pendidikan tinggi. Keberadaan Punguan Parmalim Kota Medan juga sangat penting perannya untuk mempertahankan keberlangsungan Ugamo Malim di kalangan Parmalim di Kota
Medan. Perantau Parmalim yang datang ke Kota Medan sebelum adanya punguan ini banyak yang beralih kepada kepercayaan lain dan meninggalkan agama Ibu-nya baik karena
pernikahan atau karena keinginan sendiri. Studi ini diakhiri pada tahun 2006 karena sepanjang tahun 1995-2006 telah dilakukan usaha-usaha pendirian Bale Parsattian nama
tempat ibadah Parmalim sebagai tempat ibadah Parmalim, dimana sebelumnya ibadah hanya dilakukan dirumah salah satu jemaat. Pendirian Bale Parsattian Rumah Ibadah ini
mengalami hambatan dari dalam Parmalim sehingga pembangunannya terhenti di tahun 2000. Ditahun 2005 usaha pendirian Bale Parsattian dimulai kembali namun mendapat
penolakan dari pihak warga sekitar Bale Parsaktian dan permasalahan Izin Mendirikan Bangunan IMB dari Pemko Medan sehingga pembangunan terhenti kembali. Selain karena
pembangunan bale parsattian munculnnya UU No 23 tahun 2006 tentang Undang-Undang Administrasi Kependudukan, telah diberikan kesempatan untuk dicatatkan sebagai warga
negara Republik Indonesia melalui kantor catatan sipil, namun mereka tidak diberi pengakuan sebagai agama.
1.2 Rumusan Masalah
Dalam tulisan ilmiah selayaknya diupayakan sebuah pemaparan yang lebih mendetail dan sistematis supaya hal-hal yang akan dibahas dapat dilihat dengan jelas. Jadi salah
satunya, langkah untuk menguraikan permasalahan dengan mengidentifikasikan secara akurat, agar permasalahan lebih jelas terfokus.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Perumusan masalah selain untuk mensistematiskan pembahasan juga akan bermanfaat bagi terarahnya sebuah penelitian yang lebih objektif. Untuk itu rumusan masalah yang akan
dibahas dalam penelitian ini nantinya adalah sebagai: 1.
Bagaimana bentuk aliran kepercayaan Ugamo Malim? 2.
Bagaimana latar belakang kedatangan Parmalim ke Kota Medan? 3.
Bagaimana perkembangan Parmalim di Kota Medan sejak tahun 1963-2006?
1.3 Tujuan Dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian yang akan dilakukan ini adalah : 1.
Menjelaskan ajaran aliran kepercayaan Ugamo Malim. 2.
Untuk menjelaskan latar belakang migrasi Parmalim ke Kota Medan. 3.
Menjelaskan perkembangan panganut Ugamo Malim Parmalim di Kota Medan. Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Memberi informasi bagi peneliti dan para pembaca mengenai latar belakang
perkembangan Ugamo Malim dan juga melengkapi penelitian sebelumnya yang mengkaji tentang Parmalim.
2. Melalui tulisan ini diharapkan pembaca akan mengetahui keberadaan Parmalim di
Kota Medan. 3.
Tulisan ini akan memperkaya inventarisasi kebudayaan bangsa, serta turut membantu pemerintah dalam usaha membina aliran kepercayaan Terhadap Tuhan
Yang Maha Esa khususnya Parmalim di Kota Medan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1.4 Tinjauan Pustaka
Penulisan karya ilmiah merupakan sebuah rangkaian yang saling berkaitan dengan mengunakan refrensi yang berhubungan. Agar pemaparan sebuah karya ilmiah lebih objektif,
maka selayaknyalah mengunakan sumber-sumber yang berkaitan dengan topik yang dibahas baik berupa buku-buku yang mendukung paparan secara teoritis maupun paparan fakta-fakta.
