➠➆ ➢➊➡➀→➍↔➂➀➉➀ ❼➃➄ ❾➅
❻➆ ➽➉➂❾➋ ➄ ❾➐➊❿➊❾❽❾➀➁➀➄ ❾ ❼➃➄ ❾➅ ➠➠ ➢❾➡➃➀➸➀ ➋➀➐➀ ➉ ❼➃➄ ❾➅
❻➠ ➟➊➀ ➋ ➄ ➂ ❾➛➂➀➄ ❾➁❾ ❼➃➄ ❾➅ ➠➥ ➢❾➡➦❾➜❾➂➀➐➀➁➀➄ ❾ ➜➏➋➏➐↔
❻➥ ➟➊➲❾➐➀❼↔➍➋➄ ❾➐ ❼➃➄ ❾➅ ➠➩ ➢➏➫ ➉➔➀ ➄➍➐ ❼➃➄ ❾➅
❻➩ ➟➊➁ ❾➳➐❽➀ ➉➌➍➐❾➀➄ ❾➞ ➟➂ ❼➃➄ ❾➅ ➠➭ ➢➏➐➐❾➝➙➝➍ ➃➀➐❽➀➂ ❼➃➄ ❾➅
❻➭ ➟❾➐❽➀➛➂❾➄➀➾➀ ➍ ❽❾➃➀ ❼➃➄ ❾➅ ➠➵ ➢➂➝❾➐➏ ➒➛➂❾➀➐➄ ❾ ❼➃➄ ❾➅
❻➵ ➟➂➤➟➏➋➏➝➍ ➄ ❾➔➏➐➏ ➞➝ ➙➤➀➐ ❼➃➄ ❾➅ ➥➺ ➝➀➐➄➔➛➀➂➍➎ ❾➀➐ ❼➃➄ ❾➅
➇➺ ➟➍➒➀➛➂➀➙➁❾➀ ➋ ❾➉❿➀➂↔➀➂➊➄➉➀ ❼➃➄ ❾➅ ➥❻ ➝➀➂❾❿➊➎➀ ➄❾ ❼➃➄ ❾➅
➇❻ ➟➁❾➳➐❽➂❾❼➋➄➍ ➄ ❾➃ ➜➊➎➍➀➂ ➥➇ ➝➂❾➛➍ ➂➁➀➐❾➐↔➋❾➉➈ ➊↔➍ ➉ ❼➃➄ ❾➅
➇➇ ➚➎➔➀➐➀➝➂❾➝➍➎ ❾➋➄➔➏➁➀ ➄❾ ❼➃➄ ❾➅ ➥➓ ➝➂❾➼➄➀➒❾ ❼➃➄ ❾➅
➇➓ ➚➒➒➀➢➀➄➐➀➁➀➄ ❾ ❼➃➄ ❾➅ ➥➆ ➝➂❾➌➍➐❾➀➂➄ ❾ ❼➃➄ ❾➅
➇➆ ➚➐❽➀➂➜➍➋➍➒➀➌➍ ❽❾➀ ➄ ❾ ❼➃➄ ❾➅ ➥➠ ➝➔➎ ➲➀➟❾➐❾➊❼➎ ❾➐❽➀ ❼➃➄ ❾➅
➇➠ ➚➋ ➄➔➻ ❾❽❾➀➂➄ ❾➐❾ ❼➃➄ ❾➅ ➥➥ ➈ ❾➀➂➀➣➍➐↔➀❿➀➔➀➐↔ ❼➃➄ ❾➅
➇➥ ➚ ➄ ❾➃➢➊➄➐➏➻ ❾➔➀➄ ❾ ❼➃➄ ❾➅ ➥➩ ➈ ➂❾➁❾❽➉❾➸➀ ➋ ➄➍ ➄ ❾➛➍➋➙❾➄➀ ➋➀➂❾ ❼➃➄ ❾➅
➇➩ ➚ ➲❾➢➀ ➫ ➉➒➀ ➁➀ ➄ ❾ ❼➃➄ ❾➅ ➥➭ ➻➀ ➉➔➍➈ ➂ ❾➀➐❾ ❼➃➄ ❾➅
➇➭ ➧➀➄ ❾➒➀ ➉➟➔➀ ➉→➍ ➂❼➋➄➍ ➄ ❾ ❼➃➄ ❾➅ ➥➵ ➌➍➎ ❾➃➀➸➀➂➐❾➡➀ ❼➃➄ ❾➅
➇➵ ➧➊ ➨❾➪ ➊➐❾➄➀ ❼➃➄ ❾➅ ➩➺ ➌➍ ➂❾➡➃➀➝➀➨➂ ❾➐➀ ❼➃➄ ❾➅
➓➺ ➧➊ ➂➏➐❾➃➀➸➀➂❽➀➐➄ ❾ ❼➃➄ ❾➅ ➩❻ ❿➀ ➲➃➂➊➐➑➜➀➒➨➍ ➀➔➀ ❼➃➄ ❾➅
➓❻ ➸➀ ➂➔➏➻ ❾➫➀➃➋➏➐➏ ❼➃➄ ❾➅ ➩➇ ❿➍➋ ❽➀ ➎ ❾➅➀ ➉ ❼➃➄ ❾➅
➓➇ ➸ ➊➎➋➀➢❾➔➀➐❾➃➀ ❼➃➄ ❾➅ ➩➓ ❼❼→➑➀➔➀➜➍➋➍➒➀➞➋➙➏↔➃ ❼➃➄ ❾➅
➓➓ ➸ ➊➐❽➂❾➃➝➀➎ ❾➒ ❼➃➄ ❾➅ ➩➆ ❼➎ ➊➶➀➐❽➂➀ ➜➏➋➏➐↔
➓➆ ➸ ➊➂➐❾➪➊➋ ➄➔➀➐❾➐↔➋ ❾➉ ❼➃➄ ❾➅ ➩➠ ❼➐❽❾➻➀➉➔➍➐❾➐↔➋ ❾➉❼➄ ➄➀ ➋ ❼➃➄ ❾➅
