menganut Ugamo Malim di daerah Tapanuli Utara. Bedasarkan sensus penduduk tahun 2000 persentase aliran kepercayaan di Kota Medan tidak kurang dari 0,07 persen di Kota Medan.
Heterogenistas yang tercipta sejak masa Kolonial di Kota Medan menciptakan sebuah kondisi kota yang plural. Dalam kerangka Indonesia modern Kota Medan dikenal sebagi kota
miniatur Indonesia dimana berbagai suku dan agama berdiam secara berdampingan. Tidak adanya satu kekuatan suku yang dominan yang disebabkan oleh faktor seperti politik, suku
dan sejarah di anggap sebagai faktor yang menciptakan mikrokosmos Kota Medan.
3.2 Proses Migrasi Parmalim ke Kota Medan
Proses migrasi Parmalim ke Kota Medan secara umum dapat dikatakan sebagai migrasi spontan, baik secara pribadi maupun kelompok keluarga. Terjadi sejak masa
kolonial Belanda berkuasa di Indonesia bersamaan dengan migrasi yang dilakukan oleh Orang Batak lainnya ke Sumatera Timur.
64
Pada permulaan tahun 1900-an ada dua penyebab orang-orang dari Tapanuli masuk ke daerah Sumatera Timur yaitu kehadiran kolonial
Belanda yang ingin menguasai daerah-daerah Batak yang masih merdeka dan usaha untuk menemukan tano pargoluan naimbaru tempat penghidupan yang baru. Kehadiran kolonial
di tanah Batak menyebabkan timbulnya perang yang dipimpin oleh Sisingamangaraja XII. Keinginan untuk menemukan tano pargoluan naimbaru didukung oleh pembukaan jalan
trans Tapanuli pada tahun 1908. Trans Tapanuli yang membentang dari Medan-Pematang Siantar 1908-1914 sampai Tarutung-Sibolga 1915-1922.
65
64
Op Cit. Johan Hesselgren 2008, hal. 142-143.
65
O.H.S Purba, Migrasi Spontan Batak Toba Marserak; Sebab Motif Dan Akibat Perpindahan Penduduk Dari Daratan Tinggi Toba
, Medan: CV. Monora, 1997, hal. 91.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Migrasi Parmalim ke ke Sumatera Timur dimulai selama dekade awal abad ke-20. Migrasi Parmalim bersamaan dengan migrasi orang Batak Toba Kristen ke Sumatera Timur,
mereka mulai membuka persawahan di sekitar Simalungun tepatnya di daerah Bah Jambi tahun 1930.
Kedatangan etnis Batak Toba khususnya Parmalim juga disebabkan keinginan menemukan ngolu naimbaru hidup lebih sejahtera untuk Mereka mencari peluang
kehidupan baru di daerah Sumatera Timur – Simalungun tepatnya daerah Bah Jambi. Disana berdiri sebuah perkampungan dimana penduduknya sebahagian besar Parmalim sehingga
disebut Kampung Malim. Sejak itu, Parmalim menyebar dari Toba ke daerah subur Sumatera bagian Timur. Langkah itu, telah memperkuat kesatuan kelembagaan, kemandirian,
kedamaian, dan kekuatan iman Parmalim. Pada awalnya kedatangan Parmalim ke Kota Medan memang mendapat
kecurigaanrasa tidak senang dari penduduk asli Kota Medan, karena Parmalim yang sebagian besar merupakan bagian dari orang Batak Toba dianggap sebagai kelompok yang
akan merebut tanah-tanah yang subur di Medan.
