Dukungan Sosial Keluarga Yang Diterima

Kondisi pekerjaan suami yang sering keluar kota ternyata dikritik oleh orangtua Selly yang tidak ingin jika responden sering ditinggal di rumah. Oleh sebab itu, Selly pun memutuskan untuk tinggal di rumah orangtuanya dan meminta suami bekerja di daerah sekitar Pematangsiantar sehingga Roy bisa pulang menjumpai anak istri setelah bekerja. “Gimana yah.. mereka jelas ga suka lah kalau aku ditinggal-tinggal gini. ..maksud orangtua kakak, kalau suami dekat lah sama istri. Ga jauh- jauhan. Takut mereka terjadi apa-apa kan. Maklumlah dek, pikiran orang tua sama anaknya. Mereka kirain kalau nanti bang Roy yah..selingkuh gitu lah d i luar sana, main cewek sama yang lain…Maunya mereka, suami kakak nyari kerja yang dekat- dekat aja.” RD.W2b.509-517hal.73 “Makanya untuk sekarang ini, kakak tinggal di rumah orangtua kakak, dia tinggal di rumah saudaranya. Ga jauh juga lah dari sini, jadi bisa sering ketemu kami, makannya pun sama- sama juga jadinya.” RD.W2b.468-476hal.72

2. Dukungan Sosial Keluarga Yang Diterima

a. Pasangan Pertama Harry dan Merry  Dukungan Informasional Informational Support Harry dan Merry tinggal di rumah yang berdekatan dengan rumah orangtua dan adik Harry. Hal ini mempermudah komunikasi dan pertemuan antara Harry dengan keluarga intinya ; ibu, abang dan adik perempuannya. Ibu Harry sering datang dan berkunjung ke rumah serta bertanya tentang permasalahan yang dihadapi Harry dan Merry. Perselisihan pendapat yang terjadi biasanya mengenai perbedaan kebiasaan makanan, komunikasi dan masalah finansial. Setelah bertanya, kemudian ibu Harry akan memberikan nasihat kepada Harry dan Merry. Namun, ketika permasalahan dengan Merry sudah sangat pelik, biasanya Harry akan menjumpai pendeta pimpinan gereja Anglikan. Ia berdiskusi sampai akhirnya memperoleh solusi dari masalah yang dihadapinya. Hal ini dinyatakan Harry sebagai berikut : “Kita selalu berkomunikasi, sering ketemu. Kami minimal sekali seminggu jumpa, lagian rumah kita ga jauh kok, jaraknya paling 200 meteran. Kalau mau jumpa, bisa cepat, kalau anak-anak saya udah lama ga jumpa neneknya, saya bawa ke sana. ” RA.W2b.509-515hal.12 “Ibu saya lah yang datang dan berkunjung, bertanya apa yang terjadi, kenapa bisa seperti itu, terus dia mengingatkanlah karena ibu saya kan sudah berpengalaman dalam berumah tangga, walau yang dia bantu tidak sesempurna yang saya harapkan.” RA.W1.b.215-221hal.5 “Kalau saya bermasalah dengan istri saya, biasanya saya pergi keluar dulu, terus balik lagi. Kan emosi dan situasi sudah mereda. Terus, saya dan istri saya diskusi berdua dulu. Tapi kalau sudah tegang dan tidak bisa cari jalan keluar yah kami berdiskusi dengan pendeta pimpinan gereja kami supaya bisa baikan kembali. RA.W1b.197-204hal.5 Pernikahan Harry dan Merry diadakan secara adat Tamil dan Batak Toba sehingga Harry memperoleh marga Batak Toba dari pihak keluarga Merry. Hal ini membuat pernikahan Harry dan Merry menjadi sah secara adat Batak Toba. Setelah menikah, Harry ingin mengenal lebih dalam lagi mengenai budaya Batak Toba dan Harry mendapatkan banyak informasi dari adik ipar Harry yang laki- laki. Adik ipar Harry juga memberi saran agar responden mengikuti