➓➠ ➳ ➂➀❿➍➎ ❾➀ ➋➀➂➔ ❼➃➄ ❾➅ ➩➥ ❼➐➯➀➂❼➂❾➪➊↔➏➁➏ ❼➃➄ ❾➅
➓➥ ➜➉➀ ➊ ➂➍➐→❾➋ ➀→➍ ➂➀➃➉➔➀ ➄❾ ❼➃➄ ❾➅ ➩➩ ❼➂ ❾❿➍ ➉➀➐❽➀➂❾ ❼➃➄ ❾➅
➓➩ ➪ ➀➍ ➂➀➻ ❾❽❾➀ ➋ ➄➍➄ ❾ ❼➃➄ ❾➅ ➩➭ ❼➍➂➔➐➽➀ ➂ ❾➋ ➋➀ ➽➉➂ ➊➋ ➄➊➎➎➀➝ ➤ ❼➃➄ ❾➅
➓➭ ➪➊➋➎ ❾➈➀➒➀ ➂ ❾➐➀➜➉❾➀➄ ❼➃➄ ❾➅ ➩➵ ➣➀➒➨➀➐↔➟➁❾➙➏ ➔➏ ➐➏ ❼➃➄ ❾➅
➓➵ ➪❾➎ ❾➃❼➐❽➂❾➀➐❾ ❼➃➄ ❾➅ ➭➺ ➣➀➒➨➀➐↔➚ ➃➏➝ ❼➃➄ ❾➅
➆➺ ➪ ➍➔➀➐➄ ❾➈➋➉❾➀ ❼➃➄ ❾➅ ➭❻ ➣➊➎➎➀➛➀➄ ➂❾➀ ➯➀➔➀ ❼➃➄ ❾➅
➆❻ ❿➀➃➃❾➊❿➍ ➨➀➂➀ ➃ ❼➃➄ ❾➅ ➭➇ ➽➉➊➐➐➔❿➍➎➯➀➁➀➐ ❼➃➄ ❾➅
(3)
ÏÏ
ÐÑ ÒÓÔÕÑ ÒÖÑ × ØÙÚÑÒÛ Ü
ÝÞ Ý ßà ß á
T
ßâãá ÝÞ Ýßà ß áT
ßâãáä å æ ç èçé êëì íîïð ñð òóô ëõ ö÷ø éùñð êéùñëúð ñëûùêù òóôëõ
äø æ ç üü ïýùüþçîëô ð òóô ëõ ö÷ÿ é êëýð ñô ð í ð ô ë òóôëõ
äÿ æ ç ë✁ç✂êëð ñôë òóô ëõ ö÷✄ é í☎ð êôëñë òóôëõ
ä✄ æ ç ë✆çüô ð êëñë òóô ëõ ö÷✝ ✞✂✁ëêþð ñü ïð✟✠ý ëõð ë òóôëõ
ä✝ æùñëé çôëð ð ñ ✡ùüùñû ö÷ä ✞ê ë☛ëü çüð éùçô ëüñð òóôëõ
ää æ ê☞☛ð ïð ñé íô ð êûð ✡ùüùñû ö÷✌ ✍ êïúí ü☎ðú êð ñëñè ëôïðú íô ê ë òóôëõ
ä ✌ æ ëéðôêëù òóô ëõ öå✎ ✏ð ñ ð ê✑ð èëïð ñô ù òóôëõ
✌✎ ✒êè ëñýð ó íñ✑ð üë✂íð ñ òó ô ëõ öåö ✏ð ü îëñð òóôëõ
✌ö ✒êëçæ✟ð êþð☞ êð ð ñ òóô ëõ öå÷ ✏íîëð ñô ëéð ✓ëô êë òóôëõ
✌÷ ✒ê ëñæ✟ð êþð ✡ùüùñû öåå ✏íñëð êé íó þð ðôë òóôëõ
✌å ✁ðôþð ð ô ë òóô ëõ öåø ✏íüèð êòñèë òóôëõ
✌ø ✑ð èëýð✟þð ô ü ïð✟ òóô ëõ
✌ÿ ✑ð êê ï✞ê ëþíê✔ð ô ñù òóô ëõ
✌✄ ✑çð ✓ç ñ✆ùêèéëþð ô í☎ð ñû òó ô ëõ
✌✝ ✑ç êþëç ñ☛✕ì ùçê ïùñù òó ô ëõ