66
66
Orang-orang Batak Karo, Melayu dan Simalungun menggangap Orang Batak Toba mengambil peran yang sangat besar dalam pemerintahan Sumatera Utara sebelum kudeta Simbolon 22 Desember 1956 yang tidak
berhasil, karena tidak memperhitungkan faktor etnis dan agama di Sumatera Utara. Sehingga kudeta yang dilakukan terkesan sebagai kudeta Orang Batak Toba terhadap Pemerintah Pusat. Selain pengaruh dan jumlah
orang Batak Toba yang besar di struktur pemerintahan SUMUT sebelum tahun 1956, orang Batak Toba dari kelompok petani migrant di nilai terlalu agresif untuk mendapatkan lahan-lahan kosong maupun tanah-tanah
bekas konsesi perkebunan Kolonial. Mereka berafiliasi dengan organisasi-organisasi Buruh Tani. Setelah jabatan Pangdam I BB beralih ke tangan Djamin Ginting, peran orang Batak Toba dibatasi di tingkat
pemerintahan dan pengarap liar dikendalikan dengan status darurat militer. Karl J Pelzer, Sengketa Agraria: Pengusaha Perkebunan Melawan Petani
, 1991, hal.189.
Gerak migrasi yang dilakukan Parmalim ke Kota Medan diperkirakan sejak pertengahan abad ke-20. Berdasarkan hasil wawancara
yang dilakukan penulis dengan informan, tidak ada seorangpun diantara para informan yang mengetahui siapa Parmalim yang pertama sekali melakukan migrasi ke kota Medan. Tetapi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
menurut keterangan para informan sejak masa kemerdekaan Bangsa Indonesia sudah ada Parmalim
yang merantau ke Kota Medan, terutama untuk bekerja di daerah perkebunan yang sudah mulai dibuka pada masa pemerintahan Belanda saat itu.
Parmalim paling banyak melakukan migrasi ke Kota Medan khususnya di Kecamatan
Medan Denai terjadi pada sekitar tahun 1950-1990-an. Pada saat itu banyak perkebunan- perkebunan maupun perusahaan dibuka kembali di Kota Medan. Pada priode ini para migrant
Parmalim belum dapat di peroleh data karena Punguan Parmalim Kota Medan belum di
bentuk. Namun diperkirakan sudah ada Parmalim yang melakukan migrasi ke Kota Medan terutama pemuda-pemuda yang mencari pekerjaan setelah tamat dari sekolah dengan
berbagai tingkatan. Merekalah yang kemudian menjadi fasilitator bagi keluarganya dan warga Parmalim yang bermigrasi ke Kota Medan.
Tahun 1963 ketika Punguan Kota Medan di mulai ada beberapa orang Parmalim sebagai perintis yaitu, Op. Patiar Siarait, Jonny Manihuruk, R.M. Naipospos, Marnaek Butar-
butar, Sabar Ninggolan, Mangandar Sinaga, dan Lesbar Sitorus.
67
Melihat peluang kerja menjadi buruh pada perkebunan tersebut, atau menjadi petani penggarap. Parmalim banyak melakukan migrasi ke Kota Medan, karena Medan telah
menjadi pusat ekonomi sosial dan pusat perdagangan bagi Sumatera bagian Utara. Perkembang- an Kota Medan yang amat pesat sejak REPELITA I 1967-1970 dimungkinkan oleh daerah
belakangnya yang luas dan subur, posisi geografis yang menguntungkan, letaknya pada jalur Kelima perintis ini
merupakan pelopor terbentuknya Punguan Kota Medan, namun mereka sudah berkeluarga dan bekerja menetap di Medan. Kelompok pemuda yang lain yang telah bergabung dalam
punguan Kota Medan tidak dapat diketahui jumlahnya.
67
Wawancara dengan Bapak R. Simajuntak, Medan, 5 Desember 2012.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
pelayaran yang ramai, dan karena Kota Medan mempunyai berbagai prasarana transportasi dan sarana komunikasi yang lengkap.
Kedatangan Parmalim biasanya datang bersamaan dengan Parmalim yang pada waktu-waktu tertentu pulang kampung misalnya pada saat perayaan acara, Sipaha Sada dan
perayaan Sipaha Lima yang berpusat di desa Hutatinggi Kecamatan Laguboti. Perayaan tersebut wajib diikuti oleh seluruh Parmalim dimanapun dia berada sebagai bentuk
penghormatanya terhadap Debata Mula Jadi Nabolon.
