Deskripsi Data Tabel 2. Gambaran Umum Responden Penelitian Pembahasan

BAB IV HASIL ANALISIS DATA

Pada bab ini akan diuraikan analisa hasil wawancara dengan para responden penelitian dalam bentuk narasi. Pada bab ini juga akan dikemukakan deskripsi data responden, data wawancara, dan interpretasi data. Data akan dijabarkan dan dianalisa tiap responden untuk mempermudah pembaca dalam memahami gambaran dukungan sosial keluarga pada pasangan pernikahan beda etnis Batak Toba-Tamil. Selanjutnya pada bab ini akan terdapat kutipan dalam setiap bagian analisa yang akan diberikan kode-kode tertentu karena satu kutipan dapat saja diinterpretasikan beberapa kali. Contoh kode yang digunakan adalah RA. W.1b.27-29hal.5, maksud kode ini adalah kutipan pada responden A, wawancara pertama, baris 27 sampai 29, verbatim halaman 5.

A. Deskripsi Data Tabel 2. Gambaran Umum Responden Penelitian

Keterangan Pasangan Pertama Pasangan Kedua Nama bukan sebenarnya Harry Merry Roy Selly Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Usia 39 tahun 39 tahun 31 tahun 23 tahun Suku Tamil Batak Toba Tamil Batak Toba Agama Kristen Kristen Hindu Hindu Status Pendidikan S-1 teologi S-1 Ilmu Komunikasi SMA SMA Pekerjaan Pendeta Ibu rumahtangga Wiraswasta Ibu rumahtangga Usia pernikahan 14 tahun 14 tahun 2 tahun 2 tahun Jumlah anak 2 orang 2 orang 1 orang 1 Orang

B. Hasil Analisis Data 1.

Masalah-masalah dalam pernikahan beda etnis Batak Toba-Tamil a. Pasangan pertama Harry dan Merry Saat ini, pernikahan Harry dan Merry sudah berjalan selama 14 tahun. Mereka dikaruniai dua orang anak perempuan yang berusia 13 tahun dan 10 tahun. Selama menjalani hidup bersama, ada masalah-masalah dalam rumah tangga Harry yang disebabkan perbedaan budaya Batak Toba dan Tamil. Salah satunya adalah masalah perbedaan kebiasaan makanan antara Harry dan Merry. Harry memiliki kebiasaan harus mengkonsumsi kari, masakan khas India setiap hari, tetapi Merry belum mahir untuk memasak makanan kari. Harry juga ingin agar kedua anaknya mengikuti kebiasaan memakan kari, tetapi Merry tidak setuju. Hal ini diungkapkan Harry sebagai berikut : “.. Satu hal yang perlu diketahui kalau orang India itu makanannya harus makanan kari, yang pakai rempah-rempah itu. Jadi, ikan pun bisa dimasak kari, udang dikari, pokoknya seafood itu ada jenis-jenis karinya. Kami harus makan itu. Karena saya menikah dengan suku lain, jadinya istri saya belum mahir memasak makanan seperti ini.” RA.W1b.121-129hal.3 “…Masalahnya kan biasanya karena anak, saya kan berupaya agar anak- anak saya harus makan kari karena kalau makan kari itu kan sehat, karena itu rempah-rempah. Tapi menurut istri saya itu tidak bisa, kan rempah- rempah itu panas, bisa buat panas dalam, anak- anak jadi sakit.” RA.W1b.205-211hal.5 Merry juga menganggap bahwa perbedaan kebiasaan makanan ini merupakan suatu masalah karena dia yang berasal dari suku Batak Toba merasa kurang familiar dengan makanan kari khas India. Selain itu, kondisi fisik Merry yang tidak tahan mengonsumsi makanan pedas membuat Merry tidak begitu menyukai makanan favorit suaminya, Harry. Hal ini diungkapkan Merry sebagai berikut : “... masalah makanan. Orang India ini memang sangat memegang sekali adatnya terkhusus dalam makanan. Jadi, memang hari-hari mereka tidak terlepas dari makanan yang namanya kari. Sayur dikari, daging dikari, ikan dikari. Memang itulah yang menjadi kebiasaannya sehari-hari. Dan memang di dalam pesta-pesta adat mereka juga, yah makanan kari itu harus ada.” RB.W1b.252-260hal.26 “Kalau suami saya dan keluarganya, kari itu harus ada setiap hari… Makanya kalau menikah dengan orang India harus bisa masak kari..sambil tertawa Tapi masalahnya, saya gak tahan makan kari. Soalnya pedas dan perut saya suka sakit makan yang pedas- pedas.” RB.W1b.264-273hal.26-27 Selain perbedaan kebiasaan makanan, Harry dan Merry juga memiliki cara yang berbeda dalam berkomunikasi satu sama lain akibat perbedaan latar belakang budaya antara Batak Toba dan Tamil. Hal ini menimbulkan kesulitan dalam menyesuaikan komunikasi dengan pasangannya. Merry cenderung lebih ekspresif dan terbuka dalam berkomunikasi dibandingkan dengan Harry. Hal tersebut menimbulkan ketidakpuasan pada diri Merry. Merry merasa bahwa Harry dan keluarga tidak terbuka dan cenderung menutup-nutupi suatu masalah. Berbeda dengan keluarga inti Merry yang selalu berdiskusi bersama untuk menyelesaikan permasalahan keluarga. Hal ini diungkapkan Merry sebagai berikut : “Kita kan orang Batak yang tidak bisa menyembunyikan sesuatu atau membicarakannya di belakang. Kita langsung ke forum. Kalau bagi orang India, itu tidak sopan. Jadi mereka lebih cenderung menahan diri untuk tidak menyakiti orang .” RB.W1b.198-206hal.25 “..Pak Harry juga begitu. Karena suara saya kadang juga kuat, dia bilang “Kamu marah, ya?” Awal-awalnya ini memang menjadi sesuatu yang gimana gitu yaa.. “Aduh kok gini? Kaget-kaget.” Suami saya kaget, saya juga kaget. RB.W1b.340-345hal.28 “Suami saya cenderung tertutup karena keluarga suami saya beda dengan keluarga saya. Kalau mereka setiap ada konflik tidak pernah dibawa ke permukaan, selalu ditutup-tutupi. Tidak pernah diselesaikan karena bagi mereka itu suatu aib. Jadi memang, tidak ada keterbukaan. Beda dengan kita, yahh.. kalau kita orang Batak kan terbuka, semua-semua pun enjoy aja, ada ekspresi.” RB.W1b.365-373hal.29 Perbedaan latar belakang budaya yang menimbulkan masalah bagi Merry juga terdapat pada keluarga besar Harry. Budaya Tamil masih mengenal adanya rasa segan antara ipar. Jika Merry ingin berkomunikasi dengan suami adik iparnya, maka harus disampaikan kepada Harry, lalu diteruskan ke adik perempuan Harry lalu sampai kepada suaminya. Masalah pun timbul ketika Merry meminta tolong pada suami adik ipar untuk mengantarkannya membeli obat ke apotik di tengah malam. Saat itu situasi cukup pelik ; anak responden sakit dan Harry sedang berada di luar kota. Permintaan Merry ditolak dengan alasan karena suami adik ipar responden merasa segan. Akhirnya, Merry bertanya pada temannya yang berada di dekat rumahnya dan Merry pun mendapatkan obat untuk anaknya. “..keluarga besar saya dalam budaya India, masih ada rasa segan. Saya punya eda, namanya anni kalau dalam budaya Tamil. Jadi suami eda saya ini kalau ada apa-apa yang berhubungan dengan saya, dia akan ngomong ke istrinya, lalu istrinya akan bicara ke suami saya, terus suami saya akan bilangkan ke saya. Yah, panjanglah jalannya. Gak bisa langsung.” RB.W1b.215-223hal.25-26 “Jadi, sewaktu saya datang ke rumah mertua saya, suami dari adik ipar saya ini segan untuk membonceng saya. Yah, saya betul-betul udah gimana gitu yaa.. hampir putus asa. Tapi, saya ingat ada teman saya yang kebetulan tinggal di daerah itu, orang kita Batak. Saya tanya apa dia punya persediaan obat. Puji Tuhan, dia punya jadi s aya datang ke dia.” RB.W1b.236-244hal.26 Kesibukan Harry sebagai pendeta di gereja A dan istrinya juga yang sibuk melayani di Gereja B menyebabkan waktu yang diberikan Harry dan Merry kepada anak-anaknya menjadi berkurang. Mereka merasakan bahwa kedua anaknya menjadi terabaikan. Harry pun meminta Merry untuk meninggalkan pekerjaannya dan menjadi ibu rumah tangga yang memperhatikan anak-anak mereka. Hal ini diungkapkan Harry sebagai berikut : “Dulu kami sama-sama sibuk, jadinya anak-anak terlantar. Saya di sini, dia di sana. Anak-anak pulang sekolah kan harus kita jemput, disiapkan makanan terus kita pergi lagi, terkadang sampai malam, anak-anak terlantar, yah jadinya dia Merry pikir- pikir “ Betul juga ya, saya harus damping suami.” RA.W2b.469-477hal.11 “Sekarang dia udah resign dari tempat kerjanya. Dulu dia kan di sekretariat gereja Bethany, tapi dia udah pindah ga kerja di situ lagi karena saya minta dia seharusnya ikut saya.” RA.W2b.465-468hal.11 b. Pasangan kedua Roy dan Selly Roy dan Selly sudah menjalani bahtera rumah tangga selama kurang lebih dua tahun. Sejak awal rencana pernikahan mereka, keluarga Selly yang bersuku Batak Toba tidak setuju karena latar belakang Roy yang berasal dari suku India Tamil dan beragama Hindu. Ketidaksetujuan tersebut mempengaruhi komunikasi di antara Roy dengan mertua. Setelah menikah, Roy belum berani bertemu langsung dengan kedua orangtua Selly. Hal ini dikarenakan Roy merasa takut dan belum siap untuk menghadapi respon negatif dari kedua mertuanya. Hal ini diungkapkan Roy sebagai berikut : “Belum lah, belum dekat… belum berani jumpa mereka..Belum waktunya lah. Masih takut jumpa mereka.” RC.W1b.226-232hal.48 Sejak menikah