✌ä ☞ ð ñæ ð óù ô ð òóô ëõ
✌✌ ✖ç õõê ï✑ð êêëð èëéùç ð ñèë òó ô ëõ
ö✎✎ ✖íñë✗✟ëíèê ë òóô ëõ
ö✎ö ✡ð ê îçð ññç✆ùñïúê ëþð üð ê ë òó ô ëõ
ö✎÷ ✆ëð✘ð êèç ñëðúð êô ðóíüíþð òó ô ëõ
ö✎å ✆ëð ñð✙í îõð òóô ëõ
ö✎ø ✆ëç üæ ëñð✆ëð üô íô ë òóô ëõ
ö✎ÿ ✆ëç ü✚ íû êù✟ù ð ô ë òóô ëõ
ö✎✄ ✆ùîï✘íü ✓ëô ðýç ñë òóô ëõ
ö✎✝ ìð ó ëð ñë òóô ëõ
ö✎ä ì í✟ð þþð è✑ð üð ñ òóô ëõ
ö✎✌ ì í✟ð þþð èý ë✛ó ë✁ð ✔ê ëð ñü ïð✟ òó ô ëõ
ö ö✎ ✚ð ñë✑ëèð ïð ñôë òóô ëõ
ö öö ✚ð ñëóé í☎ê ëð ñë òóô ëõ
ö ö÷ ✚ ç îîðò✂èíîîð✟ òóô ëõ
ö öå ✚ ëç ññçò êëèð ïð ñô✟ë✑ð ëñíñ òó ô ëõ
ö öø ✚ ëô ïðúð ñèíüð êð ñë òóô ëõ
ö öÿ ✚ùêð✞ê ëüô ïð ñð òóô ëõ
ö ö✄ ýð ✜✟þë✑ð ñèð ïð ñë òóô ëõ
ö ö✝ ýð✟ð ïíéí üëîù ð ô ë òóô ëõ
ö öä ýðôñð òêëçô ô ð òóô ëõ
ö ö✌ ýð ✓ëñð✚ ðùþë✞ð ê ëûð ñ òó ô ëõ
ö ÷✎ ýçñëô ðò õêëð ñë✏ù✟ð ó ëþ òó ô ëõ
ö ÷ö ýëô ð✑ð ê õëð ñð òóô ëõ
ö ÷÷ ýíèïúùí òóô ëõ
ö ÷å éð êð✟òñèëñë òóô ëõ
(4)
✮✯✯
✰ ✱ ✰ ✲✳✲ ✴
T
✲T
✵✴ ✰ ✱ ✰ ✲✳✲ ✴T
✲T
✵✴✶ ✷✸✹✺✻✼✽✾✿✼❀✾✻✹❁✾✽✸ ❂✹❃✹✺ ❄❅ ❆✼❇❈✾✷❈✹❉❇✾ ❊✾ ❋● ✺● ✽✸
❅ ✷❊❀✾ ❍■✾❍✼✾ ✽ ❋● ✺● ✽✸ ❄❏ ❑✹❃✼✾✽✻ ❊❈ ❂✹❃✹✺
❏ ✷❃▲▼✽✿✾◆✻✼✿✾ ✽✻● ✺● ✷◆✻✼❖ ❄❄ ❑✹❈✹✽P❀✽✼❈✾✻✹✽ ✷◆✻✼❖
❄ ✷✽✼✺◗✹❍✾ ❘✼ ✷◆✻✼❖ ❄❙ ✷❀✾✽❍✾■✾ ❊❀✾ ✽✼✾ ✷◆✻✼❖
❙ ✷❁❇✼❃✼✾❚◆✾❆✼❯✾❈✾ ✽✻✼ ✷◆✻✼❖ ❄❱ ✷✽✼✽❍❈✾❲❘✼✻✾ ✷◆✻✼❖
❱ ❳▼✻✻✼❂✹✺✼✾ ✽✾✿✼❃✼✻● ✽✸✾ ❨✹✻✼ ❄❩ ✷❇❈✾ ✽✻✼❲❘✼❁✹✻ ❇✼ ❂✹❃✹✺
❩ ❨❊●❃✼❍❑✾ ❀✾✽✼ ✷◆✻✼❖ ❄❬ ✷✺❇✼❑✹✽✼✻✾ ❂✹❃✹✺
