bermakna pengalaman keagamaan malim kesalehan. Oleh sebab itu kata malim boleh dierjemahkan menurut konteksnya yang bermakna bersih, suci, beriman, beramal, bertakwa,
utusan dan termaksud nama Ugamo Malim itu sendiri.
2.2 Sejarah Kepercayaan Parmalim dan Perkembangannya
Raja Sisingamangaraja XII menggantikan ayahnya Raja Sisingamangaraja XI ketika beliau meninggal tahun 1875. Berapa sarjana Barat antara lain Karl Helbig dan Pedersen
mengatakan bahwa Sisingamangaraja XII sekitar 1870 mendirikan Ugamo Malim dengan tujuan menjaga agar unsur-unsur agama Batak kuno terbina dalam menghadapi agama
Kristen, dan penjajah Belanda.
22
Tetapi Raja Mulia Naipospos-lah yang mendapatkan perintah secara langsung dari Sisingamangaraja XII untuk meneruskan ajaran Parmalim dan langsung sebagai
pemimpinnya. Sedangkan Guru Somalaing Pardede adalah seorang datu dukun yang terkenal dan menjadi salah seorang panglima dan penasehat Sisingamangaraja XII.
Orang yang berperan besar dalam perkembangan Ugamo Malim
ialah Guru Somalaing Pardede dari Desa Janji Maria-Balige dan Raja Mulia Naipospos dari Desa Huta Tinggi-Laguboti.
23
Ada dua versi tentang siapa yang menyebarkan ajaran Ugamo Malim. Menurut golongan yang pertama beberapa ratus tahun sebelum Agama Islam dan Kristen datang ke
tanah Tapanuli. Sebelum Ugamo Malim resmi dilembagakan kepercayaan dan ajaran keagamaan Batak sesungguhnya sudah mulai ada, menurut kepercayaan Ugamo Malim
22
Log Cit.W. B. Sijabat, 1982, hal. 326.
23
Ibid, perkembangan Kristen di Tapanuli menyebabkan ke khawatiran bagi Sisingamngaraja XII akan keberlangsungan agama Batak kuno, sehingga Ia menutus beberapa pengikutnya untuk menjadi Kristen,
salah satunya Raja Mulia Naipospos. Ia dan beberapa orang lainya meyerahkan diri untuk dibabtis menjadi Kristen,para utuan ini diharapkan oleh sisingamangaraja XII untuk menjadi benteng perlawanan terhadap
kristenisasi yang dianggap menjadi pengganggu tatanan sosial dan adat Batak.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ajaran keagamaan dibawa oleh suruhan atau utusan Debata Mula Jadi Nabolon. Suruhan tersebut membawa ajaran keagamaan itu dinamakan Malim Debata.
Ada empat orang yang tercatat sebagai Malim yang di utus Debata khususnya kepada suku bangsa Batak, yaitu Raja Uti, Simaribulubosi dan Sisingamangaraja, dan Raja
Nasiakbagi. Semua mereka yang tercatat sebagi Malim Debata itu disebut sebagai orang yang memiliki harajaon malim kerajaan malim di banua tonga bumi ini. Kerajaan Malim
yang mereka pegang itu di yakini dalam Ugamo Malim berasal dari Debata Mulajadi Nabolon
. Raja Uti sebagai Malim yang pertama adalah seorang pemimpin umat kharismatis
dan disegani di zamannya, Raja Uti yang lahir di daerah Tapanuli Tengah dekat Barus. Dia tampil di tengah-tengah suku Batak ketika masyarakatnya pada masa itu dalam keadaan caos
yang ditandai dengan kekacauan diantara sesama suku Batak. Disamping itu suku Batak sedang mengalami gocangan kepercayaan kepada Debata Mulajadi Nabolon dengan
mengubah kepercayaan kepada Sipelebegu penyembah ruh-ruh atau boleh juga di sebut beraliran animisme. Raja Uti muncul sebagai Malim Debata dengan tujuan menyelamatkan
manusia dari kesesatan dan mengembalikan kepercayaan untuk menyembah kepada Debata Mulajadi Nabolon
. Raja Uti yang pertama membentuk ajaran “marsuhi ni appang na opat” ampang yang bersegi empat yang terdiri dari tona, poda, patik, dan uhum yang diyakini
ajaran itu telah ada di banua ginjang sebelum diturunkan ke bumi ini. Beberapa lama setelah setelah Raja Uti, Debata mengutus Tuhan Simarimbulubosi
24
24
Dalam tradisi oral Batak Toba, Simarimbulubosi adalah seorang kesatria. Ia anak ketujuh dari Raja Mombang Napitu. Dalam hidupnya keenam abangnya senantiasa menganiaya bahkan mengadakan konspirasi
sebagai malim yang kedua untuk melanjutkan ajaran yang dibawa oleh Raja Uti.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Kedatanganya adalah untuk memantapkan keimanan suku bangsa Batak agar dapat berketuhanan kepada Debata Mulajadi Nabolon. Akan tetapi, setelah Simaribulubosi
meninggalkan umatnya pergi menghadap natorasna bapaknya di banua gijang, kekacauan sosial muncul kembali yang sama dasyatnya dengan yang terjadi sebelum Raja Uti didaulat
sebagai Malim Debata. Inti penyebabnya adalah karena semakin jauh dari Debata dan berbuat kekacauan sehingga itu kemudian dikenang sebagai masa lumlam jahiliah.