lah dek,. Karena mertua abang kan agak keras. Mereka memang ga setuju kali dengan pernikahan abang. Yah, ga berani lah abang datang, takut diusir atau dihina-hina nanti. Belum siap abang mau jumpa mereka. RC.W1b238-242.hal.48 Setelah menikah, Roy dan Selly tinggal di rumah orangtua Roy yang ada di Galang, Lubuk Pakam. Rumah ini cukup jauh dari rumah orangtua Selly yang berada di Pematangsiantar. Komunikasi antara Selly dengan orangtuanya pun hanya melalui telepon dan sesekali Selly berkunjung ketika hari liburan tiba. Merry juga membenarkan adanya komunikasi yang tidak baik antara orangtuanya dengan Roy, suaminya. Hal ini diungkapkan Merry sebagai berikut : “Komunikasi kami itu banyak melalui telpon, nanyain kabar, atau ngasih tahu kabar kami ke orang bapak mamak. Kan kami di Galang, mereka di Siantar. Kalau ada acara besar, kayak natal tahun baru gitu, kami datang lah ke siantar. Tapi bang Roy belum berani jumpa dengan mereka. Masih takut dia” RD.W1b.125-131hal.64-65 “.. Ini pun kami datang ke Siantar, kakak diantar ke rumah orangtua kakak, tapi bang Roy tidur di tempat keluarganya.” RD.W1b.145-148hal.65 Ketidaksetujuan terhadap pernikahan mereka juga datang dari pihak keluarga besar Roy. Paman dan tante Roy meminta Roy untuk menikah dengan wanita yang sama suku, bukan dengan wanita Batak Toba karena Roy adalah anak sulung dalam keluarga mereka. Namun, keluarga besar Roy senang setelah melihat Selly yang bisa menyesuaikan diri dalam budaya mereka. Ketidaksetujuan terhadap pernikahan Roy dan Selly berubah menjadi penerimaan terhadap Selly sebagai menantu di dalam keluarga Tamil. Hal ini diungkapkan Harry sebagai berikut : “ Yah, saya kan anak paling besar. Sepantasnya menikah sama yang satu suku lah, jangan yang beda. Kan saya sebagai anak sulung bawakan nama baik keluarga gitu. Tapi, yah udah jodohnya dapat yang Batak, yah diterima juga lah jadinya.. RC.W1b.165-170hal.46 “Sudah makin akur lah, sebelumnya kan ada beberapa keluarga mamak yang ga setuju. Tapi karena istri mau masuk ke India, yah diterima mereka lah kami Yah, kak Selly masuk ke agama kami juga, Hindu. Dan dia juga ga canggung gabung sama kami dan keluarga, jadinya senang lah keluarga abang” RC.W1b.192-200hal.46 Masalah lain yang dihadapi pasangan ini dalam pernikahannya disebabkan oleh pekerjaan Roy. Roy berjualan obat ramuan ke luar kota sehingga ia harus meninggalkan Selly dan anaknya untuk sementara waktu. Roy merasa sedih, namun tidak ada pilihan lain. Roy sudah mencoba pekerjaan lain, tetapi status pendidikannya yang hanya tamat SMA membatasinya dalam memilih pekerjaan. Roy pernah mencoba bekerja dengan neneknya berjualan mi rebus, tapi dia tidak betah sehingga harus kembali ke pekerjaan sebelumnya, yaitu menjual obat ramuan ke luar kota. Hal ini diungkapkan Roy sebagai berikut : “Sebenarnya gak enak juga ya dek, ninggalin istri dan anak abang, tapi namanya juga udah tuntutan kerjaan, ini yang bisa abang kerjakan, sebelum nikah pun udah gini juga kan. Jadi, ga ada pilihan lain lah, siapa yang biayai keluarga kalau ga abang kan.” RC.W3b.739-744hal.59 “…pernah bantu pati nenek, dalam bahasa Tamil abang jualan mie rebus di dekat pajak Horas, tapi karena jualannya sampai tengah malam, abang ga sanggup gitu. Jadi sakit badan abang. Makanya abang lanjutkanlah jualan ramuan ini kan. Lagipula kerjaannya ga sampai malam. Kerjanya pun rame, sama kawan- kawan.” RC.W3b.746-753hal.59 Selly juga merasakan masalah yang sama diakibatkan oleh pekerjaan Roy. Pada awalnya, Selly sulit menghadapi situasi seperti ini, tetapi dia belajar untuk menyesuaikan diri dengan kondisi pekerjaan Roy. Walaupun berjauhan, Selly berusaha untuk tetap membangun komunikasi yang kontinu dengan suaminya. Selly sebenarnya merindukan komunikasi langsung face to face dengan suaminya. Selain itu, Selly juga mengharapkan adanya kejujuran dalam komunikasi dengan suami. Hal ini diungkapkan Selly sebagai berikut : “Ga enak lah, sedih juga ditinggal gini..tapi harus kuat lah kakak. Namanya juga suami nyari duit. Kalau sekarang, masih itu lah yang jadi sumber duit untuk rumah tangga kami. Awalnya sulit lah dek, apalagi pas baru-baru nikah, tiga bulan kemudian, bang Roy ini pergi ke Pekanbaru, terus ke Jakarta, ke kota-kota lain yang jauh lah kita bilang dari Galang ini.” RD.W2b.468-476hal.72 “..membahas apa aja yang dikerjain satu harian ini. Misalnya, jualan bang Roy gitu kan, dia kan jualan beda-beda kota yang kebanyakan kakak belum pernah ke sana kayak Jambi dan Jakarta kemaren. Terus, nanyain apa dia teratur makan atau ga, trus kapan pulang, dapat uang banyak atau gimana tersenyum. Yah, gitulah kayak ngobrolan suami istri biasanya, cuman kan ga ketemu langsung.” RD.W1b.145-148hal.65 “..lebih enak yang langsung lah dek, lebih terasa dekat dan bisa suka-suka kita lah sampai kapan bisa ngobrol. Kalau telpon kan terbatas, dan ga jumpa langsung itu juga bisa buat rindu juga ternyata sih tertawa. Kalau langsung lagi, kan lebih nampak ekspresinya, tahu jadinya kalau dia entah lagi marah, lagi bohong.” RD.W3b.698-705hal.77 Kondisi pekerjaan suami yang sering keluar kota ternyata dikritik oleh orangtua Selly yang tidak ingin jika responden sering ditinggal di rumah. Oleh sebab itu, Selly pun memutuskan untuk tinggal di rumah orangtuanya dan meminta suami bekerja di daerah sekitar Pematangsiantar sehingga Roy bisa pulang menjumpai anak istri setelah bekerja. “Gimana yah.. mereka jelas ga suka lah kalau aku ditinggal-tinggal gini. ..maksud orangtua kakak, kalau suami dekat lah sama istri. Ga jauh- jauhan. Takut mereka terjadi apa-apa kan. Maklumlah dek, pikiran orang tua sama anaknya. Mereka kirain kalau nanti bang Roy yah..selingkuh gitu lah d i luar sana, main cewek sama yang lain…Maunya mereka, suami kakak nyari kerja yang dekat- dekat aja.” RD.W2b.509-517hal.73 “Makanya untuk sekarang ini, kakak tinggal di rumah orangtua kakak, dia tinggal di rumah saudaranya. Ga jauh juga lah dari sini, jadi bisa sering ketemu kami, makannya pun sama- sama juga jadinya.” RD.W2b.468-476hal.72

2. Dukungan Sosial Keluarga Yang Diterima

a. Pasangan Pertama Harry dan Merry  Dukungan Informasional Informational Support Harry dan Merry tinggal di rumah yang berdekatan dengan rumah orangtua dan adik Harry. Hal ini mempermudah komunikasi dan pertemuan antara Harry dengan keluarga intinya ; ibu, abang dan adik perempuannya. Ibu Harry sering datang dan berkunjung ke rumah serta bertanya tentang permasalahan yang dihadapi Harry dan Merry. Perselisihan pendapat yang terjadi biasanya mengenai perbedaan kebiasaan makanan, komunikasi dan masalah finansial. Setelah bertanya, kemudian ibu Harry akan memberikan nasihat kepada Harry dan Merry. Namun, ketika permasalahan dengan Merry sudah sangat pelik, biasanya Harry akan menjumpai pendeta pimpinan gereja Anglikan. Ia berdiskusi sampai akhirnya memperoleh solusi dari masalah yang dihadapinya. Hal ini dinyatakan Harry sebagai berikut : “Kita selalu berkomunikasi, sering ketemu. Kami minimal sekali seminggu jumpa, lagian rumah kita ga jauh kok, jaraknya paling 200 meteran. Kalau mau jumpa, bisa cepat, kalau anak-anak saya udah lama ga jumpa neneknya, saya bawa ke sana. ” RA.W2b.509-515hal.12 “Ibu saya lah yang datang dan berkunjung, bertanya apa yang terjadi, kenapa bisa seperti itu, terus dia mengingatkanlah karena ibu saya kan sudah berpengalaman dalam berumah tangga, walau yang dia bantu tidak sesempurna yang saya harapkan.” RA.W1.b.215-221hal.5 “Kalau saya bermasalah dengan istri saya, biasanya saya pergi keluar dulu, terus balik lagi. Kan emosi dan situasi sudah mereda. Terus, saya dan istri saya diskusi berdua dulu. Tapi kalau sudah tegang dan tidak bisa cari jalan keluar yah kami berdiskusi dengan pendeta pimpinan gereja kami supaya bisa baikan kembali. RA.W1b.197-204hal.5 Pernikahan Harry dan Merry diadakan secara adat Tamil dan Batak Toba sehingga Harry memperoleh marga Batak Toba dari pihak keluarga Merry. Hal ini membuat pernikahan Harry dan Merry menjadi sah secara adat Batak Toba. Setelah menikah, Harry ingin mengenal lebih dalam lagi mengenai budaya Batak Toba dan Harry mendapatkan banyak informasi dari adik ipar Harry yang laki- laki. Adik ipar Harry juga memberi saran agar responden mengikuti perkumpulan marga dan informasi mengenai silsilah marga Batak tarombo. Namun karena ketidakcocokan antara jadwal pekerjaan Harry dengan jadwal pertemuan perkumpulan membuat pasangan ini belum mengikuti perkumpulan sampai sekarang. Hal ini sesuai dengan pernyataan Harry : “Mereka memberi