perkumpulan marga dan informasi mengenai silsilah marga Batak tarombo. Namun karena ketidakcocokan antara jadwal pekerjaan Harry dengan jadwal pertemuan perkumpulan membuat pasangan ini belum mengikuti perkumpulan sampai sekarang. Hal ini sesuai dengan pernyataan Harry : “Mereka memberi tahu saya tentang hubungan marga atau tarombo silsilah, dalam bahasa Batak. Tapi, begitulah yah kalau kita satu kota kan, komunikasi ada, tetapi karena kita jauh, jadi jarang ketemu dan komunikasi pun ga terlalu banyak. Tetapi mereka selalu mengatakan kalau orang Batak itu kan ada perkumpulan marga. Mereka sarankan untuk ikut.” RA.W1b.243-251hal.6 “Namanya juga sibuk. Kan kumpulnya Sabtu atau Minggu, padahal di situlah persiapan pelayanan . Keluarga dari istri banyak yang menyarankan untuk ikut perkumpulan marga, tapi sampai sekarang belum kami jalankan. RA.W1b.254-259hal.6 Harry yang memiliki kebiasaan wajib mengkonsumsi makanan olahan kari setiap hari membuat Merry harus belajar untuk memasak makanan kari. Merry pun berusaha belajar cara mengolah masakan kari dari ibu Harry. Hal ini sesuai dengan pernyataan Merry berikut : “Ibu mertua saya ga pernah langsung mengajari saya atau datang ke rumah mengajari. Tapi saya yang nanya “Ma, gimana yah masak kari ini? Oh, sini lihat lah aku lagi masak ini” di rumah mertua. Tapi kalau secara khusus mau kasih waktunya juga ga bisa, karena mertua saya juga kerja, sibuk. Jadi setiap ada kesempatan, saya yang perhatikan. “ RB.W2b.728-736hal.37 “..yah harus mengerti lah. Sekarang ini saya gak mau tersinggung lagi kalau suami saya makan di rumah mertua.. Tapi memang, tetap bagi suami saya, masakan mamanya tetap lebih enak daripada masakan saya. RB.W2b.739-749hal.37  Dukungan Instrumental Instrumental Support Pekerjaan Harry sebagai pendeta adalah sumber penghasilan utama untuk rumah tangganya. Hal ini menimbulkan adanya masalah dalam keuangan rumah tangga karena pemasukan yang Harry dapatkan seringkali tidak sebanding dengan pengeluaran. Harry harus membiayai kebutuhan hidup sehari-hari dan biaya sekolah kedua anaknya. Harry biasanya menceritakan masalah keuangan yang dihadapi kepada keluarga intinya. Keluarga inti Harry, yaitu ibu dan adik ipar Harry memberi bantuan materi berupa pinjaman uang. “Saya dan istri pernah mengalami masalah finansial, yah keluarga besar saya lah yang banyak membantu karena kami pun kan dekat, sama-sama di satu kota Medan. Banyaklah keluarga saya membantu saya dan istri.” RA.W1b.230-235hal.5 “… kan saya beritahu mereka, bukan orang lain, pada ibu, adek atau abang saya. Kan mereka tahulah gimana kehidupan seorang pendeta. RA.W1b.312-315hal.7-8 Kondisi finansial tersebut membuat Merry harus bekerja di gereja yang berbeda dengan Harry, yaitu di gereja B. Pekerjaan Harry dan Merry di dua gereja yang berbeda tersebut seringkali menuntut keduanya untuk mengerjakan pelayanan di luar kota. Ketika hal itu terjadi, maka kedua anak dari pasangan ini pun diantarkan ke rumah ibu Harry untuk dijaga dan diurus. Selain mengurus kedua anak mereka, Ibu Harry juga sering memberikan benda-benda berupa pakaian, tas dan sepatu untuk Merry. Hal ini sesuai dengan pernyataan Merry sebagai berikut : “..mertua saya mau menjaga anak-anak