Kemudian Debata mengutus Malim-nya yang ketiga yaitu Sisingamagaraja sekitar tahun ± 450 M untuk membina suku bangsa Batak melalui kuasa yang dimilikinya dengan maksud
agar umatnya tetap berketuhanan kepada Debata Mulajadi Nabolon. Kehadiran Sisingamangaraja beberapa tahun setelah Simaribulubosi, tugasnya adalah
mengisbatkan adat, patik, dan uhum hukum bagi suku bangsa Batak sebagai panduan hidup dalam bermasyarakat.
25
1. Raja Manghuntal menjadi Sisingamangaraja I
Perlu dicatat bahwa secara fisik yang bernama Sisingamangaraja berjumlah dua belas orang sehingga untuk menyebutnya dinamakan
Sisingamagaraja I hingga XII. Adapun nama-nama keturunan Sisingamangaraja yang menjadi raja utusan Debata adalah :
2. Raja Tinaruan menjadi Sisingamangaraja II
3. Raja Itubungna menjadi Sisingamangaraja III
4. Raja Sorimangaraja menjadi Sisingamangaraja IV
untuk membunuhnya. Simaribulubosi selamat karena menggunkan rambut besinya untuk naik dari dasar jurang dan juga karena memiliki ilmu kebal. Karena sikap para saudaranya, ia memutuskan untuk meninggalkan
kampung dan menjadi seorang pengembara. Dalam pengembaraanya, ia mengalamai banyak petualangan gaib seperti memenangkan taruhan begu, menaikkan pohon magis ke dunia atas banua ginjang dan juga turun ke
dunia bawah banua toru. lihat Johannes Paulus Saragih, Gerakan Mesianis Di Toba; Suatu Tinjauan Sosio Politis Religious,
majalah Ilmiah mahasiswa 2009, hal. 8.
25
Op Cit. Ibrahim Gultom, 2010, hal. 158.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
5. Parlongos menjadi Sisingamangaraja V
6. Panghulbuk menjadi Sisingamangaraja VI
7. Ompu Tuan Lombut Menjadi Sisingamangaraja VII
8. Ompu Sotaronggal menjadi Sisingamangaraja VIII
9. Ompu Sohalopon menjadi Sisingamangaraja IX
10. Ompu Tuan Nabolon menjadi Sisingamangaraja X
11. Ompu Sohaluaon menjadi Sisingamangaraja XI
12. Ompu Pulo Batu menjadi Sisingamangaraja XII
Pada masa Sisingamangaraja XII, penjajahan Belanda mulai memasuki tanah Tapanuli. Peperangan berlangsung selama 30 tahun yang disebut Perang Batak. Dalam suatu
penyerbuan ke tempat persembuyiannya di Pearaja pada tanggal 17 Juli 1907, Sisingamangaraja ditembak mati oleh Hamisi seorang pasukan Masose Belanda yang
dipimpin oleh Christoffel. Pihak Belanda mengumunkan bahwa Sisingamangaraja XII telah gugur pada 21 Juli 1907. Akan tetapi, menurut kepercayaan Parmalim Sisingamangaraja itu
bukan mati, karena tidak beberapa lama setelah peristiwa itu, dengan tiba-tiba muncul yang bernama Nasiakbagi yang menderita yang tersebar di seluruh Tanah Tapanuli.
