Konsep Kesucian Diri Pola Ajaran Kepercayaan Ugamo Malim 2. 3.1 Ajaran Tentang Ketuhanan

larangan-larangan akan mewujudkan saling mencintai, mengasihi, menghargai, dan saling menghormati yang akan bermuara kepada kedamaian dan kesatuan. Kebahagiaan dunia lahir dan batin adalah cita-cita hidup manusia di dunia. Beragam usaha dilaksanakan untuk mencapai harapan-harapan ini, namun sampai kapanpun manusia tidak akan memperolehnya manunsia dalam hidupnya selalu mengalami masa sulit seperti hati yang resah, gelisah, tidak puas, sakit, dan menghadapi maut. Ajaran kepercayaan Ugamo Malim memaknai hidup adalah penyerahan diri secara utuh kepada Debata. Hidup adalah persembahan suci kepada Debata dan akhir dari kehidupan manusia adalah kembali kepada Sang Pencipta. Ugamo Malim menyatakan tujuan manusia Parmalim adalah: 1. Manopoti dosa dohot mangido pasu-pasu , memohon keampunan dosa dan memohon berkat dari Debata 2. Mangalului haholongan ni tondi memperbanyak pengalaman dalam hidup untuk kelak menjadi berkat dalam kehidupan yang abadi 3. Marpangirimon di ari nanaing ro kebahagian “dihari kemudian”

2.3.4 Konsep Kesucian Diri

Ugamo Malim sebagai jalan pertemuan dimaksud bahwa melalui Ugamo Malim inilah para penganutnya dapat melakukan hubungan dengan Debata baik pada waktu melakukan ibadah maupun diluar ibadat. Di dalam ajaran Ugamo Malim ada sejumlah ajaran dan ibadat yang wajib di amalkan oleh setiap Parmalim. Apa bila ajaran dan ibadat itu diamalkan dengan baik dan sempurna maka orang yang telah mengamalkan itu disebut telah memiliki apa yang disebut dengan UNIVERSITAS SUMATERA UTARA kesucian diri tondi hamalimon. Artinya pada dirinya telah tertanam ruh atau cahaya kesucian dari Debata Mulajadi Nabolon sebagai akibat dari pengamalan ajaran yang sempurna itu. Inilah konsep kesucian diri yang paling tinggi. Untuk sampai kepada tingkat tondi hamalimon sesorang harus melewati fase roha hamalimon perasan yang suci dan ngolu hamalimon berkehidupan suci apa bila dua fase tersebut telah diamalkan dengan baik maka seseorang akan berpeluang masuk ke taraf tondi hamalimon. Taraf pengamalan agama yang demikian inilah disebut dengan Takwa- suatu sebutan peringkat tertinggi dalam diri manusia Parmalim. Jika orang telah mencapai tingkat yang demikian, maka orang tersebut telah terpelihara dari perbuatan dosa karena dirinya tidak pernah lepas dari pengawasan roha hamalimon itu sendiri. Dalam setiap aktifitasnya dirinya akan selalu terhindar dari dosa dan perbuatan yang dapat merugikan disinya dan orang lain. Untuk mencapai roha hamalimon dan ngolu hamalimon seseorang harus menjaga diri marsolam diri setiap saat dimanapun ia berada dan mengawal diri dari segala perbuatan yang dapat menimbulkan dosa marsolam ngolu serta membatasi diri dari rayuan dan kematan dunia serta menghindarkan diri dari segala yang dapat merusak kekusyukan beribadah marsolam tondi. Orang yang sudah mampu marsolam diri, marsolam ngolu dan marsolam tondi ia akan masuk dalam peringkat manusia yang paripurna yang disebut dengan martondi hamalimon berjiwa kesucian atau juga disebut takwa sejati. Ciri orang yang bertakwa sejati adalah ditandai dengan adanya perasaan haus untuk berbuat kebajikan baik sesama manusia, kepada alam dan dalam hal beribadat. Orang yang memiliki tondi hamalimon dipercaya bahwa diri telah dibungkus dengan tondi debata yang disebut dengan tondi porbadia ruh yang suci. Dirinya terlindungi dari UNIVERSITAS SUMATERA UTARA segala pengaruh yang dapat merusak dirinya dan segala macam godaan sibolis iblis tidak akan pernah merajai dirinya.

2.3.5 Konsep Dosa Menurut Ugamo Malim.