saya kalau saya dan suami saya bekerja atau melayani di luar kota. Kalau lagi di rumah mertua, anak-anak ga pernah kekurangan lah, makanannya pasti dimasak mertua atau eda saya.” RB.W2b.497-502hal.32 “Mertua saya juga seringkali memberikan benda-benda berupa baju, sandal, dan tas. Mertua saya kan bekerja di rumah dokter selama hampir 20 tahun. Jadi kalau ada pemberian atau oleh-oleh dari dokter itu, selalu dibawakan mertua saya untuk saya. RB.W2b.688-694hal.35 Keluarga inti Merry yang tinggal di Jakarta juga pernah memberi bantuan materi untuk pasangan ini. Bantuan yang diberikan berupa uang untuk melunasi biaya pengobatan Merry dan anaknya yang sakit demam berdarah dan harus diopname di Rumah Sakit sekitar 5 tahun yang lalu. Merry merasakan adanya perbedaan bantuan yang diberikan keluarganya dengan keluarga suami. Merry menganggap bahwa keluarga suami cenderung meminjamkan uang sedangkan keluarga Merry yang langsung memberikan uang tanpa meminta kembali. Hal ini diungkapkan Merry sebagai berikut : “Pernah mama saya dengar kalau saya pernah masuk Rumah Sakit dan anak saya juga masuk Rumah Sakit, kena DBD. Itu sekitar lima tahun yang lalu. Mama saya dengar dari adek saya, tapi saya ga pernah bilang sama mama saya. Mama lihat adek saya grasak-grusuk ngumpulin uang untuk ngirim ke saya. …Yah, akhirnya, mama saya juga nyumbang lah.” RB.W2b.886-904hal.40-41 “Mereka keluarga suami sih caranya manis, ga to the point. “Ini minjem yaa..” Tapi, ini lho,,gini gini yaa..”Iya, nanti dikembalikan” saya bilang. Apalagi eda saya, yang namanya ngasih ga akan lah , tapi lembutlah.. RB.W2b.711-715hal.36 “Jadi, ehh..beda dengan orangtua saya., kalau orangtua saya yang di Jakarta, mereka tahu kalau kami kesusahan uang, anak sakit, mereka langsung kirim. Ga ada istilah minjam, mereka langsung kasih. ” RB.W2b.704-708hal.36  Dukungan Penghargaan Esteem Support Sebelumnya, Harry dan keluarganya menganut agama Hindu. Pada tahun 1987, Harry masuk ke agama Kristen dan mengajak keluarganya untuk menjadi Kristen juga. Mereka melihat perubahan yang positif dalam hidup Harry sehingga ibu dan adiknya mau menjadi Kristen kecuali abang responden. Setelah Harry menikah dan disahkan menjadi pendeta, keluarga Harry merasa senang dan bangga akan pekerjaan responden yang mulia. Hal ini dinyatakan Harry sebagai berikut : “..Waktu itu kita masih belum Kristen. Saya kan tahun 1987 baru Kristen. Lalu saya mengajak keluarga saya untuk masuk ke dalam Kristen. Mereka melihat perubahan besar dalam hidup saya, jadinya mereka percaya dan mau menjadi Kristen.” RA.W2b.553-559hal.13 “Keluarga inti saya yah senang karena mereka kan tahu kalau saya sudah jadi pendeta dan pekerjaannya kan mulia dan mengubah akhlak manusia. Yah, mereka merespon dengan baik. RA.W1b.262-266hal.6 Pada umumnya, profesi pendeta dijabat oleh mayoritas suku Batak, tetapi Harry yang berasal dari suku Tamil pun bisa menjadi seorang pendeta. Pencapaian Harry ini membuat keluarga Merry juga merasa bangga dan menghormati status Harry sebagai pendeta. Ketika keluarga pasangan melangsungkan acara Natal di Jakarta, Harry dipercayakan menjadi imam untuk memimpin ibadah. “Kalau ada acara Natal di akhir tahun gitu, saya berkunjung ke