Wujud Program Pemerintah Daerah Raksa Desa dalam Pelaksanaannya

51 keperluan hari raya 10 persen, membayar hutang 5 persen dan memperbaiki rumah sebanyak 20 persen.

6.2. Wujud Program Pemerintah Daerah Raksa Desa dalam Pelaksanaannya

Program penanggulangan kemiskinan Raksa Desa adalah program peningkatan kesejahteraan dari pemerintah Daerah Jawa Barat tahun 2004. Sasaran dari raksa desa ini adalah meningkatkan kuantitas dan kualitas infrastruktur pedesaan, meningkatkan perekonomian masyarakat pedesaan, meningkatnya angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah masyarakat pedesaan, serta meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan dasar khususnya bagi ibu hamil dan bayi. Mewujudkan program tersebut diperlukan beberapa hal yang harus dilaksanakan pada beberapa aspek antara lain aspek pendidikan dengan target angka melek huruf masyarakat harus mencapai angka 95 persen dan rata-rata lama sekolah masyarakat harus mencapai 7,9 tahun pada tahun 2004, aspek kesehatan dengan tujuan menurunkan angka kematian bayi baru lahir dan angka kematian ibu, aspek sarana dan prasarana dasar adalah peningkatan kesejahteraan hidup masyarakat dengan penyediaan fasilitas yang utama seperti jalan, air bersih, sanitasi, listrik, dan telekomunikasi serta aspek daya beli masyarakat yaitu dengan meningkatkan aktivitas ekonomi yang berkembang di lingkungan terdekat. Pelaksanaan program Raksa Desa di lapangan sebelumnya dilakukan sosialisasi mengenai program raksa desa. Mengenai program sosialisasi tersebut terdapat 95 persen dari seluruh jumlah responden 40 orang penerima raksa desa 52 menyatakan terdapat sosialisasi program. Dalam teknis pelaksanaan program raksa desa seluruh responden menyatakan bahwa; terdapat kendala dalam penyaluran dana program raksa desa; terdapat 82,5 persen dari keseluruhan responden yang menyatakan bahwa ada kesesuaian dalam penerimaan bantuan dana bergulir; terdapat 10 persen dari keseluruhan responden yang menyatakan bahwa ada pendampingan program. Sebanyak 67,5 persen dari keseluruhan responden yang menyatakan terdapat alokasi pada aspek kesehatan; sebanyak 55 persen dari keseluruhan responden yang menyatakan terdapat alokasi pada aspek pendidikan; sebanyak 85 persen dari keseluruhan responden yang menyatakan terdapat alokasi pada aspek sarana penunjang umum; sebanyak 72,5 persen dari keseluruhan responden yang menyatakan terdapat kesesuaian antara pemanfataan dana bergulir oleh penerima; sebanyak 87,5 persen dari keseluruhan responden yang menyatakan terdapat kendala dalam peminjaman; sebanyak 32,5 persen dari keseluruhan responden yang menyatakan terdapat kesesuaian antara distibusi dan proporsi dana raksa desa, untuk kesesuaian proporsi 67,5 persen menyatakan tidak tahu. Dapat dilihat pada diagram 4 yang menggambarkan pelaksanaan teknis program raksa desa dalam rumah tangga. Diagram 4. Pelaksanaan Teknis Program Raksa Desa dalam Rumah Tangga Hasil wawancara mendalam yang dilakukan kepada 8 orang responden dan informan, wujud program pemerintah daerah raksa desa dalam pelaksanaannya secara keseluruhan dapat dikatakan baik. Hal tersebut dikarenakan sosialisasi program raksa desa dijalankan seperti dengan diadakannya rapat-rapat sampai tiga kali dengan mengundang ketua RT dan RW, kemudian ketua RT dan RW tersebut memberitahukan kepada warga mereka mengenai program raksa desa. Dalam pelaksanaan program raksa desa ini mengalami kendala dalam hal penyaluran dana. Kendala tersebut disebabkan karena distribusi dana pinjaman raksa desa yang tidak lancar. Berdasarkan hasil wawancara disebutkan bahwa untuk distribusi dana dinilai tidak lancar karena macet setelah perguliran ke empat kali dana bergulir macet dikarenakan selain tidak adanya kesadaran dan menganggap 53 54 bantuan ini hibah dari Pemerintah. Kemudian ada juga kasus bahwa dana tersebut tidak dikembalikan karena ketua kelompoknya belum mengembalikan maka, anggotanya secara otomatis tidak ditagih maka dianggap tidak mengembalikan. Berdasarkan