tahu saya tentang hubungan marga atau tarombo silsilah, dalam bahasa Batak. Tapi, begitulah yah kalau kita satu kota kan, komunikasi ada, tetapi karena kita jauh, jadi jarang ketemu dan komunikasi pun ga terlalu banyak. Tetapi mereka selalu mengatakan kalau orang Batak itu kan ada perkumpulan marga. Mereka sarankan untuk ikut.” RA.W1b.243-251hal.6 “Namanya juga sibuk. Kan kumpulnya Sabtu atau Minggu, padahal di situlah persiapan pelayanan . Keluarga dari istri banyak yang menyarankan untuk ikut perkumpulan marga, tapi sampai sekarang belum kami jalankan. RA.W1b.254-259hal.6 Harry yang memiliki kebiasaan wajib mengkonsumsi makanan olahan kari setiap hari membuat Merry harus belajar untuk memasak makanan kari. Merry pun berusaha belajar cara mengolah masakan kari dari ibu Harry. Hal ini sesuai dengan pernyataan Merry berikut : “Ibu mertua saya ga pernah langsung mengajari saya atau datang ke rumah mengajari. Tapi saya yang nanya “Ma, gimana yah masak kari ini? Oh, sini lihat lah aku lagi masak ini” di rumah mertua. Tapi kalau secara khusus mau kasih waktunya juga ga bisa, karena mertua saya juga kerja, sibuk. Jadi setiap ada kesempatan, saya yang perhatikan. “ RB.W2b.728-736hal.37 “..yah harus mengerti lah. Sekarang ini saya gak mau tersinggung lagi kalau suami saya makan di rumah mertua.. Tapi memang, tetap bagi suami saya, masakan mamanya tetap lebih enak daripada masakan saya. RB.W2b.739-749hal.37  Dukungan Instrumental Instrumental Support Pekerjaan Harry sebagai pendeta adalah sumber penghasilan utama untuk rumah tangganya. Hal ini menimbulkan adanya masalah dalam keuangan rumah tangga karena pemasukan yang Harry dapatkan seringkali tidak sebanding dengan pengeluaran. Harry harus membiayai kebutuhan hidup sehari-hari dan biaya sekolah kedua anaknya. Harry biasanya menceritakan masalah keuangan yang dihadapi kepada keluarga intinya. Keluarga inti Harry, yaitu ibu dan adik ipar Harry memberi bantuan materi berupa pinjaman uang. “Saya dan istri pernah mengalami masalah finansial, yah keluarga besar saya lah yang banyak membantu karena kami pun kan dekat, sama-sama di satu kota Medan. Banyaklah keluarga saya membantu saya dan istri.” RA.W1b.230-235hal.5 “… kan saya beritahu mereka, bukan orang lain, pada ibu, adek atau abang saya. Kan mereka tahulah gimana kehidupan seorang pendeta. RA.W1b.312-315hal.7-8 Kondisi finansial tersebut membuat Merry harus bekerja di gereja yang berbeda dengan Harry, yaitu di gereja B. Pekerjaan Harry dan Merry di dua gereja yang berbeda tersebut seringkali menuntut keduanya untuk mengerjakan pelayanan di luar kota. Ketika hal itu terjadi, maka kedua anak dari pasangan ini pun diantarkan ke rumah ibu Harry untuk dijaga dan diurus. Selain mengurus kedua anak mereka, Ibu Harry juga sering memberikan benda-benda berupa pakaian, tas dan sepatu untuk Merry. Hal ini sesuai dengan pernyataan Merry sebagai berikut : “..mertua saya mau menjaga anak-anak saya kalau saya dan suami saya bekerja atau melayani di luar kota. Kalau lagi di rumah mertua, anak-anak ga pernah kekurangan lah, makanannya pasti dimasak mertua atau eda saya.” RB.W2b.497-502hal.32 “Mertua saya juga seringkali memberikan benda-benda berupa baju, sandal, dan tas. Mertua saya kan bekerja di rumah dokter selama hampir 20 tahun. Jadi kalau ada pemberian atau oleh-oleh dari dokter itu, selalu dibawakan mertua saya untuk saya. RB.W2b.688-694hal.35 Keluarga inti Merry yang tinggal di Jakarta juga pernah memberi bantuan materi untuk pasangan ini. Bantuan yang diberikan berupa uang untuk melunasi biaya pengobatan Merry dan anaknya yang sakit demam berdarah dan harus diopname di Rumah Sakit sekitar 5 tahun yang lalu. Merry merasakan adanya perbedaan bantuan yang diberikan keluarganya dengan keluarga suami. Merry menganggap bahwa keluarga suami cenderung meminjamkan uang sedangkan keluarga Merry yang langsung memberikan uang tanpa meminta kembali. Hal ini diungkapkan Merry sebagai berikut : “Pernah mama saya dengar kalau saya pernah masuk Rumah Sakit dan anak saya juga masuk Rumah Sakit, kena DBD. Itu sekitar lima tahun yang lalu. Mama saya dengar dari adek saya, tapi saya ga pernah bilang sama mama saya. Mama lihat adek saya grasak-grusuk ngumpulin uang untuk ngirim ke saya. …Yah, akhirnya, mama saya juga nyumbang lah.” RB.W2b.886-904hal.40-41 “Mereka keluarga suami sih caranya manis, ga to the point. “Ini minjem yaa..” Tapi, ini lho,,gini gini yaa..”Iya, nanti dikembalikan” saya bilang. Apalagi eda saya, yang namanya ngasih ga akan lah , tapi lembutlah.. RB.W2b.711-715hal.36 “Jadi, ehh..beda dengan orangtua saya., kalau orangtua saya yang di Jakarta, mereka tahu kalau kami kesusahan uang, anak sakit, mereka langsung kirim. Ga ada istilah minjam, mereka langsung kasih. ” RB.W2b.704-708hal.36  Dukungan Penghargaan Esteem Support Sebelumnya, Harry dan keluarganya menganut agama Hindu. Pada tahun 1987, Harry masuk ke agama Kristen dan mengajak keluarganya untuk menjadi Kristen juga. Mereka melihat perubahan yang positif dalam hidup Harry sehingga ibu dan adiknya mau menjadi Kristen kecuali abang responden. Setelah Harry menikah dan disahkan menjadi pendeta, keluarga Harry merasa senang dan bangga akan pekerjaan responden yang mulia. Hal ini dinyatakan Harry sebagai berikut : “..Waktu itu kita masih belum Kristen. Saya kan tahun 1987 baru Kristen. Lalu saya mengajak keluarga saya untuk masuk ke dalam Kristen. Mereka melihat perubahan besar dalam hidup saya, jadinya mereka percaya dan mau menjadi Kristen.” RA.W2b.553-559hal.13 “Keluarga inti saya yah senang karena mereka kan tahu kalau saya sudah jadi pendeta dan pekerjaannya kan mulia dan mengubah akhlak manusia. Yah, mereka merespon dengan baik. RA.W1b.262-266hal.6 Pada umumnya, profesi pendeta dijabat oleh mayoritas suku Batak, tetapi Harry yang berasal dari suku Tamil pun bisa menjadi seorang pendeta. Pencapaian Harry ini membuat keluarga Merry juga merasa bangga dan menghormati status Harry sebagai pendeta. Ketika keluarga pasangan melangsungkan acara Natal di Jakarta, Harry dipercayakan menjadi imam untuk memimpin ibadah. “Kalau ada acara Natal di akhir tahun gitu, saya berkunjung ke Jakarta. Dan karena saya pendeta,ada itu biasanya orang Batak kan acara di malam Natal kumpul, makan bersama..yah saya menjadi imamnya. Yang jelas, adek-adek ipar saya sampai saat ini menghargai saya. ” RA.W1b.105-112hal.3 “…Mereka ada respek dan hormat pada saya karena saya pendeta. Apalagi saya kan dari suku lain. Malahan mertua saya memanggil saya dengan sebutan „Amang bapak pendeta‟. Jadi semua sudah terima saya, meminta saya datang ke rumah mereka. Yang jelas, mereka open dengan saya. Keluarga mereka sudah terima keluarga saya. Kami sudah duduk bersama, makan bersama. Saya senang seperti itu, karena dua suku yang berbeda bisa satu. Mertua saya pun sekarang sudah bisa makan kari. RA.W1b.292-304hal.7 Merry juga mendapatkan apresiasi dari ibu Harry yang memujinya karena kecakapan Merry dalam mendidik kedua putrinya. Selain itu, ibu Harry pun tidak segan memperkenalkan responden kepada tamu-tamu dalam suatu acara. Mertua juga meminta agar orang yang ingin memberikan undangan pesta untuk menyampaikan langsung kepada responden. Hal-hal tersebut membuat responden merasa dihargai dan diterima sebagai seorang menantu di dalam keluarga suami. “Dan saya senang mertua nerima saya karena pernah, ini saya dengar ya cerita dari orang. Suami saya bilang kalau dia ketemu dengan seorang ibu. Ibu itu bilang kalau mertua saya itu muji-muji saya di depan tamu. Ohh, dua menantuku, yang Batak itulah yang bagus. Dia mengerti gimana caranya mendidik anak. ” RB.W2b.503-510hal.32 “Saya melihat kalau ada acara-acara gitu, mertua saya itu langsung “Eh, menantuku diundang lah, Jangan lupa kalian undang dia ya..” Kadang orang itu bilang “sekalian lah ya bu..” tapi mertua saya bilang “Eh,, janganlah. Langsung aja lah ke mereka.” Saya melihat mertua saya itu menghargai saya. Yang kedua juga, mertua saya gak segan mengenalkan saya pada undangan, pada orang-orang yang ada di pesta. Cuma memang, mertua saya ini tipe orangnya sih pendiam lah gitu. Gak suka cerita. ” RB.W2b.786-798hal.38 “Mertua saya mau bilang “Memang kalau menantu saya itu, bisalah kalau mendidik anak” Memang pernah ada yang nyeletuk “Yah..menantu kamu gak tahu masak.” Iya..tapi didik anak , mantap lah” Kita kan maklumlah, dia kan orang Batak, kan ga pandai masak kari. ” RB.W2b.805-811hal.38-39 b. Pasangan Kedua Roy dan Selly  Dukungan Informasional Informational Support Ketika Roy