Jakarta. Dan karena saya pendeta,ada itu biasanya orang Batak kan acara di malam Natal kumpul, makan bersama..yah saya menjadi imamnya. Yang jelas, adek-adek ipar saya sampai saat ini menghargai saya. ” RA.W1b.105-112hal.3 “…Mereka ada respek dan hormat pada saya karena saya pendeta. Apalagi saya kan dari suku lain. Malahan mertua saya memanggil saya dengan sebutan „Amang bapak pendeta‟. Jadi semua sudah terima saya, meminta saya datang ke rumah mereka. Yang jelas, mereka open dengan saya. Keluarga mereka sudah terima keluarga saya. Kami sudah duduk bersama, makan bersama. Saya senang seperti itu, karena dua suku yang berbeda bisa satu. Mertua saya pun sekarang sudah bisa makan kari. RA.W1b.292-304hal.7 Merry juga mendapatkan apresiasi dari ibu Harry yang memujinya karena kecakapan Merry dalam mendidik kedua putrinya. Selain itu, ibu Harry pun tidak segan memperkenalkan responden kepada tamu-tamu dalam suatu acara. Mertua juga meminta agar orang yang ingin memberikan undangan pesta untuk menyampaikan langsung kepada responden. Hal-hal tersebut membuat responden merasa dihargai dan diterima sebagai seorang menantu di dalam keluarga suami. “Dan saya senang mertua nerima saya karena pernah, ini saya dengar ya cerita dari orang. Suami saya bilang kalau dia ketemu dengan seorang ibu. Ibu itu bilang kalau mertua saya itu muji-muji saya di depan tamu. Ohh, dua menantuku, yang Batak itulah yang bagus. Dia mengerti gimana caranya mendidik anak. ” RB.W2b.503-510hal.32 “Saya melihat kalau ada acara-acara gitu, mertua saya itu langsung “Eh, menantuku diundang lah, Jangan lupa kalian undang dia ya..” Kadang orang itu bilang “sekalian lah ya bu..” tapi mertua saya bilang “Eh,, janganlah. Langsung aja lah ke mereka.” Saya melihat mertua saya itu menghargai saya. Yang kedua juga, mertua saya gak segan mengenalkan saya pada undangan, pada orang-orang yang ada di pesta. Cuma memang, mertua saya ini tipe orangnya sih pendiam lah gitu. Gak suka cerita. ” RB.W2b.786-798hal.38 “Mertua saya mau bilang “Memang kalau menantu saya itu, bisalah kalau mendidik anak” Memang pernah ada yang nyeletuk “Yah..menantu kamu gak tahu masak.” Iya..tapi didik anak , mantap lah” Kita kan maklumlah, dia kan orang Batak, kan ga pandai masak kari. ” RB.W2b.805-811hal.38-39 b. Pasangan Kedua Roy dan Selly  Dukungan Informasional Informational Support Ketika Roy berselisih pendapat dengan Selly, Roy biasanya menceritakan masalah tersebut kepada ibunya. Roy lebih memilih untuk bercerita kepada ibunya karena ia merasa segan bercerita kepada adik perempuannya. Ibu Roy pun kemudian memberi nasihat kepada Roy dan Selly dan mendamaikan mereka berdua. Hal ini sesuai dengan pernyataan Roy sebagai berikut : “Cuma mamak lah dek. Abang pun ga terlalu dekat dengan bapak tiri abang. Kalau adekku yang perempuan kan, segan abang ceritanya.” RC.W1b.279-282hal.49 “Pernahlah abang berantem, selisih pendapat gitu dengan kak Selly. Jadi sempat ga ada yang saling ngalah. Ujung-ujungnya, mamak abang yang mendamaikan, menasihati abang lah …Perkara ngatur duit, dek.. Namanya juga abang di luar kota ya, maklum lah beda pengeluarannya kalau pas lagi di Galang. ” RC.W1b.296-303hal.49 Selain itu, Roy sebagai seorang