hasil wawancara dengan ASH 48 tahun yang merupakan Ketua Satlak Raksa Desa sebagai berikut. “ Gimana mau pada balikin orang desa laen juga ada yang belum balikin, itu desa sebelah juga belum ngebalikin sabar dulu dong ni juga kita belum dapet untung. Waktu saya ketemu sama peminjem saya tanya “eh kunaon encan balikan duit raksa desa?” Tapi katanya udah dibalikin ke ketuana, pas saya tanya ketuanya ternyata duitna kepake dulu katanya. Dari situ lah maka perguliran sempat tidak lancar sekitar 30 juta dan sampai sekarang tentunya uangnya sudah tidak bergulir dikarenakan dana tidak kembali lagi.” Hal ini yang kemudian membuat seluruh responden menjawab terjadi kendala dalam peminjaman karena peminjaman tersebut tertunda bahkan berhenti bergulir dikarenakan banyak yang tidak mengembalikan. Terdapat Rp. 50.763.900,- yang diketahui masih belum dikembalikan lihat lampiran 15. Terdapat beberapa alasan mengapa warga tidak mengembalikan diantaranya karena mereka menganggap bahwa itu uang pemerintah, dimana uang tersebut memang untuk mereka, maka mereka bersikap kurang peduli. Mengenai kesesuaian antara penerima dengan bantuan dana bergulir dari program raksa desa, dinilai cukup sesuai walaupun belum sepenuhnya sesuai karena yang menerima dana bergulir adalah mereka yang memiliki memiliki usaha dan berada dalam kelompok minimal 10 kelompok. Jika kurang maka akan digabungkan dengan kelompok lain. Kelompok yang kurang misal baru enam orang maka di gabung sama kelompok yang baru tujuh jadi kan lebih dari 10 orang. Kesesuaian pemanfaatan dana Raksa Desa oleh penerima Dana bergulir menurut ASH beliau mengecek berkeliling sambil melihat apakah benar-benar 55 mereka menggunakan dana tersebut sesuai dengan yang mereka ajukan pada saat meminjam. Hal tersebut dilakukan oleh ASH karena merupakan tugas beliau, sambil beliau menagih pinjaman yang jatuh tempo. Beliau tidak sendiri mengerjakannya tetapi juga dibantu oleh aparat desa. Berdasarkan hasil wawancara dengan ASH sebagai berikut. “ Kalo dagang, misalnya dagang pecel, bakso, gorengan, bensin eceran, toko kelontong. Itu juga saya cek misalnya tukang pecel, bener ga dia jualan pecel, oh ternyata bener. ” Akan tetapi, ada juga pemanfaatan dana bergulir dari Raksa Desa yang tidak sesuai, sebagian dari warga masyarakat yang menggunakan dana raksa desa untuk keperluan pribadi seperti berobat dan membeli keperluan sehari-hari. Hal ini terjadi karena menurut ASH, Kepala Desa yang memiliki wewenang dalam mengatur dana. Berdasarkan wawancara dengan ASH satlak Raksa Desa. “ Kejadian seperti ini menurut AH merupakan pengaruh juga dari kebijakan kades, ada juga RT yang dipinjami uang untuk keluarganya yang sakit, tapi karena kades mamaksa mau tidak mau AH harus setuju juga. Ketika RT itu tidak mengembalikan maka yang lain juga ikut tidak mengembalikan.” Aspek pendampingan program dinilai kurang sesuai dengan harapan, karena penerima program hanya empat orang yang mengakui adanya pendampingan program oleh sarjana pendamping dalam program Raksa Desa. Hal ini dikarenakan karena sarjana pendamping kurang optimal dalam menjalankan tugasnya, seperti dikatakan oleh sekretaris Desa ERK. Berdasarkan hasil wawancara dengan ERK yang merupakan sekretaris desa Cibatok Satu mengatakan bahwa “ Ya ada lek, kamu udah baca petunjuk teknisnya khan? Kalo di kecamatan ini namanya pak Babay tetapi tugas dari sarjana pendamping mah cuma ikutan ngabisin uang juga. ” 56 Aspek kesehatan yang merupakan salah satu sasaran dari program raksa desa yaitu untuk meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan dasar khususnya bagi ibu hamil dan bayi juga diterapkan pelaksanaannya di Desa Cibatok Satu. Wujud pelaksanaannya adalah dengan dikelola oleh posyandu yaitu dengan membantu biaya ibu hamil yang menjalani operasi cesar, balita kurang gizi, balita yang dirawat, kesehatan khususnya ibu hamil, balita yang di rawat dan kebutuhan posyandu. Ditinjau pada aspek pendidikan, program raksa desa juga berpengaruh bagi peningkatan mutu