❬ ❨● ❇❈❭✾❈✾ ✽✸✿✾❇✼ ✷◆✻✼❖ ❄❪ ❲▼✺❇✼✾✽✾❚❃✼✺✾▲▼✻ ❊❉✼✽✻✼✽✸ ✷◆✻✼❖
❪ ❲✾✽❍❈❭✾✺❃● ❘❫ ✷◆✻✼❖ ❙❴ ❲❇❵❆ ✼✺✽✹✿❇✼❛✹❇❘▼✽✼✽✸ ✷◆✻✼❖
✶❴ ❲▼❘✼❫✹✺❁✼✻●✿✾ ❇✼ ❂✹❃✹✺ ❙ ✶ ❲❘✼❫✹✻ ❇✼❫✼✾✽❍✾✽✼ ❨✹✻✼
✶✶ ❲❇✸❵✷✹❃✼✾ ✽✼✿●❇✾❈✾ ✷◆✻✼❖ ❙❅ ❚❜✼✻✾❭✹✻✼✾✷ ✽✸✸❇✼✾✽✼ ❂✹❃✹✺
✶❅ ❲❘✼❈✾✽✼❆✾✺▼✻❈✾ ✷◆✻✼❖ ❙❏ ❝✽❍❇✾❞●◆●❭✹❃❈● ✽● ❂✹❃✹✺
✶❏ ❡▼✽✼❛✹✸❇✾ ❊✾ ❂✹❃✹✺ ❙❄ ❋▼❀✾ ❃❝❀❇✾ ✽ ✷◆✻✼❖
✶❄ ❡❇✼▼❍✾✷❈✹❫❇✼❊✾ ❍✼✽✼ ✷◆✻✼❖ ❙❙ ❫❇✼❀✾❍● ✽✾✷ ❀✾ ❃✼❈✾ ✽✼ ❋● ✺● ✽✸
✶❙ ◗✾✽❍✼❆ ✼❯✾ ❈✾ ✷◆✻✼❖ ❙❱ ■✾✹❍❊✾✻✹❃P❃❖✾ ❂✹❃✹✺
✶❱ ◗✾✺❇✼❲✼✽✼❇✼✾✽✻✼ ✷◆✻✼❖ ❙❩ ■●✽✾❭● ❇✾ ✷◆✻✼❖
✶❩ ❝❉ ✺✻❂✾ ✽✾ ✽✸■● ✽✼✿✹❁✾✻ ❇✾ ✷◆✻✼❖ ❙❬ ✿▼✺✼❃❈❨❊✾✻▼❇✼✽▼❛✾ ✼✽✸✸●❃✾ ✽ ✷◆✻✼❖
✶❬ ❝❇❀✾❑✹❍✼✻ ❊✷❈✹❫✹✺❁✼✻✾ ✷◆✻✼❖ ❙❪ ✿✼✻✻✼❭✾ ❇❍✼✾ ✽✾ ✷◆✻✼❖
✶❪ ❝✻✾❫✾✻ ❇✼✾✽✼ ✷◆✻✼❖ ❱❴ ❆✼❍❈✾✷ ✽✾✽❍✼✻✾ ❂✹❃✹✺
❅❴ ❞▼✺✺❈■✾❀✾❍❊✾ ✽ ✷◆✻✼❖ ❱ ✶ ❑✹❃✼✾✽✻✼ ✷◆✻✼❖
❅ ✶ ❭▼✸✾◗✾✺✾ ✽✹❃◗✹❍✾ ❂✹❃✹✺ ❱❅ ❢✹❃❖✾❝✺✽✼✾ ✽✻● ✷◆✻✼❖
❅❅ ❭● ❊✾ ❀✾ ❍❝❊✺✾ ✽■✾ ❀❍✾ ✽✼ ✷◆✻✼❖ ❱❏ ❭✼❇✽✾ ❘✾✻❈ ✷◆✻✼❖
❅❏ ❭✹❣ ❊✺❈✾❀❡✾ ❊❇✼❤✾ ❃❲✼✽✾✻✾ ❋▼❃✹✾❇ ❱❄ ✷❵✾❛✸✹❇✾ ❊❳✹❍✼✾❇✻✾ ✷◆✻✼❖
❅❄ ❛✾ ✽❍✾❋✾❃✼▼✺✻✾✺✾ ❇✼ ❂✹❃✹✺ ❱❙ ✷❍❊❈❛✹✸❇● ❊● ✷◆✻✼❖
❅❙ ❛✹❇✷❇✼✽✼❳✾✻✹▲✾❇✾✐▼❇✾ ✷◆✻✼❖ ❱❱ ✷✸✽▼✺❫❇✾ ✻✼❘✼ ❂✹❃✹✺
❅❱ ❛✹❇❈✾✻✼❲❯✹❃✼ ✷◆✻✼❖ ❱❩ ✷✸✹✺✻✼✽✾✿❈✾❊❇●▼❃ ✷◆✻✼❖
❅❩ ■✾ ❊❀✾✻ ✺❈✾ ❊✿✹❇❈●◆✹✺✹❀● ❋● ✺● ✽✸ ❱❬ ✷❃▲▼❇✻✹✺❳✹❍✼✿✹❃✼✺✻❈✾ ✷◆✻✼❖
❅❬ ■✾✻ ✽✾✷✻✼✽✾■✼✾ ✽❍❊✼✽✼ ✷◆✻✼❖ ❱❪ ✷❀✾✽❭✾✺❊✹❇✼ ❂✹❃✹✺
❅❪ ■✼✽❈✿✾❇✼❳✾ ❣ ❊✻✼✾❇ ❂✹❃✹✺ ❩❴ ✷❀▲✹✽✿✹❇✼ ✷◆✻✼❖
❏❴ ■✼❇✼✽✷ ❊❍✼✾✻✼✿✹❇❈✾ ✾✻ ❀✾ ❍❯✾ ❋● ✺● ✽✸ ❩✶ ✷❇✼❖❋✹✺✹❀✾❆ ✾ ❇❍❊✾ ✽✾ ❂✹❃✹✺
