dalam upacara. Di dalam upacara itulah mereka dipuja dengan cara mempersembahkan sejumlah sesaji pelean. Kehadiran Malim Debata pada upacara diangap sebagai perantara
dalam menampung segala bentuk permohonan yang dituangkan dalam bentuk doa-doa.
2.3.2 Ajaran Tentang Alam Semesta
Alam semesta adalah ciptaaan Debata Mulajadi Nabolon, prosesnya terjadi berkaitan dengan penciptaan Debata atas bumi. Penciptaan bumi dalam Ugamo Malim tidak terlepas
dari mitologi Batak yang kemudian dijadikan suatu kepercayaan tetap dalam Ugamo Malim yakni mitologi tangan gaib Siboru Deakparujar. Kepada Boru Deakparujar Debata
memberikan ilmu pengetahuan dalam proses penciptaan bumi melalui tanda-tanda di alam seperti matahari, bulan dan bintang. Terjadinya pergantian musim, pergantian tahun,
pergantian bulan dan hari semua diberikan Tuhan Yang Maha Esa melalui pergerakan benda- benda langit. Tanda-tanda bagi aliran Parmalim menjadi patokan untuk menentukan hari
baik, bulan baik, dan saat melaksanakan upacara penghayatan yang bersifat umum di luar hari Sabtu mar arisabbtu yang telah menjadi acuan tetap sebagai hari ibadah.
Alam semesta sebagai wujud kebenaran Debata yang dapat dilihat, dapat dinikmati oleh umat manusia. Menghormati, menghargai dan menikmati alam semesta ini adalah
perwujudan kecintaan kepada Debata Mulajadi Nabolon. Bumi dan air merupakan tempat manusia sekaligus sebagai sumber hidup manusia. Memanfaatkan bumi dan air untuk
kepentingan manusia harus didasari bahwa Debata telah memberikan dan menyampaikan kuasa kepada Nagapadoaji dan Boru Saningnaga.
Kepercayaan Ugamo Malim memberikan tuntutannya kepada penganutnya agar setiap pemanfaatan tanah untuk kepentingan manusia, terlebih dahulu menyatakan penghormatan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
serta memohon izin kepada Nagapadoaji dan pemafaatan air menyatakan penghormatan kepada Boru Saniangnaga dengan mengatakan “kami bukan hendak merusak”. Merusak
bumi dan air akan menyebabkan petaka bagi manusia.
2.3.3 Ajaran Kemanusiaan
Manusia sebagai ciptaan Tuhan Yang Maha Esa bermoral tinggi, berbudi pekerti luhur dan mempunyai tata susila dalam pergaulan sesama manusia. Pandangan terhadap
manusia, terhadap alam lingkungannya, dan bahkan terhadap dirinya sendiri bersumber kepada kepercayaan terhadap Debata Mulajadi Nabolon. Aliran kepercayan Ugamo Malim
mengakui dan mempercayai sesuai dengan mitologi Batak kuno, bahwa asal mula manusia adalah hasil perkawinan putra dan putri dari banua ginjang, yaitu Raja Odap-Odap dan Putri
Boru Deakparujar, yaitu seorang putra dan seorang putri yang lahir kembar bernama Raja Ihat Manisisa dan Boru Ihat Manisia.
Setelah mereka dewasa Debata Mulajadi Nabolon berkenan turun dari yang maha tinggi untuk menjodohkan mereka menjadi suami istri dan kepada mereka diberi hidup untuk
menghuni bumi ini dengan syarat mereka senantiasa melakukan hubungan dengan Debata Mulajadi Nabolon melalui persembahan suci pelean serta dilarang memakan daging babi,
anjing, darah dan yang tercemar uap bangkai. Atas kuasa yang diterima, Raja Ihat Manisia dan Boru Ihat Manisia dapat melaksanakan kehendak dan menjadi larangan Debata Mulajadi
Nabolon serta kepada keturunannya sabda ini diteruskan menjadi amanah yang disebut dengan poda.
Dalam mitos ini disebutkan bahwa Boru Deakparujar dan Raja Odap-Odap kembali bersama dengan Debata Mulajadi Nabolon ke banua ginjang. Akan tetapi karena kecintaan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
mereka terhadap putra dan putrinya Debata Mulajadi Nabolon menempatkan Boru Deakparujar di bulan dan Raja Odap-Odap di matahari, agar mereka berdua selalu dapat
melihat anak-anaknya serta keturunannya. Debata Mulajadi Nabolon
menciptakan manusia agar manusia menghuni bumi ini dan menyembah kepadanya. Tuhan menyediakan segala kebutuhan manusia di dalam alam.
Ia juga memberikan pengetahuan serta kemampuan untuk memanfaatkan alam bagi kelangsungan hidup manusia.
Melaksanakan hukum kehendak Debata Mulajadi Nabolon, menyembah dan memuji namanya dalam keadaan apapun adalah kewajiban manusia. Hidup dan mati manusia
adalah atas kehendak Debata Mulajadi Nabolon. Hal ini disebutkan dengan tegas dalam patik ni Debata
: ngolu dohot hamaten huasi ni Debata hidup dan kematian merupakan kuasa Debata Mulajadi Nabolon.
Ajaran kepercayaan Ugamo Malim dalam patik menyebutkan: haholongan dongan jolma
agar mengasihi sesama manusia. Kewajiban untuk saling mencintai manusia dipertegas lagi dalam patikNya yang mengatakan: “songon holong ni rohaniba di diriniba,
songon ima holong niro tu dongan” bahwa kita wajib mencintai sesama manusia seperti kita
mencintai diri kita sendiri. Manusia adalah sama derajatnya dan martabatnya di hadapan Debata Mulajadi Nabolon. Perbedaan suku, bangsa, daerah, bahasa, dan budaya adalah atas
kehendak Sang Pencipta. Untuk menumbuhkan rasa cinta kasih sesama manusia diajarkan dalam Ugamo
Malim sebagai berikut: “unang holan diri niba sinarihon, ai naringkot didongan dang ni
parrohahon” agar janganlah kiranya mementingkan diri sendiri, sedangkan kepentingan
orang lain diabaikan. Melaksanakan ajaran kasih holong dengan menjauhkan semua
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
larangan-larangan akan mewujudkan saling mencintai, mengasihi, menghargai, dan saling menghormati yang akan bermuara kepada kedamaian dan kesatuan.
Kebahagiaan dunia lahir dan batin adalah cita-cita hidup manusia di dunia. Beragam usaha dilaksanakan untuk mencapai harapan-harapan ini, namun sampai kapanpun manusia
tidak akan memperolehnya manunsia dalam hidupnya selalu mengalami masa sulit seperti hati yang resah, gelisah, tidak puas, sakit, dan menghadapi maut. Ajaran kepercayaan Ugamo
Malim memaknai hidup adalah penyerahan diri secara utuh kepada Debata. Hidup adalah
persembahan suci kepada Debata dan akhir dari kehidupan manusia adalah kembali kepada Sang Pencipta.
Ugamo Malim menyatakan tujuan manusia Parmalim adalah:
1. Manopoti dosa dohot mangido pasu-pasu
, memohon keampunan dosa dan memohon berkat dari Debata
2. Mangalului haholongan ni tondi
memperbanyak pengalaman dalam hidup untuk kelak menjadi berkat dalam kehidupan yang abadi
3. Marpangirimon di ari nanaing ro
kebahagian “dihari kemudian”
2.3.4 Konsep Kesucian Diri