Tampilnya sosok misterius Raja Nasiakbagi tentu membawa kesan yang mengembirakan bagi masyarakat Batak pada umumnya dan semakin mempertebal keyakinan
bahwa raja mereka Sisingamangaraja tidak benar mati. Namun kehadiran sosok yang bernama Raja Nasiakbagi tidak begitu banyak orang yang mengenalnya, kecuali hanya
murid-muridnya. Raja Nasiakbagi hanya memfokuskan diri kepada pembinaan rohani umatnya yaitu mengajarkan hamalimon keagamaan. Pada suatu ketika, Raja Nasiakbagi
memberikan arahan kepada murid-muridnya. Dalam pertemuan itu dia berkata: “malim ma
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
hamu” malimlah kalian. Maksudnya, “sucilah kamu atau senantiasalah suci dalam
keagamaan”. Dengan adanya pengarahan ini, makanya sejak saat itu pula ajaran yang dibawanya resmi dan populer di sebut “ugamo malim”.
Setelah Nasiakbagi pergi meninggalkan umatnya, Ugamo Malim diwariskan kepada salah seorang murid setianya yaitu Raja Mulia Naipospos. Dia diserahi tugas
mempertahankan dan melanjutkan penyiaran Ugamo Malim untuk masa selanjutnya. Penyerahan mandat itu merujuk kepada pidatonya yang terakhir sekali yang didengar oleh
semua murid-muridnya. Di dalam pidato itu Raja Nasiakbagi berkata bahwa “siapa-siapa yang patuh dan taat kepada Raja Mulia, maka samalah artinya kepatuhannya itu kepada
saya”. Sejak itu Raja Mulia Naipospos yang bertindak sebagai penyambung ajaran Raja Nasiakbagi dalam mengembangkan Ugamo Malim.
26
Menurut versi lain pada abad ke-19 terjadi perubahan drastis dalam masyarakat Batak Toba. Isolasi yang berjalan beberapa abad mulai tersingkap dengan masuknya kebudayaan
Barat. Perubahan yang dibawa oleh Islam kurang memberi warna pada masyarakat Batak. Sebelum kebudayaan Barat menyentuh budaya Batak Toba, Islam telah lebih dulu sampai
dikawasan ini, walaupun tahun masuknya tidak dapat dipastikan, seperti hanya masuknya Islam ke Indonesia.
27
26
Ibid Ibrahim Gultom, hal. 170.
27
Op Cit. Masuknya kristenoisasi dan Kolonialis Belanda ke tanah Tapanuli, menciptakan sejumlah distorsi dalam kehipan Orang Batak, misionaris RMG bekerja sama dengan penjajah belanda untuk
menaklukkan tanah batak. Kristenisasi di tanah Batak berjalan dengan baik dengan subsidi dari pemerintah Belanda dan komunitas RMG Eropa,. Misionaris menarik raja-raja Huta untuk menjadi Kristen. Raja Huta yang
menjadi Kristen mendapat jabatan di organisasi gereja dan jabatan struktural dalam pemerintahan administrative Belanda. Sejak 1886 pemerintah Hindia Belanda mengangkat sebanyak 170 raja ihutan namun sejak tahun 1916
birokrasi tersebut dinilai terlalu gemuk sehingga dilakukan optimalisasi. Banyak orang Batak Toba yang sudah Kristen dan menjabat Raja Ihutan tersingkir dari struktur tersebut, hal inilah menurut Massahi Hirause yang
turut menyumbang perkembangan pengikut Parmalim. Massashi Hirause dalam ETNIVISI, 2005, hal. 112.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Pada bulan syawal 1233 H1819 Masehi, Tuanku Rao Panglima tertinggi tentara Padri untuk Tapanuli dapat menaklukkan Sisingamangaraja X di Bakkara. Pada waktu
Tuanku Rao dalam perjalanan menuju Bakkara pusat kerajaan Sisingamangaraja, beliau menjumpai adanya masyarakat yang sudah beragama Islam, seperti di Pahae Jae. Pengunut
Islam yang dijumpai itu berbeda Mazhab dengan beliau. Tuanku Rao menganut mahzab Hambali dan mereka menganut mazhab Syi’ah.