❏ ✶ ■● ✺▼❃❈✽▼❚❵❊❵❃❵❥●▲✼✽✸ ✷◆✻✼❖ ❩❅ ✷❇❃✼❖✷ ❇✺❈✾ ❍✷❀▲❇✼❃ ❋● ✺● ✽✸
❏❅ ✿❇✼◗✾❇✻✾✽✻● ✷◆✻✼❖ ❩❏ ✷❇❈●✷✺✻● ✺✾❃●◆● ❋● ✺● ✽✸
❏❏ ✿✹✺✼❃●❘✾✻✼ ❂✹❃✹✺ ❩❄ ✷❤✼❤✾❝✺◆✾✽❍✾ ❇ ❋● ✺● ✽✸
❏❄ ✿✾ ✻ ❇✼●❛✹✸❇● ❊●❫❇✾✻● ❀● ✷◆✻✼❖ ❩❙ ❳✹❍✼❀✾ ✽ ✷◆✻✼❖
❏❙ ✿✼❃❜✼✾✷ ✸✹✺✻✼✽✾ ✷◆✻✼❖ ❩❱ ❲▼❘✼❫✹✺❁✼✻●❇✼✽✼ ✷◆✻✼❖
❏❱ ✿❇✼❲✾✽✾✺❘✾❇✼✷ ✷◆✻✼❖ ❩❩ ❲✼✾ ❊■✼❜✾✷✺✻✹✻❈ ✷◆✻✼❖
❏❩ ✿❇✼■▼❯▼◆✼ ❋● ✺● ✽✸ ❩❬ ❲✼✾ ✽✐✼▼✺✻✾✷❇✺✼✾✽✻✼ ✷◆✻✼❖
❏❬ ✿❜▼✻❃✾✽✾❫✾❇✹✽✻✹ ✷◆✻✼❖ ❩❪ ❲❯●◆●■✾ ❊✾❍✼✾✽✿✾ ✽✻● ✷◆✻✼❖
❏❪ ✿❈✹◆❇✾ ✾◗ ✸ ✷◆✻✼❖ ❬❴ ❲❇❵❝❛❈❀❵◗✾ ❇✼❈✾ ✺✾ ✷◆✻✼❖
❄❴ ❥✼✻✾ ✽✼✾❛✹❇✿ ❊▼❃❃❈ ✷◆✻✼❖ ❬ ✶ ❲❇❵❭✾❍▼❋●▼✽✐✼❇✾❘✾ ✽ ✷◆✻✼❖
❄ ✶ P✹❍❨✾ ❊❈● ✽● ✷◆✻✼❖ ❬❅ ❚❍❘✾❇❍❛✾ ✽✸●❈ ❋● ✺● ✽✸
(5)
t✉t
✈ ✇ ✈ ①②① ③
T
①T
④③ ✈✇ ✈ ①②① ③T
①T
④③⑤⑥ ⑦⑧⑨⑩ ❶❷❸⑨ ❹⑨ ❺ ⑩ ❻❷ ❻ ❺❼ ❽ ❽❾ ❿➀➁➀➂➀⑨ ➃❶➄❶❷
⑤➅ ⑦❸➀➄➆⑨➇⑨ ➈➉➀❷ ➊⑧➁➀➋ ❽ ❽➌ ❿ ➈➀➍➊❷➁❶➁➀⑧ ➊⑧➁➀➋
⑤➎ ⑦❸❸⑨➊➏➈➀➄➀⑨ ➊⑧➁➀➋ ❽ ❽⑤ ❿❶➆⑨ ➈❷ ❻ ❺❻ ⑩ ❻❷ ❻ ❺❼
⑤ ❾ ➐➀❺➀➑➍➈❸⑨ ❺⑨❿❶➄⑨❷ ➁➀❺➀ ➊⑧➁➀➋ ❽ ❽➒ ➓➍❼❶➔⑩❶❺➉ ❻ ➈❻ ➊⑧➁➀➋
⑤ ➌ →➍➣ ➈⑨↔❶❷ ➁➔⑨❸ ➊⑧➁➀➋ ❽↕ ➙ ➓➈➀❷ ❺⑨➛❶➆ ➜➝➀➆ ➞⑨➜⑨❺➁➀ ➃❶➄❶❷
⑤ ⑤ →➍❺➆➈⑨❿❶❷⑨ ❺➁❻ ⑩ ❻❷ ❻ ❺❼ ❽↕ ❽ ➟➍➣➈➜→⑨ ➈➜⑨ ➁➀➃❶➣➀❷ ➊⑧➁➀➋
⑤➒ →➍❺➆ ➜➠ ❻➉➔➁⑨ ➈ ➃❶➄❶❷ ❽↕↕ ➟➍➈❻ ❺➀➉⑨⑦➡⑨➡⑨➡➢ ➍➄❺➆ ➀➁➀ ➃❶➄❶❷
➒➙ →➍➈❸➀❺⑨⑩ ⑨ ➈❶❺⑨➊➁❸⑨ ➞⑨ ➃❶➄❶❷ ❽↕⑥ ➝ ➀➆➜⑨❿➀❷ ➁➔⑨➑➈➀❸⑨ ➊⑧➁➀➋
➒❽ →➍➈❺➀➛❶➆➀➜⑨ ❺➁➀ ➊⑧➁➀➋ ❽↕➅ ➤❶➄➋➀⑨➢➀➁➈➀⑨ ❺➜ ➊⑧➁➀➋
➒↕ ➥➐❶❷➁➀➊➜❶➊❺➍➆ ⑨➓➈➀❷ ❺⑨ ➊⑧➁➀➋ ❽↕➎ ➇➀➄⑨➥❺➆ ➈⑨ ❹⑨ ➁➀ ➊⑧➁➀➋
➒⑥ ➥➠⑨➆➍⑩⑨ ❹➀⑨ ❺⑨ ➊⑧➁➀➋ ❽↕ ❾ ❿ ➈➀→⑨❷➁❶➁➀ ➃❶➄❶❷