pendidikan di Desa Cibatok Satu. Dalam bidang pendidikan, dana dari program raksa desa bukan tersalur pada beasiswa tetapi pada program Keaksaraan Fungsional KF untuk pemberantasan buta huruf diikuti oleh ibu-ibu dan bapak-bapak. Berdasarkan hasil wawancara dengan ERK yang merupakan sekretaris Desa Cibatok Satu mengatakan bahwa “ Pada kenyataanya dipakai buat ibu-ibu sama bapak-bapak yang ga bisa baca untuk pemberantasan buta aksara tapi kalo program yang dulu ada beasiswa untuk siswa yang ga mampu langsung ke SPPnya kalo raksa desa ga ada beasiswa. beliau juga menambahkan kesehatan khususnya ibu hamil dan balita bukan untuk posyandu uangnya tapi buat biaya operasi melahirkan, biaya rawat ibu dan anak. ” Kegiatan KF ini berlangsung sebanyak satu minggu dua kali, dalam program KF ini juga diadakan tes. Selain itu, juga diadakan program Pendidikan Anak Usia Dini PAUD. Program Raksa Desa juga berperan pada pembangunan infrastruktur desa. Hal tersebut diketahui dari hasil wawancara mendalam yang dilakukan. Para nara sumber menyebutkan bahwa telah dibangun jembatan di RW 1 jembatan tersebut diberi nama jembatan dukuh. Selain jembatan, juga dibangun sarana MCK mandi cuci kakus yang dibangun di Kampung Kalurahan, sarana air bersih yang dialirkan sampai ke masjid serta pembangunan jalan beton. 57 Adanya alokasi dana untuk pembangunan infrastruktur desa menyebabkan akses terhadap sumberdaya menjadi lebih mudah. Adanya program KF membuat penduduk yang sebelumnya buta huruf menjadi melek huruf dan mendapatkan kesempatan untuk mengelola sumberdaya yang membutuhkan kemampuan baca dan tulis. Dibangunnya sarana MCK dan saluran air bersih yang dialirkan sampai ke masjid memudahkan penduduk untuk akses terhadap air bersih dan hidup sehat. Adanya jembatan Dukuh mempermudah akses warga ke rumah sakit dan akses ke kuburan, dimana dulu hanya bisa dilewati oleh empat orang sekarang juga bisa dilewati mobil. Jembatan Dukuh itu juga dipakai untuk menanggulangi banjir dengan sanitasi parit-parit di Dukuh. Akses untuk ke kantor desa lebih dekat setelah jembatan dukuh dibangun. Perbaikan jalan menjadi beton mempermudah transportasi di Desa Cibatok Satu sehingga akses terhadap daerah luar desa menjadi lebih mudah. Kendala dalam peminjaman dana selain telah diungkapkan diatas, kendala tersebut adalah dalam hal bantuan dana bergulir. Dimana dana bergulir tersebut mengalami kemacetan dikarenakan banyak peminjam yang tidak mengembalikan dana dan sebagian dana tersebut ada yang dipakai tidak sesuai dengan kesepakatan saat rapat. Menurut ASH hal itu menyebabkan kemacetan bagi peminjam pada perguliran berikutnya, sehingga responden mengaku kesulitan saat meminjam karena mereka mendapat pinjaman kadang telat dari yang telah di jadwalkan ASH. Wujud pelaksanaan dalam hal kesesuaian antara proporsi distribusi dana raksa desa dinilai sudah cukup sesuai. Alokasi dana program raksa desa ini adalah 60 persen yaitu sekitar 60 juta untuk dana modal bergulir dan 40 persennya yaitu 58 sekitar 40 juta untuk dana pembangunan infrastruktur. Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan ERK yang merupakan sekertaris Desa “ 60 persen untuk dana bergulir tadi, untuk yang 40 persen saya tau khan saya ikut rapatnya, 40 persen pada kenyataanya dipakai buat ibu- ibu sama bapak-bapak yang ga bisa baca untuk pemberantasan buta aksara tapi kalo program yang dulu ada beasiswa untuk siswa yang ga mampu langsung ke SPPnya kalo raksa desa ga ada beasiswa.” Kemudian beliau juga menambahkan “ Kesehatan khususnya ibu hamil dan balita bukan untuk posyandu uangnya tapi buat biaya operasi melahirkan, biaya rawat ibu dan anak.” Hal ini dikatakan cukup sesuai karena menurut para informan dan dengan melihat data sekunder berupa laporan akhir penggunaan dana dari program Raksa Desa, yang disusun oleh sarjana pendamping Babay Sofyan, Sag lihat lampiran 12, menunjukan bahwa dana tersebut sesuai dengan ketentuan yang ditentukan oleh buku petunjuk pelaksanaan teknis program Raksa Desa.