berselisih pendapat dengan Selly, Roy biasanya menceritakan masalah tersebut kepada ibunya. Roy lebih memilih untuk bercerita kepada ibunya karena ia merasa segan bercerita kepada adik perempuannya. Ibu Roy pun kemudian memberi nasihat kepada Roy dan Selly dan mendamaikan mereka berdua. Hal ini sesuai dengan pernyataan Roy sebagai berikut : “Cuma mamak lah dek. Abang pun ga terlalu dekat dengan bapak tiri abang. Kalau adekku yang perempuan kan, segan abang ceritanya.” RC.W1b.279-282hal.49 “Pernahlah abang berantem, selisih pendapat gitu dengan kak Selly. Jadi sempat ga ada yang saling ngalah. Ujung-ujungnya, mamak abang yang mendamaikan, menasihati abang lah …Perkara ngatur duit, dek.. Namanya juga abang di luar kota ya, maklum lah beda pengeluarannya kalau pas lagi di Galang. ” RC.W1b.296-303hal.49 Selain itu, Roy sebagai seorang kepala rumah tangga menyadari pentingnya mengenal budaya Tamil dan budaya Batak. Setelah ayah kandungnya meninggal dunia, Roy banyak belajar tentang agama Hindu dan budaya Tamil dari pamannya. Lain halnya dengan budaya Batak Toba, Roy semakin mengenal budaya Batak Toba dari informasi yang diberikan Selly dan teman kerja Roy. Hal ini sesuai dengan pernyataan Roy berikut ini : “…abang diajarin sama paman. Setelah bapak abang meninggal kan, kayak abang lah yang gantikan posisi bapak di keluarga kami. Yah, tanggung jawabnya di aku lah, gitu.. Untunglah pamanku ada dan mau ngasih-ngasih tahu gimana cara-caranya kayak sembahyang, upacara adatnya gimana, doa-doanya, misalnya upacara Deepavali gitu. ” RC.W2b.532-538hal.54-55 “Kalau dari mertua, yah ga terlalu lah ya. Kami juga komunikasinya terbatas kan. Paling tahu sikit-sikit tentang Batak itu yah dari istri abang dan juga kawan-kawan abang. Lagipula, belum ngerti kali abang adat Batak ini, agak susah lah. “ RC.W2b.523-528hal.54 Roy dan Selly tinggal di rumah orangtua Roy bersama dengan kedua adik Roy dan seorang sepupu Roy. Komunikasi di antara Roy, Selly dan anggota keluarga di rumah itu berjalan dengan baik. Selly merasakan bahwa ia dibantu oleh keluarga Roy untuk menyesuaikan diri dengan budaya Tamil. Ibu Roy mengajar Selly cara memasak makanan khas India yang merupakan kesukaan keluarga Roy. Adik Roy yang tinggal di Medan juga mau memberikan pendapat dan saran kepada Selly tentang masalah rumah tangga. Selain itu, Selly juga diajari oleh Lila, adik Roy yang tinggal di rumah tentang tata ibadah dan doa-doa dalam bahasa Tamil. Hal ini diungkapkan Selly sebagai berikut : “Yang paling banyak yah saya belajar dari mertua perempuan saya. Mamak mertua ngajarin gimana masak makanan India, kayak kari , roti cane sama mie rebus...kan saya tinggal serumah dengan mertua, jadi yah gampang lah, tinggal ke dapur, masak sama-sama. Jadi mertua bisa perhatikan gimana kakak masak, udah pas rasanya, cukup atau belum bumbunya.” RD.W1b.250-263hal.67 “..dia mau dengarin aku.. terkadang ngasih pendapat gitu lah. Lagipula dia kan udah duluan berkeluarga, jadi lebih banyak mengerti urusan rumah tangga daripada aku. Senang lah punya eda ipar perempuankayak dia.” RD.W1b.180-184hal.66 “Kalau ibadahnya, adek ipar saya yang di rumah, si Lila lah yang ngajarin. Adek ipar yang di Medan kan udah masuk Kristen, jadi ga sembahyang lagi kayak kami. Soalnya kalau sembahyang kan ada juga baca-baca doanya pake bahasa Tamil, jadi agak bingung, tapi kuikutkan aja. Nanti si Lila mau ngasih tahu apa aja yang mau dibilang, apa artinya.” RD.W1b.266-274hal.67-68  Dukungan Instrumental Instrumental Support Penghasilan Roy dari berjualan obat ramuan ke luar kota seringkali tidak menentu. Hal ini membuat kondisi keuangan pasangan ini menjadi kurang baik karena Selly juga hanya seorang ibu rumah tangga. Kondisi kesulitan secara finansial dialami pasangan ini ketika Selly melahirkan. Saat itu, Roy memilih untuk tidak bekerja sementara waktu untuk mendampingi Selly. Ketika Selly melahirkan di praktik bidan, uang Roy ternyata tidak cukup untuk melunasi biaya persalinan. Ibu Roy pun membayar kekurangan tersebut. Selain ibu Roy, ayah Selly pun mengirimkan uang padahal Roy tidak memintanya sama sekali. Hal ini diungkapkan Roy sebagai berikut : “…kalau biaya ke bidannya itu abang yang bayar sebagian, itu pun dibantu mamaknya abang untuk melunasi.” RC.W3b.686-688hal.58 “Kalau dari mertua, sebenarnya kami pun tidak mau cerita banyak tentang masalah kami sama mereka. Yah, ga mau membebani lah. Tapi, memang pernah dikirim mertua laki-laki saya sedikit uang lah untuk anak saya yang pas udah lahir. Lumayan lah untuk beli perlengkapannya. Sebenarnya, kami ga ada minta, tapi mertua udah duluan ngirim, yah saya telpon lah mertua bilang terimakasih. ” RC.W3b.498-506hal.54 Ketika Selly menghadapi suatu masalah dalam rumah tangganya dengan Roy, Selly merasa segan untuk menceritakan masalah atau meminta bantuan, kepada kedua orangtuanya. Walaupun demikian, orangtua Selly tetap berusaha membantu dengan memberikan bantuan materi kepadanya. Ibu Selly memberikan perlengkapan peralatan rumah tangga yang dibutuhkan Roy dan Selly. Selain itu, kakak responden yang bekerja di Malaysia juga sering membawa pakaian untuk responden. Setelah Selly menikah, ia ikut dengan Roy untuk tinggal di Galang, Lubuk Pakam. Abang tiri Selly pun membantu Selly untuk mengurus surat pindah ke kantor lurah setempat. Hal ini diungkapkan Selly sebagai berikut : “Mamak nanyain apa aja barang yang ku perlu, yang masih kurang. Jadi, mamak bilang, „bawa aja lah kompor ini, tempat tidur ini, itu yang perlu untukmu‟. Mamak juga belikan baju anak kakak. Gimanalah bayi yang baru lima bulan, butuh banyak baju kan dek. Itulah yang kakak dapat dari orangtua .” RD.W3b.579-586hal.74-75 “..kalau kakak ku itu, pas pulang dari Malaysia, mau bawakan baju untuk kakak,. Jadi bisalah kakak pake kalau mau arisan.” RD.W2b.593-596hal.75 “..kemaren kakak minta tolong ngurus surat pindah dari sini mau ke Galang kan tinggalnya setelah menikah. Yah, abangku yang nomor satu itulah yang bantuin ngurus- ngurus ke kantor lurah.” RD.W3b.855-859hal.81 Selain bantuan berupa materi yang diberikan oleh keluarga Roy dan Selly, bantuan berupa jasa juga diberikan oleh ayah tiri Roy yang pernah mengantarkan istri responden ke puskesmas. Saat itu, anak Roy dan Selly terkena demam tinggi dan tidak ada satu orang pun di rumah orangtua Roy. Kebetulan ayah tiri Roy pulang ke rumah dan langsung membawa anak responden untuk segera ditangani di puskesmas. Kejadian itu membuat Roy merasa cemas dan takut karena tidak bisa langsung membantu Selly dan anaknya. Roy dan Selly pun berencana untuk pindah ke kota Pematangsiantar, tempat orangtua Selly berada. Di kota tersebut, fasilitas lebih lengkap dibandingkan dengan Galang, Lubuk Pakam. Selain itu, ada mertua dan keluarga responden yang bisa memberikan bantuan dengan segera. “Tiga bulan yang lalu kan, pas abang kerja ke Jakarta, anak abang sakit. Dia demam panas tinggi. Jadi kan, di Galang itu kan jauh tempatnya ke praktek dokter anak. Yang dekat puskesmas. Jadi, kejadiannya pas kak Selly sendirian di rumah, yang lain pada di luar. Jadinya dia kan panik gitu, dia bingung. Yah, maklum juganya abang kalau dia masih baru kan, pertama kali jadi ibu-ibu. Untunglah bapak abang pas pulang kerja di situ, jadi diantar lah kak Selly sama anak abang ke puskes. Untung cepat dibawa kan, jadinya ga kenapa- kenapa.” RC.W3b.711-723hal.58-59 “Yah, kalau di Siantar kan, lebih lengkap lah daripada yang di Galang. ..Jadinya, kalau kayak yang waktu itu, anak abang sakit, kan bisa langsung ditangani, lurusan rumah mertua abang itu ada puskesmas, terus simpangnya yang jalan raya besar itu ada praktek dokter anak. Yah, lebih gampang lah dek. Jadi abang pun ga cemas atau takut ada apa-apa sama anak istri abang.” RC.W3b.757-766hal.59-60  Dukungan Penghargaan Esteem Support Pekerjaan Roy yang mengharuskannya untuk bekerja di tempat yang jauh dari keluarganya tidak membatasi komunikasi antara Roy dengan Selly dan keluarganya. Keluarga Roy sering bertanya tentang kabar dan pekerjaan Roy ketika berada di luar kota. Ibu Roy juga memasak makanan kesukaan Roy ketika ia pulang bekerja dari luar kota. Hal ini diungkapkan Roy sebagai berikut : “Yah, mereka mendukung. Yang penting kan saya kerja halal.” RC.W1b.306-307hal.49 “Mamak sama adek juga mau nanyain kabar, udah makan atau belum.. Atau gimana kerjaan hari ini. Kalau abang pulang, mamak langsung masak makanan kesukaan abang di rumah .” RC.W1b.309-312hal.49 Demikian halnya dengan Selly yang merasa senang dan nyaman karena ia diterima dengan