➒➅ ➥➠⑨➆➍➠⑨ ➈➆ ➀⑧⑨ ➃❶➄❶❷
➒➎ ➥➝ ⑨➜⑨ ❺➝⑨ ➈➁⑨ ❹⑨ ❺ ➊⑧➁➀➋
➒❾ ➥➡ ➣➡➐➍➆➍➢⑨ ➞⑨ ➈➠⑨ ❺❶⑨ ➣⑨ ⑩ ❻❷ ❻ ❺❼
➒➌ ➥➆ ⑨➊➜❶❿ ➈➀⑩ ❶❷❶❸⑨➦➍❹➀ ➊⑧➁➀➋
➒⑤ ➥➆ ⑨➛⑨❼❶❷❿❶➈➜⑨➑❶➁➈⑨➠⑨ ❺❶ ➊⑧➁➀➋
➒ ➒ ➥❷ ➄⑨❸➀➂❶❷➆ ➀⑨ ❺⑨ ❹⑨ ➁➀ ➃❶➄❶❷
❽➙ ➙ ➧➍❸❸➀➛❶➄⑧➔⑨ ➋➁⑨ ➣➂ ➊⑧➁➀➋
❽➙ ❽ ⑩➍➁❶➁➊❺❻❸➂⑨ ➁❸⑨➜⑨ ⑩ ❻❷ ❻ ❺❼
❽➙↕ ⑩➔⑨➀➈➀❺⑨ ➃❶➄❶❷
❽➙⑥ ➠⑨➆➍➊➜❶→⑨ ➈➜⑨ ➁➀ ➊⑧➁➀➋
❽➙➅ ➠⑨➆➍➥❺➆➈⑨➝➀➞⑨➜⑨ ⑩ ❻❷ ❻ ❺❼
❽➙➎ ➠ ➍➀➆➜➠⑨❶➄➀⑨➂⑨ ⑧➔❸➀ ➃❶➄❶❷
❽➙ ❾ ➠ ➍➄➋➀➁⑨⑩➈➀❷❺⑨ ➊⑧➁➀➋
❽➙ ➌ ➠➀➉➔⑨ ➍➄➇⑨ ➁➔⑨ ❺⑨ ➍➄➠⑨➔⑨❸⑨ ➃❶➄❶❷
❽➙ ⑤ ➠❶❷ ➄➀❸⑨➔→❶❷ ❷ ➍➀❺ ➊⑧➁➀➋
❽➙➒ ➇ ❻➨➀➝ ⑨➔➜❶➩➁⑨❸➀➊❺ ⑩ ❻❷ ❻ ❺❼
❽❽ ➙ ➑➈➀➜❻❺❻➑❶➈❹❻→❶❷ ❻➆ ❻ ➃❶➄❶❷
❽❽ ❽ ➂➍❺❺➀❿ ➍➏➁➀❺➀ ➊⑧➁➀➋
❽❽↕ ➂➍➁❺⑨ ❺➜➃➀➁⑨ ➈➀❺➀ ➃❶➄❶❷
❽❽⑥ ➂➀⑨❺➜➠⑨➜⑨➏❶➁➈➀ ➊⑧➁➀➋
❽❽➅ ➂➀➫⑧➜➥➈⑨ ❹⑨ ❺➑❶➁➈⑨➑➈➀➜❻ ❺❻ ➊⑧➁➀➋
❽❽➎ ❿⑨❸❷ ❶➄➂➀➫⑨ ➄ ➊⑧➁➀➋
(6)
➽➾ ➚➪➶➹➘➹ ➚
➹ ➴➶➹ ➷➹ ➬➾➮➹ ➮➱ ➮✃ ❐❒ ❮❰❒ Ï Ð ➱ÑÒÓÔÕÖ ÕÖ ×ØÙ ÚÓÖ ÓÒ ÛÓÜ ÓÖÕÖ ÝÓ ÞØßÜ Óà ÓÙ × ÚÓÔÕáÓÖ
âØÔÓ ãÓ ÒÓÒ âØÒ àÕà ÕäÓÒ å æá ÚàÕ ×ÓÖÚÖ âß ç èß Óé æá Úà Õ âÓÖêÓÖ Óß ëÓÒ Ó×Ó ëÕÓÒ Ñ àé ÕÒÕÖ áßÓÖ Õ
ìÚé ÓÜ æÓäÕá íÓäÚÔáÓÖ ×ØÖØÜ ÓáÓÒ ÛÓÖãÓ ßÓä Óá îÒ ÕïØßÖ ÕáÓÖ ðÒà çÒ ØÖÕÓñ➱ òÕ óÓÝÓÜ
óÕéóÕÒ èÓÒ➹➽➾ô➾➷ ➹➷➘õ➽ö➘ö➱
× ÚÓÔÕáÓÖÙØÒà ÕàÕä ÓÒà ÓÔÓéÙ Øß èÚß ÚÓÒáÕÒèèÕéØßÚÙ ÓäÓÒá ÚëÚÓÒÚáÓé Óâßçèß Óé
æá ÚàÕ âÓÖêÓÖ Óß ëÓÒ Ó×Ó ëÕÓÒÑàé ÕÒ ÕÖ áßÓÖ Õ ìÚéÓÜ æÓäÕáå âæ×ÑìæñíÓäÚÔáÓÖ×ØÖ ØÜÓáÓÒ
ÛÓÖãÓ ßÓä ÓáîÒ ÕïØßÖ ÕáÓÖðÒ àç ÒØÖ ÕÓåí×Ûîðñ➱÷ÓÔÕÒÕáØßéÓä á ÚóàÓÔÓé ïÕÖÕâæ×Ñìæ