kepala rumah tangga menyadari pentingnya mengenal budaya Tamil dan budaya Batak. Setelah ayah kandungnya meninggal dunia, Roy banyak belajar tentang agama Hindu dan budaya Tamil dari pamannya. Lain halnya dengan budaya Batak Toba, Roy semakin mengenal budaya Batak Toba dari informasi yang diberikan Selly dan teman kerja Roy. Hal ini sesuai dengan pernyataan Roy berikut ini : “…abang diajarin sama paman. Setelah bapak abang meninggal kan, kayak abang lah yang gantikan posisi bapak di keluarga kami. Yah, tanggung jawabnya di aku lah, gitu.. Untunglah pamanku ada dan mau ngasih-ngasih tahu gimana cara-caranya kayak sembahyang, upacara adatnya gimana, doa-doanya, misalnya upacara Deepavali gitu. ” RC.W2b.532-538hal.54-55 “Kalau dari mertua, yah ga terlalu lah ya. Kami juga komunikasinya terbatas kan. Paling tahu sikit-sikit tentang Batak itu yah dari istri abang dan juga kawan-kawan abang. Lagipula, belum ngerti kali abang adat Batak ini, agak susah lah. “ RC.W2b.523-528hal.54 Roy dan Selly tinggal di rumah orangtua Roy bersama dengan kedua adik Roy dan seorang sepupu Roy. Komunikasi di antara Roy, Selly dan anggota keluarga di rumah itu berjalan dengan baik. Selly merasakan bahwa ia dibantu oleh keluarga Roy untuk menyesuaikan diri dengan budaya Tamil. Ibu Roy mengajar Selly cara memasak makanan khas India yang merupakan kesukaan keluarga Roy. Adik Roy yang tinggal di Medan juga mau memberikan pendapat dan saran kepada Selly tentang masalah rumah tangga. Selain itu, Selly juga diajari oleh Lila, adik Roy yang tinggal di rumah tentang tata ibadah dan doa-doa dalam bahasa Tamil. Hal ini diungkapkan Selly sebagai berikut : “Yang paling banyak yah saya belajar dari mertua perempuan saya. Mamak mertua ngajarin gimana masak makanan India, kayak kari , roti cane sama mie rebus...kan saya tinggal serumah dengan mertua, jadi yah gampang lah, tinggal ke dapur, masak sama-sama. Jadi mertua bisa perhatikan gimana kakak masak, udah pas rasanya, cukup atau belum bumbunya.” RD.W1b.250-263hal.67 “..dia mau dengarin aku.. terkadang ngasih pendapat gitu lah. Lagipula dia kan udah duluan berkeluarga, jadi lebih banyak mengerti urusan rumah tangga daripada aku. Senang lah punya eda ipar perempuankayak dia.” RD.W1b.180-184hal.66 “Kalau ibadahnya, adek ipar saya yang di rumah, si Lila lah yang ngajarin. Adek ipar yang di Medan kan udah masuk Kristen, jadi ga sembahyang lagi kayak kami. Soalnya kalau sembahyang kan ada juga baca-baca doanya pake bahasa Tamil, jadi agak bingung, tapi kuikutkan aja. Nanti si Lila mau ngasih tahu apa aja yang mau dibilang, apa artinya.” RD.W1b.266-274hal.67-68  Dukungan Instrumental Instrumental Support Penghasilan Roy dari berjualan obat ramuan ke luar kota seringkali tidak menentu. Hal ini membuat kondisi keuangan pasangan ini menjadi kurang baik karena Selly juga hanya seorang ibu rumah tangga. Kondisi kesulitan secara finansial dialami pasangan ini ketika Selly melahirkan. Saat itu, Roy memilih untuk tidak bekerja sementara waktu untuk mendampingi Selly. Ketika Selly melahirkan di praktik bidan, uang Roy ternyata tidak cukup untuk melunasi biaya persalinan. Ibu Roy pun membayar kekurangan tersebut. Selain ibu Roy, ayah Selly pun mengirimkan