Maka penulis mengunakan beberapa buku paduan dasar dalam penelitian ini. Ibrahim Gultom, dalam ”Agama Malim Di Tanah Batak ” 2010. Mengatakan
bahwa Ugamo Malim adalah orang-orang yang menuruti ajaran Malim atau kehidupan malim suci yang diwujudkan dengan pengumpulan ramuan benda-benda Pelean sesaji
berdasarkan pada ajaran Debata Mula Jadi Na Bolon. Sedangkan Parmalim adalah orang yang menuruti ajaran malim atau berkehidupan malim. Dalam bukunya Ibrahin Gultom
memaparkan Ugamo Malim dari sudut antropologi agama dengan fokus utamanya mengenai kosmologi, sistem kepercayaan, ritual, ajaran dan sumber hukum Ugamo Malim. Parmalim
yang dibahas pada buku ini hanya berpusat di Huta Tinggi Laguboti dan hanya sedikit menyinggung migrant Parmalim di luar daerah Tapanuli. Walaupun tidak banyak
menyinggung tantang migrant Parmalim buku ini sangat penting bagi penulis sebagai buku acuan karena memaparkan kosmologi Batak dan Ugamo Malim di Tapanuli yang tidak
berbeda dengan Kota Medan, sehingga buku ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam penulisan ini.
Sitor Situmorang dalam ”Toba Na Sae; Sejarah Lembaga Sosial Politik Abad XII- XX”
2004. Mengatakan bahwa Parmalim adalah orang yang mengerjakanmenganut kesucian. Buku ini mengambarkan adat dan lembaga sosial politik yang diikat dalam marga
dan Bius. Bius dengan perangkat Parbaringin diduga menjadi aktor timbulnya konsep
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
kerajaan di Tanah Batak. Dengan kata lain lembaga bius menciptakan Kerajaan Sisingamangaraja sebagai wujud evolusi dari lembaga Parbaringin Pendeta. Selain
memaparkan tentang bius buku ini menjadi sangat penting, karena menjelaskan bagaimana transformasi pusat kepercayaan Batak dari Pusuk Buhit ke Bakkara yang merupakan
kediaman Sisingamangaraja dan kemudian munculnya aliran Parmalim di Tapanuli yang berpusat pada Sisingamangaraja XII.
Buku ketiga yang menjadi buku acuan penulis adalah buku Johan Hasselgren ”Batak Toba di Medan; Perkembangan Identitas Etno-Religius Batak Toba di Medan
” 2008. Buku ini mengkaji bagaimana sejarah komunitas Batak Toba di Kota Medan dari 1912 sampai
1965. Pembahasan utamanya tentang bagaimana identitas etno-religius Batak Toba berkembang di Kota Medan, di tengah-tengah arus etnititas, religius, sosial dan politik Batak
Toba di Kota Medan. Dalam buku ini juga dibahas migrasi Orang Batak ke Kota Medan, menurut Hasselgren bahwa migrasi Batak Toba dalam tahun sebelum 1950-an dilakukan oleh
orang-orang Batak yang berpendidikan Barat, hal ini disebabkan oleh penyebaran pendidikan modren yang dibawa oleh RMG Rheinische Missionsgesellschaft terhadap orang Batak
Toba. Migrasi setelah 1950-an sangat dominan dipengaruhi oleh bekas pegawai pemerintah kolonial Belanda yang tetap menjalankan pemerintahan setelah kemerdekaan Indonesia,
mereka menjadi keluarga tempat menumpang sementara bagi migrant Batak Toba yang datang ke Kota Medan mengantikan posisi misionaris dan gereja. Dengan pokok bahasan
tersebut tentu sangat membantu penulis untuk mendapatkan gambaran migrasi dan perkembangan populasi Orang Batak di Kota Medan. Kelemahan buku ini dalam penelitian
ini adalah pembahasan religius Batak Toba di Kota Medan yang dipaparkan dalam buku ini
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
hanya berpusat pada agama Kristen sehingga belum membantu penulis dalam memahami kehidupan dan perkembangan Parmalim di Kota Medan.