baik sebagai menantu walaupun berasal dari suku yang berbeda dengan keluarga Roy. Penerimaan itu didapatkan Selly dari kedua mertuanya yang memperlakukannya seperti anak perempuannya sendiri dan juga dari adik- adik ipar yang akrab dengan responden. Hal ini diungkapkan Selly sebagai berikut : “Walau masih baru dua tahun, tapi udah enak kali rasanya di sini. Kami kan satu rumah, sering jumpa. Lagipula adeknya mendukung kali, kakak ga merasa terasingkan, apalagi terkucilkan. Mertua kakak dua-duanya juga mendukung kakak RD.W1b.278-284hal.68 “Kami udah sangat dekat. Kami pun tinggal serumah di Galang. Mertuaku itu baik kali, udah macam boru anak perempuan nya aku diperlakukannya .” RD.W1b.200-204hal.66 Meskipun hubungan Selly dengan keluarga Roy terjalin akrab, namun perselisihan pun pernah dialami Selly dengan adik iparnya, Lila yang tinggal serumah dengan responden. Ketika itu, Selly sibuk mengurus anaknya yang sakit sehingga mengabaikan pekerjaan rumah tangga yang biasanya dikerjakannya. Adik ipar Selly pun mengeluh karena harus bekerja sendiri, namun ibu Roy membela Selly dan memberi pengertian pada Lila untuk memahami kondisi Selly saat itu. Hal ini diungkapkan Selly sebagai berikut : “Pernah lah, kan kakak sibuk ngurus adek yang pas lagi rewel karena sakit, jadi urusan bersih-bersih rumah ga kakak kerjakan lah. Si Mila, adek ipar kakak itu jadi merasa berat lah ngerjain semua sendirian, makanya dia ngeluh gitu. Tapi, untunglah mertua kakak pengertian kali yah, jadi pulang dari kerjaannya langsung bantu si Mila dan kasih pengertian ke adek kakak itu biar maklum sama kondisi kakak yang jaga anak.” RD.W1b.745-755hal.78 “..mertua kakak itu kan tegas yah, jadi si Mila pun bisa ngerti kondisi kakak jadinya. Syukurlah dua hari setelah itu, si adek udah baikan, jadi yang ngurus rumah itu udah bisa lagi lah kami sama-sama si Mila ngerjain, kan lebih cepat dan ringan jadinya.” RD.W1b.765-770hal.79

3. Dukungan Sosial Keluarga Yang Dibutuhkan

a. Pasangan Pertama Harry Merry  Dukungan Emosional Emotional Support Harry mendapatkan banyak bantuan dari pihak keluarga inti Harry yang tinggal di Medan. Namun, Harry menganggap bahwa bantuan yang diberikan itu lebih fokus kepada Harry dan Merry. Padahal, Harry mengharapkan agar keluarganya ; ibu, abang dan adiknya juga memberikan bentuk perhatian dan kasih sayang yang sama kepada kedua anaknya. Lain halnya dengan dukungan yang didapatkan oleh pasangan ini dari keluarga Merry yang lebih dominan memperhatikan anak-anak responden. Hal ini diungkapkan Harry sebagai berikut : “Kalau dari keluarga istri lebih perhatian kepada anak-anak saya. Kalau dari keluarga kami yah lebih ke saya dan istri. RA.W1b.308-310hal.7 “Saya butuhkan hanya kepedulian mereka.. Perhatian secara langsung gitulah. Artinya begini, yah kepada anak saja yang kita perlu, mereka bisa perhatikan dan tolong anak saya.” RA.W1b.322-328hal.8 Merry pun menambahkan bahwa bentuk perhatian dan kasih sayang dari keluarga Harry untuknya dan kedua anaknya dirasakan masih kurang. Padahal, Merry membutuhkan dukungan emosional berupa pemberian perhatian dan kenyamanan dari kehadiran keluarga Harry yang tinggal berdekatan dengan mereka. Selain itu, Merry yang tinggal berjauhan dengan keluarganya yang di Jakarta juga mengharapkan adanya kebersamaan keluarga keluarganya selain di momen Natal dan Tahun Baru. Hal ini dinyatakan Merry sebagai berikut : “Yah, saya juga membutuhkan perhatian langsung dari keluarga mertua terhadap saya dan anak-anak saya. Khususnya yah, abang ipar, adik ipar dan suaminya. Kan kami udah satu keluarga besar. Jadi, anak-anak saya bisa merasakan perhatian dari bapatuanya dan namborunya juga. Maksudnya yah, bagaimana mereka mau menunjukkan kasih sayang mereka lah. Karena saya kan juga termasuk dalam keluarga mereka. Dalam kondisi senang atau berduka, saya disemangati. Yah itu kan bisa buat saya merasa nyaman lah menjadi bagian dari keluarga besar mereka. Apalagi kami kan tinggal di satu kota juga. ” RB.W2b.949-963hal.42 “..sebenarnya saya ingin sekali bisa bareng ama keluarga di Jakarta. Yah, bisa sama-sama lah gitu, tapi cuma bisanya pas hari Natal dan tahun baru, tapi itu pun gak tiap tahun. Kan saya senang kalau bisa sekalian jaga mama. Makanya saya ajak kan pak Harry untuk pindah, tapi yah ga mau juga.“ RB.W2b.971-977hal.42  Dukungan Integrasi Sosial Companionship Support Selama kurang lebih empat belas tahun menikah, Harry , Merry beserta kedua putrid mereka sudah beberapa kali pergi ke Jakarta untuk merayakan Natal dan tahun baru bersama keluarga Merry. Pertemuan yang temporal membuat Harry menginginkan adanya kebersamaan yang lebih intens antara dirinya dengan keluarga Merry. Harry juga mengharapkan kehadiran ibu Merry dan adik iparnya untuk berkumpul bersama keluarga inti Harry yang berada di Medan. Hal ini dinyatakan Harry sebagai berikut : “..Hanya saja saya ingin kedua keluarga saya bersatu. Mertua dan ipar yang di Jakarta mau datang ke sini dan gabung. Jadi, dua budaya yang berbeda, ada Batak, ada India jadi satu kan bahagia rasanya.Saya juga mau merasakan bagaimana kompaknya yang berlae ipar laki- laki itu. ” RA.W2b.868-872hal.20 “Tetapi setelah pernikahan itu, yah ga pernah lagi mereka datang ke Medan. Kalau mertua saya, kan ada riwayat sakit jantung, jadi berpengaruh katanya kalau naik pesawat. Jadi biasanya, saya dan istri bawa anak- anak ke Jakarta pas liburan Natal dan Tahun Baru.” RA.W2b.875-881hal.20  Dukungan Instrumental Instrumental Support Sumber pemasukan bagi rumah tangga Harry dan Merry hanya berasal dari gaji Harry. Padahal, penghasilan Harry sebagai pendeta di gereja dengan ruang lingkup pelayanan yang tidak terlalu luas bisa dikatakan pas-pasan. Merry sebenarnya merasa segan untuk menceritakan masalah keuangan yang dialami dan meminta bantuan kepada keluarga intinya yang ada di Jakarta. Oleh karena itu, Merry mengharapkan agar keluarga Harry yang tinggal berdekatan dengan mereka, mau bertanya dan membantu Harry dan Merry dengan memberi bantuan materi, berupa uang pinjama dengan ikhlas. Hal ini dinyatakan Merry sebagai berikut : “Mungkin kalau melihat status kami sebagai hamba Tuhan, selalunya di masalah materi. Itulah yang paling besar. Yah, kalau kita melihat ada juga pendeta yang udah diberkati luar biasa karena pelayanannya sudah besar. Tapi, saya dan suam i kan dalam ruang lingkup kecil” RB.W2b.933-939hal.41 “Memang secara keuangan, kami itu bisa dibilang ngepas. Memang itulah yang kita harapkan. Tetapi saya juga belajar untuk tidak mengandalkan manusia. Jadi saya dan suami hanya yah.. Maksudnya gini, kalau mereka memang bertanya, mereka terbeban, puji Tuhan. Tapi, kalau mereka tidak bertanya, kami tidak akan cerita.. yah kami tidak cerita. ” RB.W2b.939-947hal.41 b. Pasangan Kedua Roy Selly  Dukungan Integrasi Sosial Companionship Support Roy yang sering bekerja di luar kota menginginkan waktu bersama yang lebih banyak dengan keluarga intinya seperti waktu untuk berbagi, berkumpul dan rekreasi bersama keluarga di luar waktu bekerjanya. Roy juga mengharapkan agar keluarga intinya juga bisa berkumpul bersama keluarga Selly yang berada di Pematangsiantar. Hal ini diungkapkan Roy sebagai berikut : “Kalau dari keluargaku, yah udah banyak lah yang dikasih mereka untukku.. untuk anak istriku juga. Tapi yang abang harap kebersamaan itu dek. Soalnya jarang-jarang memang kami ngumpul cerita atau jalan-jalan sekeluarga. Ga kayak keluarga lain biasanya ya. ” RC.W2b.611-617hal.56 “Kalau dari ipar, abang ga banyak ngarap lah karena pada jauh semua, abang cuma mau kalau pas ada hari besar, libur, bisa kumpul-kumpul lah semua. Kan enak gitu kalau rame, Batak dan India gabung tapi bawaannya kita itu senang, ketawa.. bukan diam-diaman atau saling benci gitu. “ RC.W2b.629-635hal.56-57 Selly menambahkan bahwa pihak keluarga Roy sudah banyak memberikan bantuan dan pertolongan untuknya. Oleh karena itu, Selly tidak lagi mengharapkan yang lain kecuali adanya kesatuan dan silahturahmi yang baik antara keluarga Roy dengan keluarganya. Selly menganggap bahwa jika ia diterima dengan baik oleh keluarga suaminya, maka keluarga inti Selly pun seharusnya diterima dengan baik juga. Hal ini diungkapkan Selly sebagai berikut : “Wah, gimana yaa..mereka itu sudah banyak membantu aku. Itulah baiknya mereka sama kakak. Ga terlalu banyak sih tuntutan kakak. Kakak maunya mereka juga bisa gabung sama keluarga kakak. Jadi, bisa nyatulah, kompak walau campur-campur.. Ada Batak, ada India. Kan, kalau mereka terima kakak, berarti