uang padahal Roy tidak memintanya sama sekali. Hal ini diungkapkan Roy sebagai berikut : “…kalau biaya ke bidannya itu abang yang bayar sebagian, itu pun dibantu mamaknya abang untuk melunasi.” RC.W3b.686-688hal.58 “Kalau dari mertua, sebenarnya kami pun tidak mau cerita banyak tentang masalah kami sama mereka. Yah, ga mau membebani lah. Tapi, memang pernah dikirim mertua laki-laki saya sedikit uang lah untuk anak saya yang pas udah lahir. Lumayan lah untuk beli perlengkapannya. Sebenarnya, kami ga ada minta, tapi mertua udah duluan ngirim, yah saya telpon lah mertua bilang terimakasih. ” RC.W3b.498-506hal.54 Ketika Selly menghadapi suatu masalah dalam rumah tangganya dengan Roy, Selly merasa segan untuk menceritakan masalah atau meminta bantuan, kepada kedua orangtuanya. Walaupun demikian, orangtua Selly tetap berusaha membantu dengan memberikan bantuan materi kepadanya. Ibu Selly memberikan perlengkapan peralatan rumah tangga yang dibutuhkan Roy dan Selly. Selain itu, kakak responden yang bekerja di Malaysia juga sering membawa pakaian untuk responden. Setelah Selly menikah, ia ikut dengan Roy untuk tinggal di Galang, Lubuk Pakam. Abang tiri Selly pun membantu Selly untuk mengurus surat pindah ke kantor lurah setempat. Hal ini diungkapkan Selly sebagai berikut : “Mamak nanyain apa aja barang yang ku perlu, yang masih kurang. Jadi, mamak bilang, „bawa aja lah kompor ini, tempat tidur ini, itu yang perlu untukmu‟. Mamak juga belikan baju anak kakak. Gimanalah bayi yang baru lima bulan, butuh banyak baju kan dek. Itulah yang kakak dapat dari orangtua .” RD.W3b.579-586hal.74-75 “..kalau kakak ku itu, pas pulang dari Malaysia, mau bawakan baju untuk kakak,. Jadi bisalah kakak pake kalau mau arisan.” RD.W2b.593-596hal.75 “..kemaren kakak minta tolong ngurus surat pindah dari sini mau ke Galang kan tinggalnya setelah menikah. Yah, abangku yang nomor satu itulah yang bantuin ngurus- ngurus ke kantor lurah.” RD.W3b.855-859hal.81 Selain bantuan berupa materi yang diberikan oleh keluarga Roy dan Selly, bantuan berupa jasa juga diberikan oleh ayah tiri Roy yang pernah mengantarkan istri responden ke puskesmas. Saat itu, anak Roy dan Selly terkena demam tinggi dan tidak ada satu orang pun di rumah orangtua Roy. Kebetulan ayah tiri Roy pulang ke rumah dan langsung membawa anak responden untuk segera ditangani di puskesmas. Kejadian itu membuat Roy merasa cemas dan takut karena tidak bisa langsung membantu Selly dan anaknya. Roy dan Selly pun berencana untuk pindah ke kota Pematangsiantar, tempat orangtua Selly berada. Di kota tersebut, fasilitas lebih lengkap dibandingkan dengan Galang, Lubuk Pakam. Selain itu, ada mertua dan keluarga responden yang bisa memberikan bantuan dengan segera. “Tiga bulan yang lalu kan, pas abang kerja ke Jakarta, anak abang sakit. Dia demam panas tinggi. Jadi kan, di Galang itu kan jauh tempatnya ke praktek dokter anak. Yang dekat puskesmas. Jadi, kejadiannya pas kak Selly sendirian di rumah, yang lain pada di luar. Jadinya dia kan panik gitu, dia bingung. Yah, maklum juganya abang kalau dia masih baru kan, pertama kali jadi ibu-ibu. Untunglah bapak abang pas pulang kerja di situ, jadi diantar lah kak Selly sama anak abang ke