28
Zending Katolik mengirim dua orang pendeta, Henry Lyman dan Samuel Munson yang sudah ahli bahasa Batak pada Tahun 1834, untuk menasranikan masyarakat Batak
Toba. Munson adalah lulusan Bowdoin College pada tahun 1829 dan Lyman adalah lulusan Amliherst pada tahun 1829.
JPG Westhff dalam dalam risalahnya yang berjudul “Padri” menghubungkan kepentingan ajaran Kristen dalam terpeliharanya jajahan Belanda di Indonesia. Sebagimana
dalam tulisannya “ada pendapat saya untuk memiliki tetap djajahan-djajahan kita untuk sebagian besar adalah tergantung pada peng-kristenan dari rakyat sebagian besar belum
beragama atau yang sudah masuk Islam”.
29
Pada tahun 1890, Emelio Mondigliani seorang berkebangsan Itali sampai ke Tapanuli tepatnya di huta desa Sirambe didaratan tinggi selatan Balige-Laguboti. Ia adalah seorang
Mereka pernah berteman disekolah Anderver Theological Seminary dan tamat pada tahun 1832, mereka juga pernah menetap di Sibolga. Ajaran yang
mereka bawa tidak dapat diterima oleh Batak Toba dan memberi reaksi yang hebat serta membunuh kedua misionaris itu.
28
Mangaraja Onggang Parlindungan, Tuanku Rao, Jakarta: Tanjung Pangharapan, 1967, hal. 234.
29
Paul B. Pedersen, Darah Batak dan Jiwa Protestan: Perkembangan Greja-gereja Btak di Sumatera Utara,
Jakarta:BPK gunung Mulia, 1975, hal. 48-92.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ahli hukum tetapi juga seorang botanis dan zoologis serta tertarik dalam bidang penelitian benda-benda kebudayaan dan meminati ilmu-ilmu bumi di negeri-negeri jauh.
30
Saat berkunjung ke Bakkara Mondigliani memperkenalkan dirinya sebagai utusan Raja Rum
. Mondigliani membicarakan tentang rajanya di Italia, Raja Roma. Orang Bakkara mengartikan Raja Rum atau Raja Rom yaitu sebutan untuk Raja Stabol Istambul atau Raja
Turki. Dalam Perang Aceh 1873-1904 dan Perang Batak 1878-1907 Raja Rom dari Turki di hormati sebagai sekutu dalam perlawanan terhadap Belanda maupun oleh Orang Batak.
Berita yang bersiar tentang Mondigliani yang disebut-sebut sebagai Raja Stambul terdengangar oleh Guru Somalaing Pardede dan mereka bertemu pada tahun 1890, dalam
perjalanan kedaerah Sigoal menuju Bandar Pulo di daerah Asahan
31
Sesudah Guru Somalaing terpisah dengan Sisingamangaraja XII tahun 1886 dan berpisah dengan Mondigliani pada bulan April 1891, dengan inisiatif sendiri membentuk
suatu gerakan “parmalim” didaerah Tapanuli. Guru Somalaing mulai bergerak menyebarkan ajaran Parmalim dengan ajaran barunya ke segala penjuru di daerah Toba.
. Mondigliani memandang Guru Somalaing lebih sebagai sahabat yang akrab. Sehingga dalam pergaulan
sehari-hari dengan Mondigliani inilah Guru Somalaing mendapat ajaran agama Katolik.
32
30
Op Cit. Sitor Situmorang, 2004, hal. 312.
31
Emilio Modigliani melakukan perjalanan rahasianya ke hulu sungai Asahan untuk mencari sumber air sungai Asahan yang mana hal itu masih menjadi teka-teki bagi para peneliti Barat pada zamannya, secara
kebetulan Ia bertemu dengan Guru Somalaing Pardede seorang tokoh panglima Perang Batak pada tahun 1878, posisi Guru Somalaing sebagai tokoh yang dihormati sangat menguntungkan Mandigliani untuk melakukan
perjalanan ke hulu Sungai Asahan. Ibid Sitor Situmorang, hal. 335.