Buku lain yang memiliki hampir fungsi yang hampir sama yaitu berupa biografi Sisingamangaraja tetapi didalam buku tersebut juga dibahas secara khusus Parmalim. Buku
Prof. DR. W.B. Sijabat ”Ahu Sisingamangaraja” 1982 dan Buku Mohammad Said ”Dari Pengalaman2 Terlepas Dalam Tjatetan Seorang Tokoh Sisingamangaraja XII
” 1961. Menurut W.R Sijabat Parmalim adalah aliran yang didirikan oleh Sisingamangaraja selaku
kelanjutan dari kehidupan yang terdahulu banyak diatur oleh Parbaringin . Sedangkan menurut Mohammad Said Parmalim kurang lebih memiliki memiliki arti yang sama yaitu
Parmalim merupakan gerakan yang melanjutkan perjuangan Sisingamanagaraja XII.
Pandangan Muhammad Said dalam buku ini tampak bahwa Parmalim adalah gerakan anti kolonial tidak menyentuh sampai kepada Parmalim sebagai aliran kepercayaan.
Disamping buku-buku yang di paparkan diatas tentu masih ada buku-buku lain seperti theologi, sosiologi, dan antropologi yang menunjang dan memberikan informasi tentang
Parmalim . Dalam tinjauan pustaka memang tidak dimiliki suatu buku acuan yang berkaitan
dengan tinjauan historis tentang perkembangan Parmalim di Kota Medan. Namun berdasarkan studi kepustakaan yang penulis lakukan terdapat sebuah buku yang mengkaji
Parmalim Kota Medan dari sudut antropologi yaitu skripsi Benny Rafael Pardosi, Parmalim:
Studi Deskriftif Mengenai Strategi Adaftasi Penganut Agama Malim di Kota Medan 2010,
berdasarkan penelitiannya Benny Raffael memaparkan bahwa Parmalim di Kota Medan dapat bertahan karena pola adaptasi yang terbuka kepada masyarakat tempat mereka
bermukim autoplastis, sebagaimana yang dikatakan oleh Benny Raffael dalam skripsinya:
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
“Penganut agama Malim sudah terbuka terhadap masyarakat tempat dia bermukim. Strategi adaptasi yang mereka lakukan melalui kegiatan keagamaan, hubungan
sosial, kegiatan ekonomi, dan budaya adat dan lain-lain. Dari adaptasi keagamaan dapat dilihat masih tetap dipertahankan dan di jalanakannya upacara keagamaan,
hubungan sosial yang baik, terpenuhinya kebutuhan ekonomi dan aktifitas adat yang masih tetap dilaksanakan di kota Medan. Hal demikian dilakukan penganut
agama Malim sebagai strategi adaptasi untuk tetap mempertahankan eksistensi agama Malim di tengah masyarakat kota Medan yang majemuk.”
16
Skripsi ini tentunya sangat penting bagi peneliti untuk memahami perkembangan Ugamo
Malim di Kota Medan. Namun skripsi ini fokus penelitianya hanya pada adaptasi penganut UgamoMalim di Kota Medan yang menurut penelitinya berperan dalam
keberlangsungan Ugamo Malim ditengah-tengah agama dan suku lain di Kota Medan, khususnya di Kecamatan Medan Denai. Parmalim Kota Medan dalam penelitian yang akan
peneliti lakukan adalah berupa studi historis tentang perkembangan agama Malim dalam rentang waktu tahun 1963-2006. Sehingga penelitian yang dilakukan peneliti berbeda dari
penelitian yang lakukan Benny Raffael yang mengkaji adaptasi penganut UgamoMalim di Kota Medan, walaupun tidak menampik kemungkinan peneliti juga akan mengunakan skripsi
tersebut sebagai refrensi maupun sebagai pembanding atas temuan studi lapangan yang ditemukan peneliti. Dengan demikian, penulisan ini walaupun mengunakan disiplin ilmu-
ilmu sosial lain, tetapi tetap sebagai kajian sejarah.
16
Benny Rafael Pardosi, Parmalim: Studi Deskriftif Mengenai Strategi Adaftasi Penganut Agama Malim di Kota Medan
, Skripsi Sarjana. Medan: Fakultas ISIP Universitas Sumatera Utara, 2010, hal: viii.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1.5 Metode Penelitian