ãÓÕá Ú é ØÒ ëÓà Õ ÙÚÖ Óá ÚÒ è èÚÔÓÒ ãÓÒè éØÔÓä ÖÓÒ Óä ÓÒ ÙØÒ àÕàÕä ÓÒ óØß ä ÚÓÔÕáÓÖ áÕÒ è èÕ
áÕÒèäÓá éÓ èÕÖáØ ß à ÓÒ éØ ÔÓä ÚäÓÒ ÙØÒ ØÔÕáÕÓÒøÙØÒ ØÔÕáÕÓÒ àÓÔÓ é óÕàÓÒè ÙØÒèØéóÓÒ èÓÒ
é ÓÒÓ ëØé ØÒ ß ÚéÓÜ ÖÓä Õá ÚÒ á Úä äØÙØÒ áÕÒ èÓÒ ÒÓÖ Õç ÒÓÔ ➱ âçÖ ÕÖ ÕÖ áßÓáØ èÕÖ âæ×ÑìæáÕà Óä
ÔÓ èÕ êÚäÚÙ ÚÒá Úä éØÝ Ú ëÚà äÓÒ ïÕÖÕ ÖØóÓ èÓÕ Ù ÚÖÓá ÚÒèè ÚÔÓÒ ãÓÒè éØ ÔÓä Ö ÓÒÓä ÓÒ
Ù ØÒà ÕàÕä ÓÒ óØßäÚÓÔÕáÓÖ áÕÒ è èÕ ÓÙÓóÕÔÓ áÕà Óä é ØéÙØß áÕéóÓÒ èäÓÒ ÓÖ Ù Øä ä ØÙÚÓÖ ÓÒ
é ÓÜÓÖ ÕÖ ÝÓ ➱ âØÒáÕÒèÒãÓ Ù ØßÜÓáÕÓÒ äÜÚÖÚÖ ÙÓà Ó ä ØÙÚÓÖ ÓÒ éÓÜÓÖ ÕÖ ÝÓ ëÚèÓ àÕÔÓÒ àÓÖ Õ
ä ØÖÓà ÓßÓÒ âæ ×Ñìæ í×Û îð Óä ÓÒ Ö ØéÓä ÕÒ äØáÓáÒãÓ ÓÒ êÓéÓÒ ÙØßÖ ÓÕÒèÓÒ à ØÒ èÓÒ
Ù Øß èÚß ÚÓÒáÕÒèèÕ ãÓÒèéØéóÚäÓÙ ßçèß ÓéÖ Ø ëØÒÕÖóÓÕäàÕà ÓÔÓéà ÓÒÔÚÓßÒ Ø èØßÕ ➱
Þ Ú ëÚÓÒ à ÓßÕ ÙØÒ ØÔÕáÕÓÒ ÕÒ Õ Óà ÓÔÓÜ ùñ éØÒ è ÚäÚß ä ØÙ ÚÓÖÓÒ é ÓÜÓÖ ÕÖ ÝÓ áØßÜ ÓàÓÙ
äÚÓÔÕáÓÖÙ ØÔÓ ãÓÒ ÓÒ Ù ØÒà ÕàÕä ÓÒ âæ×Ñìæí×Û îð à ÓÔÓé ÔÕéÓàÕé ØÒÖ Õ æú ìûü îÑý
åóÚä áÕþÕÖ Õä ÿä ØÓÒà ÓÔÓÒ ÿàÓãÓáÓÒ è èÓÙÿëÓéÕÒ ÓÒ ÿàÓ ÒØéÙ ÓáÕñÿ ñ éØÒèÓÒ ÓÔÕÖ ÕÖ ÙßÕç ßÕáÓÖ
Ù ØßóÓÕä ÓÒ à ÓßÕ äÚÓÔÕáÓÖ ÙØÔÓ ãÓ ÒÓ Ò Ù ØÒà ÕàÕä ÓÒ âæ ×Ñìæ í×Û îðÿ Ö ØßáÓ ✁ñ
é ØÒ èÕà ØÒáÕþ Õä ÓÖ Õ ÜÚóÚÒèÓÒ äÓß ÓäáØßÕÖ áÕä éÓÜ ÓÖ ÕÖ ÝÓ à ØÒ èÓÒ Ù ØÒÕÔÓÕÓÒ äÚÓÔÕáÓÖ
Ù ØÔÓ ãÓÒ ÓÒ ÙØÒ àÕà ÕäÓÒâæ×Ñìæí×Û îð➱ ÛØáçà Ø ÙØÒØÔÕáÕÓÒ ãÓÒ èà Õ èÚÒÓä ÓÒÓàÓÔÓÜ