32
Log Cit. Massahi Hirause, dalam ETNIVISI, 2005, hal. 115.
Ajaran Guru Somalaing bersifat sinkretis dengan memadukan kepercayaan Batak lama dengan trimurti
ajaran Kristen Katolik dan raja Iman Sisingamangaraja XII.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Guru Somalaing disambut dan mendapat banyak pengikut terutama di daerah Toba, Humbang, Uluan, Samosir dan Asahan. Salah satu sebab utama keberhasilan memperoleh
banyak pengikut adalah karena posisinya sebagai mantan Datu dukun Sisingamangaraja XII serta ketegasannya mengusir Belanda. Guru Somalaing sebagai pendiri Parmalim
ditangkap tahun 1896 oleh kontrolir P.A.L.E van Djik lalu dibuang ke Kalimantan.
33
Meskipun pemerintah Belanda sudah berjalan dan Gereja Batak Kristen Protestan secara de facto
sudah berdiri, Belanda masih cemas terhadap gerakan Parmalim. De Boer, seorang kontrolir Belanda di Balige pada tahun 1914 melaporkan, bahwa gerakan Parmalim masih
bertahan dan tetap berkiblat pada Sisingamangaraja dan menjalankan penyesuain dalam cara bergerak.
34
1. Sekte Parmalim yang merupakan sekte utama yang didirikan oleh Guru Somalaing
Pardede. Parmalim menjadi legal sebagai agama murni yang dilindungi oleh hukum
Kolonial secara formal pada tahun 1922. Timbul Parmalim menurut sejarah dipengaruhi oleh beberapa unsur, termasud adat,
Islam, Kristen, dan kepercayaan Batak kuno. Dari peleburan keempat unsur ini timbullah kepercayaan baru yang diangap sebagi kepercayaan tersendiri yang diberi nama Parmalim.
Kemudian dalam perkembangannya Parmalim terpecah menjadi 4 sekte utama, yaitu:
2. Sekte Nasiakbagi yaitu sekte yang didirikan oleh Raja Nasiakbagi yang menderita,
3. Sekte Parsitekka yang didirikan dan dipimpin oleh Sitengka, dan
4. Sekte Sisingamangaraja.
5. Sekte Parhudamdam yakni sekte yang didirikan oleh Jaman Pohan.
33
Log Cit. Muhammad Said, 1961, hal. 59.
34
Ibid , Hal:60-61. W.B Sijabat, 1982, hal. 227.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Diantara kelima gerakan Parmalim sekte Nasiakbagi terus bertahan dibawa pimpinan Nasiakbagi
, yang dianggap sebagai Sisingamangaraja. Raja Nasiakbagi adalah Jaga Simatupang seorang perajin emas dari Nagasaribu, dekat Siborongborong yang kemudian
menjadi pemimpin sekte Nasiakbagi. Gerakan Parmalim Nasiakbagi menunjukkan sikap perlawanannya dengan
mendirikan organisasi-organisasi tandingan. Sikap perlawanan terhadap pemerintah kolonial Belanda kiranya tampak dalam sikap Jaga Simatupang mendirikan tiga buah desa baru di
Batu Na Bolon, sekitar tahun 1900. Sikap perlawanan terhadap misionaris Kristen, dengan pencarian justifikasi atas ajaran-ajaran Nasiakbagi. Perlawanan diwujudkan dengan pendirian
usaha tandingan yakni koperasi simpan-pinjam. Koperasi yang diberi nama Ugasan Torop ini memberikan koperasi simpan-pinjam berupa uang dan padi tanpa bunga kepada anggota
Nasiakbagi yang miskin. Di tempat lain, seperti di Uluan, koperasi sejenis Ugasan Torop di
sebut Kongsi Porasian.
