Kristen. Keadaan demikian bukanlah penghalang bagi mereka untuk tetap menjalankan aktivitas keagamaannya. Dengan harapan suatu saat akan dibukakan jalan terhadap maksud
dan niat baik penganut Ugamo Malim untuk mendirikan tempat ibadat Parsantian di Kota Medan seperti di daerah lainnya.
Dalam pengenguatan pengamalan keagamaan Ulu Punguan Rinsan Simajuntak memberikan amanah-amanah yang menguatkan iman parmalim untuk terus berkarya di kota
Medan. Keberadaan Raja Marnakkok Naipospos yang bertempat tinggal di Kota Medan memberikan kontribusi yang cukup banyak dalam pengembangan Punguan Parmalim Kota
Medan. Sejak di tetapkan sebagai Ihutan Raja Marnakkok Naipospos sering menjadi pemimpin upacara mararisabtu, sehingga hal ini sangat membantu posisi Rinsan Simajuntak
dalam memimpin ruas dalam usaha pembangunan bale parsattian dan membina parmalim Kota Medan.
4.2 Aktivitas Keagamaan Parmalim Di Kota Medan
Sejak punguan Parmalim Kota Medan dibentuk tahun 1963, aktivitas pembinaan spiritual keagamaan rutin biasanya adalah aktifitas upacara mingguan seperti mararisabtu,
upacara ini dilakukan setiap hari sabtu pada jam 11.30 Wib. Ketika memasuki rumah ibadah Parsanttian Parmalim diwajibkan memiliki pakaian
sesuai dengan aturan keagamaan di mana saat upacara berlangsung laki-laki yang sudah menikah mengenakan sorban di kepala berupa kain halus berwarna putih. Pada bagian bahu
dikenakan ulos, juga sarung yang dilipat di pinggang. Sementara perempuan hanya memakai sarung dan mengonde rambutnya. Melalui cara berpakaian seperti itu mereka sudah dapat
mengikuti upacara keagamaan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Selain ibadah mingguan terdapat juga aktivitas lain yang disebut dengan Marguru belajar. Aktifitas marguru dilakukan oleh lintas usia mulai dari anak-anak, remaja, dewasa,
sampai orang tua. Aktifitas marguru dilakukan biasanya setelah selesai beribadah mararisabtu
atau pada hari minggu untuk anak-anak. Materi pelajaran dalam marguru adalah belajar patik melalui Pustaha habonaron dan “Pustaha parguruan taringot tu Ugamo
Malim” , belajar aksara dan Bahasa Batak dan untuk anak-anak dan remaja ditambah
pelajaran menari yang disebut manortor. Semua aktifitas ini dilakukan di rumah R.M Naipospos di Jalan Saudara Gang Jaya yang difungsikan sebagai tempat ibadah Parmalim.
Selain upacara mingguan mararisabtu aktifitas keagamaan lain yang dilakukan di Punguan Kota Medan adalah upacara yang bukan musiman seperti martutuaek, pasahat
tondi , mardebata, mangan napaet, mamasumasu, mamanggir. Keenam upacara ini adalah
upacara yang berhubungan dengan siklus kehidupan manusia kecuali mangan napaet. Mangan napaet
adalah upacara tahunan satu-satunya yang dapat dilakukan di punguan cabang, upacara ini dahulunya hanya bisa dilakukan di pusat Bale Pasongit Partonggoan
Hutatinggi, namun setelah kepemimpinan Raja Ungkap Naipospos tahun 1980 upacara ini dapat dilakukan di tingkat punguan cabang.
99
Dua upacara tahunan lainnya yakni sipaha sada dan sipaha lima adalah upacara tahunan yang wajib diakukan di Bale Pasogit Partonggoan Hutatinggi. Setiap tahunnya warga
Ulu Punguan selaku pemimpin tertinggi setia hari Sabtu memimpin Upacara
mararisabtu , Mulai dari Ulu Punguan Marnaek Butar-Butar sampai pad Rinsan Naipospos.
Aktivitas keagamaan mingguan selalu dilaksanakan di rumah Ihutan di Gang Jaya.
99
Ibid Ibrahim Gultom, 2010, hal. 271.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Parmalim dari seluruh penjuru nusantara berusaha untuk datang ke Bale Pasogit
Partonggoan untuk mengikuti upacara ini, terutama upacara sipaha lima.
Selain upacara keagamaan aktifitas keagamaan lain yang dilakukan di Punguan Parmalim Kota Medan adalah menjalankan dana sosial yang disebut ugasan torop,
sebagaimana disebut dalam bab sebelumnya Bab II bahwa ugasan torop adalah harta milik besama seluruh warga Parmalim. Dana ini biasanya dikumpulkan setiap tahunnya satu bulan
sebelum ari sipaha lima atau bisa disebut ari holang. Selain berfungsi sebagai dana iuran upacara ritual agama tahunan dan dana sosial,
dana ini juga digunakan untuk kebutuhan peyelengaraan upacara di punguan dan pembangunan parsattian. Iuran ini tidaklah memiliki batasan dalam segi jumlah tergantung
“gerak hati” panganut Ugamo Malim.
100
Setelah aliran kepercayaan Ugamo Malim mendapat pengakuan dari pemerintah Indonesia keberadaan Parmalim pun semakin mendapat perlakuan yang sederajat dalam
kehidupan masyarakat penganut agama lain yang telah diakui oleh negara. Mereka membaur dalam semua bidang kehidupan sosial. Hal ini terlihat di Kota Medan yang merupakan salah
satu tempat permukiaman Parmalim, Parmalim bersatu dengan masyarakat lain. Di dalam kehidupan sehari-hari turut serta dalam kehidupan kota, walau ada sejumlah diskriminasi
yang dirasakan oleh Parmalim sendiri namun Parmalim lebih memaknainya sebagai sebuah
4.3 Pengaruh Keberadaan Parmalim Terhadap Masyarakat Medan.