mereka juga seharusnya terima keluarga kakak. RD.W2b.622-628hal.75-76 “Tapi, gitulah dek, ga banyak berharap, karena dari keluarga kakak masih agak tertutup kan, jadinya segan keluarga bang Roy ini. Tapi, kalau terjadi ini, senang kali lah kakak rasa, sama kayak keluarga lain kan, kompak- kompak semuanya.” RD.W1b.628-635hal.76  Dukungan Emosional Emotional Support Selly yang merasakan kedekatan yang lebih dalam dengan keluarga Roy dibandingkan dengan keluarganya sendiri. Selly sebenarnya mengharapkan bentuk perhatian dan kasih sayang yang sama dari orangtuanya yang berada di Pematangsiantar. Responden juga membutuhkan komunikasi yang lebih intens dari saudara-saudarinya. Hal ini diungkapkan Selly sebagai berikut : “..butuh itu yah perhatian mereka lah. Kan kakak sering sendiri ditinggal suami karena kerjaan. Ada sih keluarga suami, tapi ga lengkap rasanya kalau orangtua kita sendiri juga ga ngasih perhatian. Terlebih, dari saudara-saudara kakak. Kan abangku yang pertama sudah menikah, anak- anaknya udah besar. Jadi udah lebih ngerti lah tentang rumah tangga. Kakak butuh juga pendapatnya, atau nasehatnya selaku dia abang kakak, walau ga kandung. RD.W2b.601-611hal.75 “..bisalah kakak dekat juga dengan mereka sama seperti dengan keluarga bang Roy ini. Kakak diperhatikan, disayangi. Terkadang yah bingung juga sih dek, justru sama keluarga suami kakak lebih kompak, apa iya mungkin karena satu rumah itu yaa.. Beda dengan keluarga kakak sendiri. RD.W3b.782-790hal.79 “.. rindu juga lah ngumpul sama mereka, jalan-jalan, ngobrol-ngobrol, becanda, ketawa gitu. Kan kakak ini anak dari orangtua kakak, juga jadi adek untuk saudara kakak. Tapi, yah kakak belum dapatkan itu dari keluarga kakak. RD.W2b.613-619hal.75  Dukungan penghargaan esteem support Ketidaksetujuan orangtua Selly terhadap pernikahan pasangan kedua ini berdampak pada komunikasi antara Roy dengan mertuanya yang kurang baik. Roy sendiri sangat mengharapkan adanya penerimaan dari mertua terhadap keberadaannya sebagai seorang menantu.. Hal ini diungkapkan Roy sebagai berikut : “Mertua mau nerima saya lah, dua-duanya mereka. Nerima abang jadi menantu mereka. Bagaimanapun ga setujunya mereka, tapi abang kan udah sah jadi suami dari anak mereka. ” RC.W2b.625-628hal.56 Tabel 3. Rangkuman Analisis Dukungan Sosial Yang Diterima dan Yang dibutuhkan Pasangan Pertama Harry Merry Dukungan Sosial Yang Diterima Jenis Dukungan Bentuk Dukungan Informational Support : - Dari ibu Harry - Dari adik Merry - Dari pimpinan gereja Instrumental Support : - Dari keluarga Harry - Dari ibu Harry - Dari keluarga Merry - Dari tetangga teman Esteem Support : - Dari keluarga Harry - Dari ibu Harry - Bertanya mengenai masalah rumah tangga yang dihadapi pasangan dan memberikan nasihat - Mengajarkan Merry cara memasak makanan kari khas India - Mengajarkan silsilah marga tarombo Batak - Memberikan saran untuk mengikuti perkumpulan marga Batak di Medan - Menjadi mediator dan memberikan nasihat ketika pasangan menghadapi perselisihan yang pelik - Memberikan uang pinjaman kepada pasangan ketika mengalami masalah keuangan - Menjaga dan mengurus kedua putri pasangan ketika Harry dan Merry bekerja ke luar kota - Memberikan pakaian, tas dan sepatu untuk Merry - Melunasi biaya pengobatan Merry dan anaknya yang sakit - Memberikan obat untuk anak pasangan yang sedang sakit - Memberikan apresiasi berupa pujian terhadap prestasi Harry sebagai pendeta - Memuji Merry yang cakap dalam mendidik kedua anaknya - Dari keluarga Merry - Memperkenalkan Merry sebagai menantu kepada tamu-tamu undangan dalam acara - Meminta orang lain untuk mengundang langsung Merry tanpa melalui mertua jika ada suatu acara pesta - Meminta Harry untuk memimpin ibadah natal dan tahun baru di Jakarta Dukungan Sosial Yang Dibutuhkan Emotional support : - Dari keluarga Harry - Dari keluarga Merry Companionship support : - Dari keluarga Merry Instrumental support : - Dari keluarga Harry - Memberikan perhatian dan kasih sayang kepada Merry dan kedua anak pasangan - Membangun komunikasi yang lebih baik dengan ibu dan adiknya yang tinggal berjauhan dengan Merry - Mau datang berkunjung ke Medan untuk berkumpul bersama keluarga Harry - Memberi bantuan materi dengan ikhlas, tanpa mengharapkan imbalan Tabel 4. Rangkuman Analisis Dukungan Sosial Yang Diterima dan Yang dibutuhkan Pasangan kedua Roy Selly Dukungan Sosial Yang Diterima Jenis Dukungan Bentuk Dukungan Informational Support : - Dari ibu Roy - Dari paman Roy - Dari adik Roy - Dari teman kerja Roy Instrumental Support : - Dari ibu Roy - Dari ayah tiri Roy - Dari keluarga Selly Esteem Support : - Dari keluarga Roy - Memberikan nasihat kepada pasangan ketika berselisih pendapat mengenai masalah rumah tangga - Mengajarkan adat dan tata upacara dalam budaya Tamil kepada Roy - Mengajarkan Selly cara memasak makanan khas India - Mengajarkan cara sembahyang dan membaca doa dalam bahasa Tamil pada Selly - Mengenalkan seluk beluk budaya Batak Toba pada Roy - Membantu melunaskan biaya persalinan Selly - Melunasi biaya pengobatan Selly dan anak pasangan - Mengantarkan Selly ke puskesmas saat anak responden sakit - Memberikan peralatan rumah tangga yang dibutuhkan pasangan - Mengirimkan uang saat responden melahirkan yang dipakai untuk membeli perlengkapan bayi - Memberikan pakaian untuk Selly ketika kakak Selly pulang dari Malaysia - Mengurus surat pindah Selly ke kantor lurah - Bertanya tentang kabar dan pekerjaan Roy ketika berada di luar kota - Dari ibu Roy - Dari adik Roy - Memasak makanan kesukaan untuk Roy ketika pulang dari luar kota - Membela Selly ketika berselisih dengan Roy dalam menyelesaikan masalah - Menganggap dan memperlakukan responden seperti anaknya sendiri - Menjalin komunikasi yang akrab dengan Selly sebagai seorang kakak ipar Dukungan Sosial Yang Dibutuhkan Esteem Support : - Dari keluarga Selly Companionship support : - Dari keluarga Selly Emotional Support : - Dari keluarga Selly - Membutuhkan penerimaan terhadap keberadaan Roy sebagai seorang menantu. - Membutuhkan kebersamaan dan kesatuan dantara keluarga pasangan, bisa berbagi, berkumpul dan rekreasi bersama. - Membutuhkan perhatian dan komunikasi yang kontinu dari orangtua dan ketiga saudara Selly

C. Pembahasan

Pernikahan beda etnis menghadapi masalah yang hampir sama dengan pernikahan sama etnis, namun ada perbedaan pada beberapa area masalah. Masalah-masalah tersebut meliputi komunikasi verbal dan non verbal, perbedaan konsep dari pernikahan, keputusan pasangan yang didasarkan pada kebutuhan dan tuntutan individual pasangan atau didasarkan pada tradisi atau persetujuan sosial keluarga. Prasangka dan stereotip juga memainkan peran dalam konflik pernikahan. Tseng , dalam McDermott Maretzki, 1977. Olofsson dalam De Genova, 2008 juga menambahkan bahwa permasalahan utama dalam hubungan pernikahan beda etnis adalah reaksi keluarga, teman-teman dan kelompok masyarakat di sekitar pasangan. Beberapa keluarga tidak setuju jika anggota keluarga mereka menikah dengan orang di luar kelompok ras atau etnis mereka Davidson Schneider dalam Shute, 2003. Hal tersebut juga terjadi dalam pernikahan keempat responden penelitian yang merupakan dua pasang suami istri beda etnis Batak Toba-Tamil. Pasangan pertama, Harry dan Merry menghadapi masalah-masalah yang disebabkan oleh ketidaksetujuan dan penolakan dari keluarga Merry yang bersuku Batak Toba. Keluarga Merry tidak menyetujui karena adanya anggapan negatif mengenai pria Tamil yang suka minum-minuman keras. Namun, setelah Merry meyakinkan keluarganya bahwa Harry adalah pria yang baik dan bertanggung jawab, maka keluarganya pun menyetujui pernikahan mereka. Selain itu, masalah yang terkait dengan perbedaan budaya, antara lain berkaitan dengan kebiasaan makanan, nilai-nilai yang dianut dan pengambilan keputusan. Harry memiliki kebiasaan harus mengonsumsi makanan kari setiap hari, sedangkan Merry belum familiar dengan cara memasak makanan kari. Selain itu, masalah juga timbul ketika Merry yang sibuk bekerja untuk menambah penghasilan. Namun, ketika Harry dan Merry sama-sama bekerja, justru kedua putri mereka menjadi terabaikan. Hal ini menimbulkan permasalahan antara Harry dan Merry karena Merry ingin bekerja, namun Harry ingin Merry mengerjakan peran sebagai ibu rumah tangga dan mendampingi Harry sebagai istri pendeta di gereja A, tempat Harry bekerja. Masalah lainnya juga timbul ketika Harry dan Merry memiliki pendapat yang berbeda saat menentukan tempat tinggal setelah menikah. Harry ingin tinggal serumah