35
Nasiakbagi ditangkap oleh Belanda karena sikap pengikutnya yang mengangap ia
adalah Sisingamangaraja
36
akan menjadi ancaman terhadap Belanda. Perjuangannya dilanjutkan oleh Raja Mulia Naipospos
37
35
Johannes Paulus, Meret 2009, hal. 8
36
Johannes Paulus, Meret 2009, hal. 7
37
Raja Mulia Naipospos adalah mantan penatua gereja Sintua gereja, Raja Mulia Naipospos masuk Kristen adalah panglima perang dan parbaringin imam kurban dari bius Balige ditunjuk oleh Si
Singamangaraja, dia menjadi Kristen pada tahun 1890. Raja Mulia kemudian diangkat sebagai penatua gereja di Paroki Laguboti. Namun, setelah pertobatannya, ia mengalami kehilangan dua anak dan ibu. Testemoni Gayus
Hutahayan dalam Massashi Hirause, 2005, hal. 119.
setelah dibebaskan tahun 1920. Parmalim Nasiakbagi
dapat meneruskan gerakannya secara legal sejak dikeluarkannya sertifikat oleh kontrolir van Toba pada tahun 1922. Parmalim tampil sebagai agama murni, yang secara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
damai menyebarkan ajarannya. Mereka menghormati Sisingamangaraja sebagai pemimpin kerohanian yang terpisah dari urusan politik.
38
Adapun ajaran Guru Somalaing Pardede dan ajaran Raja Nasiakbagi pada dasarnya menghormati Sisingamangaraja XII sebagai pemimpin kerohanian dan memuja Ompu Mulaji
Na Bolon sebagai Tuhan Yang Maha Esa. Namun Guru Somalaing lebih mengarah kepada
gerakan messianic yang meyakini Sisingamangaraja masih hidup, yang masih mengaharapkan munculnya kembali Sisingamangaraja dan kebesarannya. Sisingamangaraja
dianggap sebagai utusan, seorang mesias juru selamat bagi suku Batak, juga dianggap sebagai gerakan yang menentang Kolonial dan penyebaran agama Kristen. Yang
membedakan keduanya terdapat adalah kadar nilai Kristen yang di kandung pada paham Parmalim
yang di ajarkannya. Ajaran Guru Somalaing memberikan pemujaan terhadap trimurti Kristen Jahoba, Opu Pulo Maria, dan Yesus serta Guru Somalaing menyatakan
bahwa Wahyunya di dapat dari Jahoba. Nasiakbagi merupakan sebuah gerakan puritanisme Parmalim
hal ini tampak dari asal wahyu yang menurut Nasiakbagi di dapatnya dari Debata Raja Mulia Naipospos sebelum meninggal memberikan wasiat kepada putranya Raja
Ungkap Naipospos. Isi wasiat itu antara lain adalah meneruskan Ugamo Malim dan menjaga kesuciannya. Raja Mulia Naipospos meninggal pada tanggal 3 Mei 1965 dalam usia 120
tahun. Sepeninggal beliau kepemimpinan Parmalim dipegang oleh Raja Ungkap Naipospos di Huta Tinggi Laguboti. Dalam masa kepemimpinannya, ia juga mengahadapi banyak
tantangan dari pihak-pihak yang anti terhadap Sisingamangaraja.
38
Op Cit,. Sitor Situmorang, 2004, hal. 93-96.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Mulajadi Nabolon serta konsep dosa yang sebelumnya tidak dikenal dalam Parmalim
Somalaing.
39
1. Parmalim
dibawah pimpinan Raja Mulia Naipospos pusatnya di Huta Tinggi Laguboti
Dalam perkembangan selanjutnya gerakan Parmalim ini tidak lagi tampak proses penyebaranya, yang lebih dominan adalah usaha untuk mempertahankan dan memelihara
keutuhan Parmalim yang ada. Gerakan Parmalim sebagai gerakan keagamaan kemudian terpecah dan terbagi dalam empat aliran utama yaitu:
2. Malim
Sumumba Malim pusatnya di Sigaol 3.
Malim Putih pusatnya di Balige
4. Malim Beringin
Batak, pusatnya di Pulau Samosir Keempat bagian ini adalah sekte Parmalim yang mempunyai kesamaan namun
berbeda ornaginasinya. Tujuannya satu yaitu menantikan kembalinya Sisingamangaraja, namun dalam pengajaranya terdapat perbedaan. Perbedaan yang terjadi adalah karena
Parmalim kedaerah tersebut diajarkan secara lisan dan tidak memiliki kitab seperti agama
lain. Dalam proses perkembangannya Parmalim memperoleh banyak kesulitan yang
berasal dari luar maupun dari dalam Parmalim itu sendiri. Hal ini dapat dilihat dari gencarnya pengaruh agama lain agar memeluk agama yang disebarkan dan meninggalkan
Parmalim . Disamping itu, dalam proses menjalanakan ibadahnya Parmalim tidak mendapat
keleluasaan. Mereka dianggap sebagai penyembah setan dan harus bertobat.