puskes. Untung cepat dibawa kan, jadinya ga kenapa- kenapa.” RC.W3b.711-723hal.58-59 “Yah, kalau di Siantar kan, lebih lengkap lah daripada yang di Galang. ..Jadinya, kalau kayak yang waktu itu, anak abang sakit, kan bisa langsung ditangani, lurusan rumah mertua abang itu ada puskesmas, terus simpangnya yang jalan raya besar itu ada praktek dokter anak. Yah, lebih gampang lah dek. Jadi abang pun ga cemas atau takut ada apa-apa sama anak istri abang.” RC.W3b.757-766hal.59-60  Dukungan Penghargaan Esteem Support Pekerjaan Roy yang mengharuskannya untuk bekerja di tempat yang jauh dari keluarganya tidak membatasi komunikasi antara Roy dengan Selly dan keluarganya. Keluarga Roy sering bertanya tentang kabar dan pekerjaan Roy ketika berada di luar kota. Ibu Roy juga memasak makanan kesukaan Roy ketika ia pulang bekerja dari luar kota. Hal ini diungkapkan Roy sebagai berikut : “Yah, mereka mendukung. Yang penting kan saya kerja halal.” RC.W1b.306-307hal.49 “Mamak sama adek juga mau nanyain kabar, udah makan atau belum.. Atau gimana kerjaan hari ini. Kalau abang pulang, mamak langsung masak makanan kesukaan abang di rumah .” RC.W1b.309-312hal.49 Demikian halnya dengan Selly yang merasa senang dan nyaman karena ia diterima dengan baik sebagai menantu walaupun berasal dari suku yang berbeda dengan keluarga Roy. Penerimaan itu didapatkan Selly dari kedua mertuanya yang memperlakukannya seperti anak perempuannya sendiri dan juga dari adik- adik ipar yang akrab dengan responden. Hal ini diungkapkan Selly sebagai berikut : “Walau masih baru dua tahun, tapi udah enak kali rasanya di sini. Kami kan satu rumah, sering jumpa. Lagipula adeknya mendukung kali, kakak ga merasa terasingkan, apalagi terkucilkan. Mertua kakak dua-duanya juga mendukung kakak RD.W1b.278-284hal.68 “Kami udah sangat dekat. Kami pun tinggal serumah di Galang. Mertuaku itu baik kali, udah macam boru anak perempuan nya aku diperlakukannya .” RD.W1b.200-204hal.66 Meskipun hubungan Selly dengan keluarga Roy terjalin akrab, namun perselisihan pun pernah dialami Selly dengan adik iparnya, Lila yang tinggal serumah dengan responden. Ketika itu, Selly sibuk mengurus anaknya yang sakit sehingga mengabaikan pekerjaan rumah tangga yang biasanya dikerjakannya. Adik ipar Selly pun mengeluh karena harus bekerja sendiri, namun ibu Roy membela Selly dan memberi pengertian pada Lila untuk memahami kondisi Selly saat itu. Hal ini diungkapkan Selly sebagai berikut : “Pernah lah, kan kakak sibuk ngurus adek yang pas lagi rewel karena sakit, jadi urusan bersih-bersih rumah ga kakak kerjakan lah. Si Mila, adek ipar kakak itu jadi merasa berat lah ngerjain semua sendirian, makanya dia ngeluh gitu. Tapi, untunglah mertua kakak pengertian kali yah, jadi pulang dari kerjaannya langsung bantu si Mila dan kasih pengertian ke adek kakak itu biar maklum sama kondisi kakak yang jaga anak.” RD.W1b.745-755hal.78 “..mertua kakak itu kan tegas yah, jadi si Mila pun bisa ngerti kondisi kakak jadinya. Syukurlah dua hari setelah itu, si adek udah baikan, jadi yang ngurus rumah itu udah bisa lagi lah kami sama-sama si Mila ngerjain, kan lebih cepat dan ringan jadinya.” RD.W1b.765-770hal.79

3. Dukungan Sosial Keluarga Yang Dibutuhkan