4. Masalah-masalah dalam Pernikahan Beda Etnis
Pernikahan beda etnis menghadapi masalah yang hampir sama dengan pernikahan sama etnis, namun ada perbedaan pada beberapa area masalah.
Menurut Markoff 1977, masalah-masalah tersebut meliputi komunikasi verbal dan non verbal, perbedaan nilai dan konsep pernikahan, keputusan pasangan yang
didasarkan pada kebutuhan dan tuntutan individual pasangan atau didasarkan pada tradisi atau persetujuan sosial keluarga. Markoff juga mengindikasikan sumber
konflik lainnya dalam pasangan antar budaya adalah level dari keterlibatan dari keluarga mengenai konflik-konflik pasangan Tseng , dalam McDermott
Maretzki, 1977. Sung 1990 menambahkan bahwa streotip yang dipegang oleh masyarakat mengenai etnis individu dan pasangan merupakan salah satu
tantangan dalam pernikahan beda etnis. Penelitian menunjukkan bahwa secara umum, orang sering memiliki sikap
yang negatif terhadap pernikahan beda budaya kususnya jika hal ini melibatkan anak laki-laki atau anak perempuan mereka sendiri Davidson Schneider dalam
Shute, 2003. Beberapa keluarga tidak setuju jika anggota keluarga mereka menikah dengan orang di luar kelompok ras atau etnis mereka. Keluarga dari
pasangan sering menolak dan melarang hubungan pernikahan ini. Ketika pasangan beda etnis menikah, sesuatu yang lumrah jika ada beberapa atau bahkan
seluruh anggota keluarga tidak menghadiri pernikahan tersebut . Banyak orangtua tidak menerima pernikahan beda budaya pada awalnya, tetapi ketika orangtua
semakin mengenal pasangan suami-istri maka mereka pun mulai menerima pasangan itu, khususnya setelah kelahiran cucu-cucu mereka. Seringkali orangtua
memutuskan sikap antipati mereka terhadap menantu perempuan atau laki-laki ketika mereka menyadari bahwa mereka mungkin akan kehilangan kontak dengan
anak dan cucu mereka Kouri Lasswell, 1993.
C. Dukungan Sosial Keluarga Pada Pernikahan Beda Etnis Batak Toba- Tamil
Tiap-tiap suku memiliki konsep dan aturan mengenai perkawinan yang berbeda satu sama lainnya, seperti mengenai pengaturan pembatasan jodoh,
mahar, tata upacara dan sebagainya. Salah satu perbedaan yang mencolok ditemukan di dalam masyarakat suku Tamil dengan suku Batak Toba. Suku Tamil
cenderung lebih adaptif dengan kelompok etnis lain di Sumatera Utara, salah satunya dengan adanya pernikahan eksogami dengan etnis Jawa, Karo, Nias,
Tionghoa dan Batak Toba Lubis, 2005. Lain halnya dengan suku Batak Toba yang memegang kuat norma endogami Bangun, 1982. Perkawinan yang
dianggap ideal oleh masyarakat suku Batak Toba adalah perkawinan yang dilakukan sesama orang Batak Toba. Perkawinan dengan orang yang bukan Batak
tidak akan diakui dalam adat Batak Toba Bruner, 1994. Pernikahan beda etnis menghadapi masalah yang hampir sama dengan
pernikahan sama etnis, namun ada perbedaan pada beberapa area masalah. Masalah-masalah tersebut meliputi komunikasi verbal dan non verbal, perbedaan
konsep dari pernikahan keputusan pasangan didasarkan pada kebutuhan dan tuntutan individual pasangan, atau didasarkan pada tradisi atau persetujuan sosial
keluarga. Prasangka dan stereotip juga memainkan peran dalam konflik