40
39
Op Cit. Paulus Saragih, 2009.
40
Op Cit., Elvi T. Simarmata, 2003, hal. 29.
Selain itu
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
penganut Ugamo Malim banyak yang pindah ke ajaran agama lain sebagai akibat dari perkawinan dengan orang yang telah menganut salah satu agama yang telah diakui maupun
karena terpengaruh oleh syiar misi Kristen di tengah-tengah masyarakat Toba. Dalam kepemimpinan Raja Ungkap Naipospos, memimpin misi penguatan ajaran
Ugamo Malim bagi para pemeluknya. Raja Ungkap melakukan sejumlah langkah
pembaharuan dalam tubuh Parmalim, sebagai generasi ihutan yang mendapat pendidikan modern Raja Ungkap mendokumentasikan tona, poda, patik, dan uhum yang biasanya di
lafalkan dalam tonggo-tonggo yang disebut pustaha parguruon buku pedoman belajar dalam buku “Rintis Parguruan Ugamo Malim” pada tahun 1947. Rintis Parguruan Ugamo
Malim kemudian menjadi pedoman bagi Parmalim dalam menjalankan ajaran Ugamo Malim
dalam kesehariannya. Tidak hanya pendokumentasian ajaran Parmalim, Raja Ungkap juga menyadari salah
satu penyebab kemunduran jumlah Parmalim adalah kurangnya pemahaman generasi muda naposo Parmalim terhadap ajaran Ugamo Malim. Paham-paham lama yang dirasa Raja
Ungkap menhambat pertumbuhan ajaran hamalimon diluruskan. Generasi muda diberi kesempatan untuk memimpin peribadatan dan memberikan bimbingan melalui pengajaran
kepada generasi dibawahnya. Adapun amanat beliau terkait posisi generasi muda dalam Parmalim
yakni “naposo tundun di jolo osang-osang di pudi” maksudnya, “generasi muda adalah penerus orangtunya untuk meneruskan keimanan Parmalim. Himpunan remaja putra-
putri remaja parmalim pun dibina beliau, disebut “Tunas Naimbaru” tahun 1953.
41
41
Wawancara dengan Maradu Naipospos ketua Tunas Naimbaru Parmalim Tanggal 23 Oktober 2012.
Peran remaja sangat penting dalam setiap upacara dan proses pembelajaran ajaran Ugamo Malim.
Melalui Tunas Naimbaru para remaja Parmalim belajar tentang ajaran Malim dan budaya
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Batak melalui kegiatan yang disebut Marguru. Dalam aktivitas marguru biasanya anak muda parmalim mengoranisasikan dirinya untuk belajar ajaran malim dengan dipimpin oleh salah
seorang diantara mereka yang dituakan, dimana orang tersebut dianggap memiliki pengetahuan yang lebih baik diantara pemuda lainnya.
Melalui proses yang panjang dan usaha memperjuangkan Parmalim sebagai agama resmi, pada tanggal 4 juni 1980 akhirnya Parmalim terdaftar sebagai aliran kepercayaan
dibawah naungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan yang disebut Direktorat Bina Haayat. Pemerintah melalui Menteri Pendidikan dan Kebudayan kemudian menerbitkan surat
keterangan certificate sebagai bukti pendaftaran pada tahun 1980 dengan No. I.136F.3N.II1980. Bagi penganut Parmalim hal ini dapat dikatakan sebagai awal
kebangkitan Parmalim. Meski di sebahagian tempat didapati penganut Parmalim yang tidak puas karena mereka menuntut pengakuan yang sama seperti enam agama terdahulu. Aliran
kepercayaan Ugamo Malim digolongkan dalam “Himpunan Kepercayaan” menjadi kelompok minoritas di tengah-tengah penduduk yang mayoritas Islam dan Kristen.