ÓÒ ÓÔÕÖÕÖ Ú ëÕ óØà Ó ÿÓÒ ÓÔÕÖÕÖ áÕÒ èäÓáä ØÖØÖÚÓÕÓÒä ØÙ ÚÓÖ ÓÒ Óä ÓÒäÚÓÔÕáÓÖ Ù ØÔÓ ãÓÒ ÓÒ ÿ ÖØß áÓ
ÓÒ ÓÔÕÖÕÖ äØÖ ØÒ ëÓÒèÓÒ Ó ÒáÓßÓ Ü ÓßÓÙÓÒ àÓÒ ä ØÒãÓáÓÓÒ é ÓÜÓÖ ÕÖ ÝÓ ➱ ÷ÓÖ ÕÔ ÓÒ ÓÔÕÖ ÕÖ
ä ØÖØÒëÓÒèÓÒ áØßÖ ØóÚá äØé ÚàÕÓÒ à ÕÙØáÓä ÓÒ Ùß Õç ßÕáÓÖ ÒãÓ à ÓÔÓé ✂ ✄☎✆ ✝ ✞✟✠ ✡☛☞
✌☛✝✍✆✝✄✟✠ ✡☛✎✠ ✟✏✑✒ ✓✒➱
×ØÖ ÕéÙÚÔÓÒ ãÓÒè à ÕÙØ ß çÔØÜ àÓßÕ ÙØÒØÔÕáÕÓÒ ÕÒÕ ÕÓÔÓÜ óØß àÓÖ Óßä ÓÒ ÚëÕ óØàÓ ÿ
ÓÒ ÓÔÕÖÕÖäØÖ ØÖÚÓÕÓÒä ØÙ ÚÓÖ ÓÒéÓÜ ÓÖÕÖ ÝÓÿàÓÒÓÒ ÓÔÕÖÕÖäØÖ ØÒ ëÓÒèÓÒä ØÒãÓáÓÓÒ ø ÜÓßÓÙ ÓÒ
à ÓßÕ ÔÕé Ó àÕé ØÒÖ Õ æú ìûü îÑýÿ é ÓÜ ÓÖÕÖ ÝÓ ÙÚÓÖ áØßÜ ÓàÓÙ äÚÓÔÕáÓÖ ÙØÔÓãÓÒ ÓÒ
Ù ØÒà ÕàÕä ÓÒ âæ ×Ñìæ í×Û îð➱ òÕéØÒ ÖÕ ä ÚÓÔÕáÓÖ áØßóÓÕä Óà ÓÔÓÜ äØÓ ÒàÓÔÓÒ àÓÒ
áØßØÒ àÓÜ Óà ÓÔÓÜ ëÓéÕÒÓ Ò✔ æØéØÒ áÓßÓ Óáß ÕóÚá à ÕéØÒÖ Õ äÚÓÔÕáÓÖ Ù ØÔÓ ãÓÒÓÒ ãÓÒ è
é ØéÙ ØßçÔØÜ Ù ØÒÕÔÓÕÓÒ ä ØÙ ÚÓÖÓÒ é ÓÜ ÓÖ ÕÖÝ Ó áØßáÕÒ è èÕ ÓàÓÔÓÜ Ù ÓàÓ Óáß ÕóÚá ßØÖÙ çÒ
úïÓÔ ÚÓÖ Õ òçÖ ØÒ✕ÔØÜÛÓÜ ÓÖÕÖ ÝÓÿÖ Øà ÓÒèäÓÒ ÙØÒ ÕÔÓÕÓÒáØßØÒà ÓÜÙ ÓàÓ ÓáßÕóÚá ëÓéÕÒ ÓÒ
é ÓÖÓàØÙ ÓÒ ➱
✖Øßà ÓÖÓß äÓÒ Ù ØéØáÓÓÒ éØÔÓÔ ÚÕ ✂✄☎✆ ✝ ✞✟✠ ✡☛ ☞✌☛✝✍✆ ✝ ✄✟✠ ✡☛ ✎✠✟✏✑✒✓✒ ÿ Óáß ÕóÚá
äÚÓÔÕáÓÖ ÙØÔÓ ãÓÒ ÓÒ ÙØÒ àÕà ÕäÓÒ à Õ âæ ×Ñìæ í×Û îð é ØÒãØóÓß é ØßÓáÓ à Õ Øé ÙÓá
äÚÓà ßÓÒ➱ ÑÒÓÔÕÖ ÕÖ óÕïÓß ÕÓá à ØÒ èÓÒ ÚëÕ ✗ ✘✓ ✙ ✚✛ ✟ ✝ ☛ éØéÙ ØßÔÕÜ Óáä ÓÒ óÓÜ ÝÓ áÕàÓä
áØßà ÓÙÓáÜÚóÚÒèÓÒ óØßé Óä ÒÓÓÒáÓßÓ äÓßÓä áØßÕÖ áÕäßØÖ Ù çÒ àØÒà ØÒ èÓÒÙ ØÒÕÔÓÕ ÓÒä ÚÓÔÕáÓÖ