68
Pulang kampung bukan hanya didasarkan oleh perayaan tersebut tapi juga sudah merupakan tradisi bagi Parmalim untuk selalu mengunjungi Bona Pasogitnya sebagai
perwujutan kecintaanya terhadap tanah kelahiran. Dengan adaya acara keagamaan yang sekaligus merupakan perwujutan dari nilai budaya pada mayarakat Parmalim yang
menyebabkan semakin bertambahnya Parmalim di daerah perantauan Kota Medan. Bertambahnya Parmalim di daerah perantauan tersebut disebabkan karena sangat sering
sekali Parmalim ketika kembali ke Medan membawa serta sanak saudaranya dari kampung daerah Bona Pasogit daerah asal untuk mencoba peruntungan nasib hidup di daerah
perkotaan. Proses demikian berlangsung secara terus menerus, dengan demikian arus migrasi Parmalim
saat ini bukan lagi sebagai buruh melainkan atas latar belakang daya tari kota Medan yang dapat menjanjikan kehidupan yang lebih baik bagi mereka dibanding dengan
daerah asal. Secara umum migrasi Parmalim yang ada di kota Medan adalah Parmalim yang berasal dari daerah Hutatinggi Kecamatan Laguboti. Dengan pola migrasi yang tidak
serentak yang dilakukan Parmalim ke Kota Medan menyebabkan pola pemukiman mereka Selain itu sebahagian besar juga
berdasarkan jaringan kekeluargaan yang sudah berdomisili di Medan.
68
Wawancara dengan Bapak Lisken Pakpahan, Medan, 12 Desember 2012.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
yang berpencar dan tidak dapat membuat pemukiman tersendiri yang dapat didominasi oleh mereka.
Selain karena faktor dorongan mencari pekerjaan migrasi Parmalim ke Kota Medan juga di sebabkan oleh tuntutan pekerjaan, diatara Parmalim yang bermukin di Kota Medan
setidaknya terdapat sebanyak 20 orang yang berprofesi sebagai Pegawai Negeri SIPIL PNS. Sebagian diantara mereka bermukim di Kota Medan karena pindah tugas ke Kota
Medan. Contohnya keluarga AKP. Bistok Manurung yang pindah ke Kota Medan sejak tahun 1998 karena di tempatkan di Kota Medan. Begitu juga dengan R.M Naipospos Ihutan
Parmalim saat ini yang berprofesi sebagai TNI dan bertugas di KODAM IBB Medan
bermukim sejak tahun 1960.
69
Konsentrasi pemukian terbesar Parmalim berada di Kecamatan Medan Denai dengan 21 KK, Kecamatan Patumbak Kab. Deli Serdang yakni 16 KK kemudian disusul
Kecamatan Medan Amplas 11 KK dan sisanya di Kecamatan Tanjung Morawa Kab. Deli Serdang Medan Marelan, kecamatan Tembung Kabupaten Deli Serdang, Kecamatan
Medan Baru dan lain-lain.
70
Dalam uraian berikut akan disajikan beberapa faktor yang menjadi penyebab dan yang menjadi penarik Parmalim meninggalkan kampung halamannya. Faktor tersebut-faktor
tersebut dimaksud, sebagaimana disajikan dibawah ini, bukan menunjukkan urutan intensitasnya walaupun dalam masing-masing secara parsial mungkin dapat menerangkan
mengapa terjadi perpindahan tersebut. Tetapi walaupun demikian bukanlah penghalang bagi penganut
Ugamo Malim untuk tetap melestarikan nilai-nilai ajaran Ugamo Malim.
69
Wawancara dengan Ibu Renta Batubara, medan, 22 Desember 2012.
70
Daftar dan jumlah penghayat Ugamo Malim tersusun oleh sekretaris di setiap punguan biasanya di sebut Buku Bolon, Buku Bolon berisi sejumlah keterangan anggota seperti jumlah jiwa dalam satu keluarga,
tanggal lahir, pendidikan terakhir, pekerjaan, dan alamat lengkap. Lihat lampiran
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3.3 Faktor-faktor Migrasi Parmalim ke Kota Medan 3.3.1 Faktor Pendorong Dari Daerah Asal