Dukungan Sosial Keluarga Pada Pernikahan Beda Etnis Batak Toba- Tamil

memutuskan sikap antipati mereka terhadap menantu perempuan atau laki-laki ketika mereka menyadari bahwa mereka mungkin akan kehilangan kontak dengan anak dan cucu mereka Kouri Lasswell, 1993.

C. Dukungan Sosial Keluarga Pada Pernikahan Beda Etnis Batak Toba- Tamil

Tiap-tiap suku memiliki konsep dan aturan mengenai perkawinan yang berbeda satu sama lainnya, seperti mengenai pengaturan pembatasan jodoh, mahar, tata upacara dan sebagainya. Salah satu perbedaan yang mencolok ditemukan di dalam masyarakat suku Tamil dengan suku Batak Toba. Suku Tamil cenderung lebih adaptif dengan kelompok etnis lain di Sumatera Utara, salah satunya dengan adanya pernikahan eksogami dengan etnis Jawa, Karo, Nias, Tionghoa dan Batak Toba Lubis, 2005. Lain halnya dengan suku Batak Toba yang memegang kuat norma endogami Bangun, 1982. Perkawinan yang dianggap ideal oleh masyarakat suku Batak Toba adalah perkawinan yang dilakukan sesama orang Batak Toba. Perkawinan dengan orang yang bukan Batak tidak akan diakui dalam adat Batak Toba Bruner, 1994. Pernikahan beda etnis menghadapi masalah yang hampir sama dengan pernikahan sama etnis, namun ada perbedaan pada beberapa area masalah. Masalah-masalah tersebut meliputi komunikasi verbal dan non verbal, perbedaan konsep dari pernikahan keputusan pasangan didasarkan pada kebutuhan dan tuntutan individual pasangan, atau didasarkan pada tradisi atau persetujuan sosial keluarga. Prasangka dan stereotip juga memainkan peran dalam konflik pernikahan seperti ketika masing-masing pasangan memandang yang lainnya sebagai perwakilan dari budayanya yang menyebabkan penyimpangan terhadap peran dan kepribadian pasangan. Markoff juga mengindikasikan sumber konflik lainnya dalam pasangan antar budaya adalah level dari keterlibatan dari keluarga mengenai konflik-konflik pasangan Tseng , dalam McDermott Maretzki, 1977. Banyaknya perbedaan dan permasalahan yang dihadapi oleh pasangan beda budaya di dalam tahap pernikahan menuntut kemampuan pasangan untuk mengatasi tantangan tersebut demi keberhasilan hubungan mereka. Salah satu cara yang dapat membantu pasangan dalam menghadapi permasalahan pernikahan adalah dengan tersedianya dukungan sosial, baik dari keluarga, teman dan masyarakat. Dengan demikian, pasangan mungkin akan lebih mampu mengatasi hambatan-hambatan tersebut karena adanya dukungan yang mereka terima dari orang lain, keluarga, teman-teman, rekan kerja, atau bahkan masyarakat DeGenova, 2008. Dukungan sosial sebagai sumber emosional, informasional atau pendampingan yang diberikan oleh orang-orang di sekitar individu untuk menghadapi setiap permasalahan dan krisis yang terjadi sehari-hari dalam kehidupan Pierce, dalam Kail Cavanaugh, 2000. Dukungan sosial yang disediakan oleh teman-teman dan anggota keluarga menimbulkan kenyamanan fisik dan psikologis Baron Byrne, 2000. Menurut Sarason 1990, dukungan sosial bukan sekedar memberikan bantuan, tetapi yang penting adalah bagaimana persepsi si penerima terhadap makna dari bantuan itu. Hal ini erat hubungannya dengan ketepatan dukungan sosial yang diberikan, dalam arti bahwa orang yang menerima sangat merasakan manfaat bantuan bagi dirinya, karena sesuatu yang aktual dan memberikan kepuasan. Orang-orang yang menerima dukungan sosial percaya bahwa mereka dicintai, bernilai, dan bagian dari jaringan sosial Caplan, 1974; Procidano, 1978 1983. Newcomb Vaux dalam Colarossi, 2003 menambahkan bahwa dukungan sosial yang diberikan pada seseorang dapat mengembangkan perasaan berharga dan meningkatkan self efficacy pada orang tersebut. Menurut Cobb dalam Sarafino, 1994 seseorang yang mendapat dukungan sosial percaya bahwa mereka dicintai dan diperhatikan, dihargai dan menjadi bagian dari suatu kelompok sebagai sebuah keluarga atau komunitas. Hal ini senada dengan pendapat Smet 1994, jika seorang individu merasa didukung oleh lingkungannya, maka segala sesuatu akan terasa mudah ketika ia mengalami kejadian-kejadian yang menegangkan. Individu yang mempunyai dukungan sosial yang tinggi lebih optimis dalam menghadapi situasi kehidupannya saat ini maupun masa depan, mempunyai harga diri yang lebih tinggi dengan tingkat kecemasan yang lebih rendah. Tersedianya dukungan sosial dapat membantu individu dalam menemukan jalan keluar dari masalah yang dihadapi dan membantu individu dalam menyesuaikan diri terhadap perubahan-perubahan yang terjadi. Anggota keluarga, khususnya orangtua dan pasangan adalah sumber utama dari dukungan sosial baik secara umum generalized support maupun secara khusus specific support. Keluarga dan pasangan dinilai memiliki komitmen yang lebih besar dan memiliki pengetahuan yang lebih dalam mengenai individu yang diberikan dukungan jika dibandingkan dengan sumber dukungan yang lain Dalton, 2001.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Penelitian Kualitatif Fenomenologis

Secara umum, penelitian kualitatif mencoba menerjemahkan pandangan- pandangan dasar interpretif dan fenomenologis yang antara lain : 1 realitas sosial adalah sesuatu yang subjektif dan diinterprestasikan, bukan sesuatu yang lepas di luar individu-individu ; 2 manusia tidak secara sederhana disimpulkan mengikuti hukum-hukum alam di luar diri, melainkan didasarkan pada pengetahuan sehari-hari, bersidat induktif, idiografis dan tidak bebas nilai, serta 4 penelitian bertujuan untuk memahami kehidupan sosial Sarantakos, 1993. Penelitian fenomenologis adalah salah satu jenis penelitian kualitatif yang melihat secara dekat interpretasi individual tentang pengalaman-pengalamannya. Peneliti fenomenologis berusaha memahami makna dari sebuah pengalaman dari perspektif partisipan. Peneliti memperkenalkan cara yang berbeda untuk menginterpretasikan pengalaman yang sama dan tidak berasumsi bahwa peneliti mengetahui apa makna sesuatu bagi orang yang diteliti. Penelitian ini juga menghargai bahwa pengalaman bervariasi dan kompleks sehingga peneliti mengumpulkan sejumlah data melampaui waktu dari partisipan Emzir, 2011 Menurut Patton 1990, asumsi tentang esensi serupa dengan asumsi etnografer tentang keberadaan budaya dan penting menjadi karakteristik tertentu dari studi fenomenologis. Keinginan untuk memahami pengalaman manusia dan bagaimana pengalaman diinterpretasikan secara berbeda oleh orang yang berbeda