bersama orangtua sedangkan Merry ingin hidup mandiri dengan mengontrak rumah. Namun, mereka pun memutuskan untuk mengontrak sebuah rumah yang berdekatan dengan rumah orangtua Harry. Selain itu, perbedaan komunikasi verbal dan nonverbal dalam budaya Batak Toba dan Tamil menimbulkan masalah dalam memaknai informasi yang ingin disampaikan. Merry cenderung lebih ekspresif, terbuka dan blak-blakan dalam berkomunikasi sedangkan Harry cenderung tertutup dan kurang terbuka, apalagi ketika membahas suatu masalah bersama. Pasangan kedua, Roy dan Selly juga menghadapi masalah-masalah yang disebabkan oleh ketidaksetujuan dan prasangka negatif dari pihak keluarga pasangan terhadap dirinya. Keluarga Selly yang bersuku Batak Toba sulit menerima keberadaan responden sebagai menantu karena latar belakang responden yang berasal dari suku Tamil, beragama Hindu dan bekerja sebagai wiraswasta. Orangtua Selly ingin agar pernikahan Roy dan Selly dijalankan dengan adat Batak Toba, namun Roy tidak menjalankannya karena ketiadaan biaya. Oleh karena penolakan dan ketidaksetujuan itu, Roy pun menjadi takut dan tidak berani untuk bertatap muka maupun membangun komunikasi dengan keluarga pasangan, khususnya kedua mertuanya. Demikian juga halnya dengan Selly yang berkomunikasi dengan orangtuanya hanya melalui telepon saja. Ketika ada hari libur, Selly sesekali datang berkunjung ke rumah orangtuanya di Pematangsiantar. Selain itu, masalah yang dihadapi berkaitan dengan pekerjaan Roy sebagai penjual obat ramuan ke luar kota. Roy sering meninggalkan istri dan anaknya dalam jangka waktu yang cukup lama sekitar 1-2 bulan. Hal tersebut juga menambah kekhawatiran dari pihak keluarga Selly terhadap kondisi rumah tangga pasangan ini. Dari uraian tersebut kita dapat melihat sumber konflik yang dihadapi oleh keempat responden berasal dari internal dalam hubungan dan eksternal luar hubungan. Namun, pasangan pertama Harry dan Merry lebih dominan mengalami masalah internal dalam hubungan yang diakibatkan oleh adanya perbedaan budaya di antara keduanya. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Tseng dalam McDermott Maretzki, 1977, bahwa budaya menjadi suatu aspek yang penting dalam perkawinan, dimana pasangan tersebut tentu memiliki dalam hal nilai-nilai budaya yang dianut, menurut keyakinan dan kebiasaan, serta adat istiadat dan gaya hidup budaya. Latar belakang yang berbeda ini dapat menimbulkan ketidakcocokan. Ketidakcocokan tersebut dapat mengakibatkan konflik, baik tentang kebiasaan, sikap perilaku dominan, maupun campur tangan keluarga Purnomo dalam Natalia Iriani, 2002. Pasangan kedua Roy dan Selly juga mengalami masalah yang bersumber dari dalam hubungan mereka, tetapi masalah eksternal luar hubungan yang disebabkan oleh reaksi ketidaksetujuan dari keluarga, secara khusus keluarga Batak Toba justru lebih banyak dihadapi pasangan ini. Hal ini sejalan dengan pendapat Bruner 1994 yang mengemukakan bahwa perkawinan yang dianggap ideal oleh masyarakat suku Batak Toba adalah perkawinan yang dilakukan sesama orang Batak Toba, seperti perkawinan antara seorang laki-laki dengan anak perempuan saudara laki-laki ibunya marpariban. Perkawinan dengan orang yang bukan Batak tidak akan diakui dalam adat Batak Toba. Seorang yang bukan masyarakat Batak Toba dan ingin menikah dengan orang Batak Toba, harus masuk ke dalam masyarakat Batak Toba terlebih dahulu melalui pemberian marga. Banyak pasangan beda etnis yang berhasil dan bertahan di dalam pernikahan meskipun mereka berpotensi menghadapi masalah di dalam maupun di luar hubungan tersebut. Dukungan sosial memberi pengaruh untuk keberhasilan dalam mempertahankan hubungan beda budaya Gottlieb, 1983. Anggota keluarga, khususnya orangtua dan pasangan adalah sumber utama dari dukungan sosial baik secara umum generalized support maupun secara khusus specific support Dalton, 2010. Hal ini terlihat dari pengalaman kedua pasangan suami isrti beda etnis Batak Toba-Tamil yang menerima dukungan sosial secara khusus specific support antara lain dukungan informasional informational support, dukungan instrumental instrumental support dan dukungan penghargaan esteem support. Dukungan ini telah diterima pasangan pertama dalam hubungan pernikahan kurang lebih 14 tahun dan juga oleh pasangan kedua selama 2 tahun. Menurut Sarason dalam Dalton, 2010, dukungan informasional meliputi pemberian nasihat atau bimbingan maupun saran. Secara umum, dukungan ini cenderung melibatkan kognitif daripada emosional dan biasanya pemberiannya disesuaikan dengan situasi yang spesifik yang dialami individu. Ketika pasangan pertama, Harry dan Merry sering berselisih pendapat mengenai perbedaan kebiasaan makanan, gaya komunikasi dan konsep pernikahan, pasangan ini mendapatkan nasihat dari ibu Harry dan ibu Merry untuk penyelesaian konflik tersebut. Merry juga diajari oleh ibu Harry mengenai cara memasak makanan kari, favorit suami responden Namun, ketika masalah cukup pelik dan kedua pihak keluarga dianggap tidak dapat membantu menyelesaikan, maka pasangan ini mencari bantuan kepada teman kerja Harry yang adalah pimpinan di gereja tempatnya bekerja. Pimpinan gereja tersebut bersedia menjadi mediator dan memberikan nasihat dan masukan untuk Harry dan Merry sehingga masalah di antara mereka dapat diselesaikan. Pernikahan Harry dan Merry diadakan secara adat Tamil dan Batak Toba sehingga Harry memperoleh marga Batak Toba dari pihak keluarga Merry. Hal ini membuat pernikahan Harry dan Merry menjadi sah secara adat Batak Toba. Setelah menikah, Harry ingin mengenal lebih dalam lagi mengenai buidaya Batak Toba dan Harry mendapatkan banyak informasi dari adik ipar Harry yang laki- laki. Adik ipar Harry juga memberi saran agar responden mengikuti perkumpulan marga dan informasi mengenai silsilah marga Batak tarombo. Namun, Harry dan Merry belum mengikuti perkumpulan marga tersebut. Hal ini disebabkan karena jadwal pekerjaan Harry yang tidak bersesuaian dengan jadwal pertemuan perkumpulan tersebut. Pasangan kedua, Roy dan Selly juga menerima nasihat dan bimbingan dari ibu Roy untuk menyelesaikan perselisihan rumah tangga mereka. Roy sebagai kepala rumah tangga juga mendapatkan informasi berharga mengenai adat dan tata upacara dalam budaya Tamil yang diberikan oleh paman Roy. Selain itu, Roy juga diperkenalkan dengan budaya Batak Toba oleh istri dan teman kerja responden. Demikian halnya dengan Merry yang mendapatkan dukungan selama ia belajar untuk menyesuaikan diri dengan keluarga Roy. Selly diajari oleh mertua perempuan dan adik ipar tentang cara memasak berbagai makanan khas India dan cara bersembahyang serta berdoa dalam bahasa Tamil. Selly juga sering bercerita dan diberikan nasihat untuk penyelesaian masalah rumah tangganya dari adik iparnya yang sudah menikah. Selain dukungan informasional, kedua pasangan beda etnis ini juga memperoleh dukungan instrumental instrumental support dari pihak keluarga inti maupun pasangan. Dukungan instrumental adalah dukungan berupa bantuan dalam bentuk nyata , biasanya mengarah pada sumber material seperti penyediaan benda-benda atau layanan task untuk memecahkan masalah praktis Sarason, dalam Dalton 2010. Dukungan instrumental yang diperoleh pasangan pertama, Harry Merry berupa materi dalam bentuk pinjaman uang yang berasal dari keluarga Harry ketika pasangan sedang mengalami masalah finansial. Keluarga Merry juga memberikan bantuan berupa uang untuk membayar biaya pengobatan Rumah Sakit. Pasangan kedua, Roy dan Selly juga menerima materi berupa uang dari ibu Roy untuk melunasi melunasi biaya persalinan Selly dan pengobatan anak pasangan yang sedang sakit. Pasangan juga menerima bantuan berupa layanan task dari ayah tiri Roy yang mengantarkan anak dan Selly ke puskesmas saat anak pasangan mengalami demam tinggi. Keluarga Selly juga memberikan bantuan materi berupa uang untuk membeli perlengkapan bayi, peralatan rumah tangga yang dibutuhkan pasangan. Selain itu, Selly juga menerima bantuan dalam bentuk layanan untuk memecahkan masalah praktis task yaitu bantuan dari saudara tirinya untuk mengurus surat pindah dari Pematangsiantar ke Galang, Lubuk Pakam setelah menikah. Dukungan penghargaan adalah dukungan yang terjadi bila ada ekspresi penilaian yang positif terhadap kompetensi individu. Menurut Cutrona dan Russel dalam Dalton, 2010, dukungan ini bersifat menentramkan dan menenangkan, namun bukan merupakan dukungan emosional yang lebih dalam. Dukungan ini juga diterima oleh kedua pasangan beda etnis Batak Toba-Tamil dalam pengalaman