26 alasan mengapa suatu mata pelajaran diajarkan. Beberapa mata pelajaran yang
diajarkan tentunya memiliki kegunaan-kegunaan tertentu. Guru harus tahu benar kegunaan-kegunaan apa saja yang dapat diperoleh dari mata pelajaran di SD,
salah satunya yaitu mata pelajaran IPA. Samatowa 2006 mengemukakan berbagai alasan yang menyebabkan mata pelajaran IPA dimasukkan ke dalam
suatu kurikulum sekolah, yaitu: 1 bahwa IPA berfaedah bagi suatu bangsa; 2 bila IPA diajarkan dengan cara yang tepat, maka IPA merupakan suatu mata
pelajaran yang melatihmengembangkan kemampuan berpikir kritis; 3 bila IPA diajarkan melalui percobaan-percobaan yang dilakukan sendiri oleh anak, maka
IPA tidaklah merupakan mata pelajaran yang bersifat hafalan belaka; dan 4 mata pelajaran IPA mempunyai nilai-nilai pendidikan yaitu dapat membentuk
kepribadian anak secara keseluruhan. Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA di
SD perlu didasarkan pada pengalaman langsung siswa di kehidupannya sehari- hari serta menimbulkan kesadaran siswa untuk belajar IPA.
2.1.7 Karakteristik Siswa SD
Dalam pembelajaran, baik mata pelajaran IPA maupun lainnya, tentu tidak terlepas dari komponen penting pembelajaran yaitu siswa. Siswa merupakan
subjek yang menjadi fokus utama dalam penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran. Karena perannya yang begitu pokok, guru yang baik hendaknya
memiliki pandangan bahwa pemahaman dan perlakuan terhadap siswa merupakan suatu totalitas atau kesatuan. Sehingga perlakuan yang sebaiknya dilakukan guru
berupa keseluruhan perilaku yang utuh dan tidak terpisah-pisah. Menurut
27 Semiawan 1999 dalam Kurnia 2008: 55, konsep siswa peserta didik sebagai
suatu totalitas sekurangnya mengandung tiga pengertian. Ketiga pengertian itu mencakup: 1 siswa peserta didik adalah mahluk hidup organisme yang
merupakan suatu kesatuan dari keseluruhan aspek, yaitu aspek fisik dan psikis yang terdapat dalam dirinya; 2 siswa merupakan keseluruhan aspek fisik dan
psikis yang memiliki hubungan yang saling terjalin satu sama lain; dan 3 siswa usia SD berbeda dari orang dewasa, bukan sekedar secara fisik, tetapi juga secara
keseluruhan. Jadi, dalam mempelajari dan memperlakukan siswa usia SD hendaknya dilakukan secara utuh atau tidak terpisah-pisah dan melihat mereka
sebagai suatu kesatuan yang unik. Siswa SD mengalami berbagai macam perkembangan dalam perjalanan
hidupnya. Perkembangan yang terjadi berlangsung secara terus menerus dan berkelanjutan menuju kedewasaannya. Perkembangan tersebut di antaranya
perkembangan fisik, perkembangan mental, dan perkembangan intelektualnya. Piaget 1996 dalam Isjoni 2012: 53 menjelaskan bahwa setiap individu
mengalami tingkat-tingkat perkembangan intelektual sebagai berikut: 1 Sensori motor 0-2 tahun
Tahap ini dimulai sejak lahir sampai usia 2 tahun. Pada tahap ini, kemampuan utama dalam diri individu yaitu terbentuknya konsep dan
kemajuan gradual dari perilaku refleksif ke perilaku yang mengarah pada tujuan yang dimaksud dengan perilaku reflektif.
28 2 Pra operasional 2-7 tahun
Tahap pra operasional memiliki rentang usia antara 2 sampai 7 tahun. Kemampuan utama yang muncul pada tahap ini yaitu terdapatnya
perkembangan kemampuan
menggunakan simbol-simbol
untuk menyatakan objek-objek dunia.
3 Operasional konkret 7-11 tahun Tahap ini memiliki rentang usia 7 sampai 11 tahun. Kemampuan
utama yang muncul pada tahap operasional konkret yaitu adanya perbaikan dalam kemampuan untuk berpikir secara logis.
4 Operasional formal 11 tahun ke atas Tahap operasional formal memiliki rentang usia dari umur 11 tahun
hingga dewasa. Kemampuan utama yang muncul yaitu pemikiran yang abstrak dan murni simbolis yang dilakukan.
Dilihat dari tahap perkembangan kognitif yang dikemukakan oleh Piaget, siswa SD yang mayoritas berusia 7-11 tahun berada pada tahap operasional
konkret. Pada tahap ini, siswa belum dapat berpikir abstrak namun masih berpikir secara konkret dalam memahami dan mempelajari suatu hal. Oleh karena itu,
diperlukan kreativitas guru dalam pembelajaran yakni dengan menggunakan media-media konkret dalam penyampaian materi oleh guru. Jika benda yang
sebenarnya tidak dapat ditunjukkan kepada siswa, maka guru dapat menggunakan benda tiruan yang dapat ditunjukkan kepada siswa. Sebagai contoh dalam
penyampaian materi salah satu bencana alam yaitu gunung meletus, dapat digunakan media tiruan gunung meletus menggunakan alat peraga di sekolah
29 maupun dapat dibuat tiruannya oleh guru. Guru juga dapat menunjukkan gambar
benda yang dibutuhkan untuk menyampaikan materi pelajaran, jika benda sebenarnya tidak ada dan tidak memungkinkan untuk ditampilkan dalam
pembelajaran di kelas. Soeparwoto 2007: 60 mengemukakan tentang karakteristik siswa SD
yang antara lain merupakan: 1 usia yang menyulitkan karena siswa tidak lagi menuruti perintah, lebih banyak dipengaruhi teman sebaya daripada orang tua atau
anggota keluarga yang lain; 2 usia tidak rapi karena siswa cenderung tidak memperdulikan, ceroboh dalam penampilan dan kamarnya berantakan; dan 3
usia bertengkar yaitu masa banyak terjadi pertengkaran antarkeluarga dan suasana rumah tidak menyenangkan bagi semua anggota keluarga.
Dari paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa karakteristik siswa SD berada pada tahap operasional konkret karena pada umumnya siswa SD masih
berpikir secara konkret nyata dalam memahami sesuatu.
2.1.8 Materi Daur Air dan Peristiwa Alam