6.3. Ikhtisar

Dokumen yang terkait

Analisis Dampak Bantuan Program Penanggulangan Kemiskinan Terhadap Kehidupan Masyarakat Miskin Di Kota Medan (Studi Implementasi Program Bantuan Langsung Tunai/BLT Kecamatan Medan Belawan)

8 128 118

Evaluasi Program Bantuan Langsung Tunai di Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan

0 33 104

Hubungan Antara Karakteristik, Tingkat Pendapatan dan Interaksi Sosial pada paemuda Sirkulator ( Kasus Desa Cibatok II Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor Jawa Barat)

0 8 74

Analisis gender pada program embangunan pertanian (Kasus Program P4k Dan Slpht di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

0 9 89

Kajian pola dan struktur tata ruang perdesaan (studi kasus desa Cibatok satu, kecamatan Cibungbulang, kabupaten Bogor)

0 9 98

Tingkat Kelembagaan Makanan Pokok Non Beras pada Masyarakat Pedesaan (Kasus masyarakat Desa Cibatok Satu, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

0 5 258

Analisis Efektifitas Pelaksanaan Program Bantuan Langsung Tunai (BLT) di Kelurahan Ngadirejo Kecamatan Kartasura Halaman Awal

0 0 16

Analisis Dampak Bantuan Program Penanggulangan Kemiskinan Terhadap Kehidupan Masyarakat Miskin Di Kota Medan (Studi Implementasi Program Bantuan Langsung Tunai/BLT Kecamatan Medan Belawan)

0 0 34

Analisis Dampak Bantuan Program Penanggulangan Kemiskinan Terhadap Kehidupan Masyarakat Miskin Di Kota Medan (Studi Implementasi Program Bantuan Langsung Tunai/BLT Kecamatan Medan Belawan)

0 0 12

Evaluasi program bantuan langsung tunai [BLT] : studi kasus di Kecamatan Prembun Kabupaten Kebumen Jawa Tengah - USD Repository

0 2 134