pernikahan mereka.Pada pasangan pertama, profesi Harry sebagai pendeta dianggap dan dinilai mulia sehingga keluarga Harry merasa senang dan bangga terhadapnya. Keluarga Merry juga memberikan kepercayaan pada Harry untuk memimpin ibadah natal dan tahun baru. Merry juga merasakan dihargai oleh ibu Harry yang sering memuji Merry karena kepiawaiannya dalam mengasuh dan mendidik kedua anaknya. Pasangan kedua, Roy dan Selly juga menerima dukungan penghargaan dari keluarga Roy yang menunjukkan penghargaan mereka dengan menyambut baik Roy ketika kembali ke rumah setelah bekerja seraya menghidangkan masakan favoritnya. Selly juga menerima penilaian yang positif dari ibu Roy yang sudah menganggap dan memperlakukan Selly seperti anaknya sendiri. Selly sering dibela oleh mertua perempuan karena pendapatnya yang benar saat berselisih pendapat dengan Roy. Adik Roy juga menghargai Selly dengan terjalinnya komunikasi yang baik dan sambutan hangat akan kehadiran Selly di tengah-tengah keluarga Tamil. Dukungan sosial bukan sekedar memberikan bantuan, tetapi yang penting adalah bagaimana persepsi si penerima terhadap makna dari bantuan itu Sarason dalam Dalton, 2010. Procidano dalam McCaskill, J.W. Lakey, Brian, 1992 juga menambahkan bahwa perceived support adalah evalusi subjektif dari kualitas dukungan yang diterima atau didapatkan dan didasarkan pada kualitas social support yang diterima, sebagaimana yang dipersepsikan individu penerima dukungan. Semakin kuat seseorang merasakan dukungan, semakin kuat kualitas dukungan yang diterima,. Sejalan dengan hal ini, Sarafino 1997 mengemukakan bahwa efektivitas dukungan tergantung dari penilaian individu. Dukungan akan menjadi efektif apabila dukungan tersebut dinilai adekuat oleh individu penerima. Hal ini juga dialami oleh keempat responden penelitian yang memiliki evaluasi subjektif yang berbeda-beda mengenai bantuan yang diperoleh dari keluarga inti danatau keluarga pasangan. Pasangan pertama, Harry dan Merry menganggap bahwa ada hal yang berbeda mengenai dukungan yang diberikan oleh kedua pihak keluarga. Pasangan merasakan dukungan yang lebih kuat dari keluarga Harry dalam membantu mereka sedangkan dukungan dari keluarga Merry lebih fokus dengan hal-hal yang berkaitan dengan kedua anak pasangan. Selain itu, dukungan instrumental dari keluarga Harry dinilai kurang adekuat karena bantuan diberikan berupa pinjaman uang dan biasanya diminta kembali, berbeda dengan keluarga Merry yang ikhlas memberikan bantuan. Pasangan kedua, Roy dan Selly merasakan bahwa dukungan yang mereka dapatkan berasal dari keluarga Roy lebih berarti dibandingkan keluarga Selly. Selly yang tinggal bersama dengan keluarga suami menganggap dukungan yang diterima dari keluarga Roy sangat berarti untuknya. Selly tidak segan untuk menceritakan masalah atau meminta bantuan kepada mereka. Sebaliknya, responden segan untuk meminta pertolongan karena merasa takut akan membebani keluargnya. Meskipun demikian, kedua orangtua responden tetap memberikan dukungan instrumental berupa perlengkapan peralatan rumah tangga dan uang untuk responden. Berbeda dengan pengalaman Roy yang memiliki komunikasi yang kurang baik dengan keluarga Selly. Ketika ayah Selly mengirimkan uang untuk biaya perlengkapan bayi, Roy justru merasa segan untuk menerimanya karena ia tidak pernah memintanya sama sekali. Berhasil tidaknya dukungan sosial tergantung pada siapa atau sumber yang memberikannya. Keberhasilan dukungan sosial juga bergantung pada cocok atau tidaknya tipe dukungan sosial yang diberikan Orfford, 1991. Dukungan sosial yang diterima oleh keempat responden merupakan bentuk dukungan khusus specific support seperti dukungan instrumental, informasional dan penghargaan. Ketiga jenis dukungan tersebut didapatkan responden saat menghadapi stressor tertentu seperti masalah-masalah yang berkaitan dengan keuangan, hubungan interpersonal, perbedaan budaya yang terjadi suatu waktu dan tidak terus menerus. Dukungan spesifik itu ternyata tidak hanya diperoleh dari keluarga saja, tetapi juga ada yang menerimanya dari pihak di luar keluarga. Salah satunya adalah Roy yang menerima dukungan informasional dari teman kerjanya dan responden Merry yang menerima dukungan instrumental dari temannya. Sarason dalam Dalton, 2010 menyatakan bahwa dukungan umum generealized support merupakan bentuk dukungan yang terjadi dalam hubungan interpersonal yang berlangsung terus menerus , baik ketika individu menghadapi stressor atau ketika individu sedang tidak mengalami masalah yang berarti. Dukungan ini terdiri dari dua jenis yaitu integrasi sosial social integration dan dukungan emosional emotional support. Biasanya dukungan ini bersifat stabil dan berlangsung di sepanjang situasi kehidupan seseorang. Dukungan ini memberikan dasar yang aman bagi individu dalam menyelesaikan permalasahannya. Meskipun kedua pasangan mendapatkan bentuk dukungan spesifik, tetapi mereka merasa masih membutuhkan dukungan berupa perhatian, kasih sayang dan rasa saling memiliki sense of belonging dari keluarga inti dan keluarga pasangan. Dukungan emosional emotional support merujuk pada pemberian perhatian dan kenyamanan dalam hubungan hubungan personal. Dukungan ini merupakan yang paling intim dan kuat dari semua bentuk dukungan dan biasanya hadir di dalam hubungan pernikahan, hubungan orangtua-anak atau persahabatan. Biasanya dukungan ini bersifat tak bersyarat dan berhubungan dengan kelekatan attachment yang terjadi dalam suatu hubungan yang dekat Sarason, dalam Dalton 2010. Hasil analisis data menunjukkan bahwa pasangan pertama dan kedua juga membutuhkan dukungan emosional ini. Pasangan pertama, Harry dan Merry membutuhkan adanya kepedulian dan perhatian langsung dari keluarga Harry terhadap kedua putri mereka. Bentuk dukungan emosional berupa pemberian semangat, perhatian dan kasih sayang dari keluarga Harry terhadap kedua putri mereka dan juga untuk pasangan itu sendiri. Demikian halnya dengan pasangan kedua, Roy dan Selly yang mengharapkan bentuk perhatian dan komunikasi yang intens dari kedua orangtuanya dan ketiga saudaranya yang tinggal berjauhan dengan mereka. Selain dukungan emosional, kedua pasangan beda etnis Batak Toba-Tamil dalam penelitian ini juga membutuhkan dukungan integrasi sosial companionship support. Companionship support merujuk pada perasaan individu sebagai suatu bagian di dalam sebuah kelompok atau masyarakat sense of belongingness. Pasangan pertama, Harry dan Merry mengharapkan agar keluarga Merry yang tinggal di Jakarta bisa berkumpul bersama dengan keluarga Harry yang ada di Medan. Demikian halnya dengan pasangan kedua, Roy dan Selly yang mengharapkan bisa berbagi dengan berkumpul, rekreasi di hari libur bersama kedua pihak keluarga yang tinggal di kota berbeda, namun tidak terlalu berjauhan. Dari uraian di atas, dapat dilihat bahwa kedua pasangan beda etnis butuh dukungan integrasi sosial dari kedua pihak keluarga. Menurut Cohen Wills dalam Orford, 1991, dukungan integrasi sosial companionship support dapat berupa menghabiskan waktu bersama-sama dalam aktivitas atau rekreasional di waktu senggang. Dukungan ini dapat mengurangi stres dengan memenuhi kebutuhan afiliasi dan kontak dengan orang lain membantu mengalihkan perhatian seseorang dari masalah yang mengganggu serta memfasilitasi suatu suasana hati yang positif.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pertanyaan penelitian yang telah dikemukakan pada Bab I yaitu bagaimana gambaran dukungan sosial keluarga pada pernikahan beda etnis Batak Toba-Tamil, maka dalam bab ini akan diuraikan kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian ini sebagai berikut :

1. Masalah dalam Pernikahan Beda Etnis Batak Toba-Tamil

Kedua pasangan sama-sama menghadapi masalah-masalah yang berasal dari dalam hubungan internal maupun luar hubungan eksternal pernikahan. Namun, pasangan pertama, Harry Merry lebih dominan menghadapi masalah-masalah internal yang disebabkan oleh adanya perbedaan budaya di antara keduanya, seperti perbedaan kebiasaan makanan, konsep pernikahan, komunikasi verbal dan nonverbal. Pasangan kedua, Roy Selly justru lebih banyak mengalami masalah-masalah eksternal luar hubungan yang disebabkan oleh reaksi ketidaksetujuan dari keluarga, secara khusus keluarga Batak Toba. A.2. Dukungan Sosial Keluarga yang Diterima 1. Kedua pasangan sama-sama mendapatkan bentuk dukungan khusus spesific support seperti dukungan informasional, instrumental dan penghargaan, baik dari keluarga inti maupun keluarga pasangan.