Perjalanan sejarah Ugamo Malim semenjak kelahirannya pada masa lalu, aliran kepercayaan ini tampaknya memiliki perjalanan sejarah yang panjang dan menarik. Sebab,
disamping kelahirannya bersamaan dengan kolonialisasi di tanah Batak dan masuknya aga Kristen ke Tapanuli, Ugamo Malim mengalamai hambatan dari pihak pemerintah Belanda
dalam hal mengamalkan ajaran yang dikandunginya. Perlakuan seperti ini berlangsung sampai Indonesia merdeka penuh tahun 1949. Setelah Indonesia merdeka Ugamo Malim
masih memiliki hambatan dalam menjalankan ajarannya. Meskipun demikian, ajaran ini masih tetap bertahan di tengah-tengah masyarakat Batak yang ditandai dengan masih
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
banyaknya penganutnya di berbagai cabang mengamalkan ritualnya dan teguh mempertahankan identitas agamanya.
Salah satu indikasi yang bisa dianggap sebagai penghambat kelangsungan hidup Ugamo Malim
ialah sejak keluarnya Pepres NOMOR 1PNPS Tahun 1965, dimana adanya keharusan pihak penganut Ugamo Malim untuk meminta izin dan melaporkan setiap aktivitas
upacaranya kepada pihak kejaksaan negeri setempat yang berkedudukan di Tarutung Ibu Kota Tapanuli Utara. Upacara yang harus dilaporkan itu ialah upacara keagamaan tahunan
yang bersifat nasional yaitu upacara yang wajib dihadiri seluruh anggota Parmalim se- Indonesia seperti upacara mangan na paet, sipaha Sada dan sipaha lima. Pengawasan seperti
ini tetap diberlakukan hingga tahun 1978. Selanjutnya, pada tahun 1980 tepatnya setelah Ugamo Malim mendapat pengakuan
resmi sebagai sebuah aliran kepercayaan, pihak pemerintah memberikan keleluasaan kepada Parmalim
untuk mempertahankan dan menjalankan kepercayaannya. Segala peraturan dan ketentuan yang dianggap diskriminatif seperti keharusan untuk meminta izin dan member
laporan dalam setiap melakukan upacara agama dicabut. Pada 3 September 1981 Raja Ungkap Naipospos meninggal, kemudian
kepemimpinan Ugamo Malim beralih ke anaknya Raja Marnagkok Naipospos sampai sekarang. Delapan tahun setelah kepemimpinan Raja Marnagkok Naipospos muncul Undang-
Undang RI No. 8 Tahun 1985 tentang organisasi kemasyarakatan. Isi dari UU RI No.8 Tahun 1985 diantaranya mewajibkan seluruh organisasi kemasyarakat untuk menganut asas
Pancasila sebagai satu-satunya asas yang boleh dianut oleh seluruh organisasi kemasyarakatan. Selain “kewajiban” mengunakan Pancasila sebagai asas organisasi UU RI
No.8 Tahun 1985 juga mewajibkan agar setiap organisasi menetapkan struktur, tujuan dan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
sifat organisasinya.
42
Dimulai dari kepercayaan kepada superanatural seperti kepecayaan kepada Tuhan
atau dewa-dewa yang kesemuanya disebut partohap harajaon malim di banua ginjang si
pemilik kerajaan Malim di langit. Selain itu akan dijelaskan pula tentang keberadaan para utusan Tuhan Debata Nabi yang diyakini sebagi perantara dalam membawa Ugamo Malim.
Dalam istilah Ugamo Malim, semua utusan Debata ini dinamakan Malim Debata yang
disebut juga partohap harajaon malim di banua tonga si pemilik kerajaan malim di bumi.
Raja Mulia Naipospos berserta seluruh jemaat parmalim sesuai anjuran UU RI No.8 Tahun 1985 kemudian membentuk musyawarah yang dikenal dalam Ugamo
Malim sebagai Ria Godang. Musyawarah ini menghasilkan Pedoman Dasar dan Pedoman
Pelaksanaan pada tanggal 29 Maret 1987. lihat lampiran
2.3 Pola Ajaran Kepercayaan Ugamo Malim 2. 3.1 Ajaran Tentang Ketuhanan