BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1. Konsep dan Pengertian Kemiskinan
Pembangunan di Indonesia selama beberapa pelita sejak tahun 1969 sampai masa reformasi memfokuskan pada upaya pengentasan kemiskinan namun
sampai sekarang masalah kemiskinan masih perlu dituntaskan mengingat jumlah penduduk yang masih berada dalam garis kemiskinan cukup besar. Dari sejumlah
tulisan yang telah di ikhtisarkan, ternyata pengertian kemiskinan itu sendiri sering menjadi perdebatan.
Kemiskinan dapat merupakan kemiskinan absolut ataupun kemiskinan relatif. Kemiskinan dapat pula diartikan secara sempit maupun secara luas.
Namun intinya kemiskinan merupakan kondisi yang tidak memuaskan ataupun kondisi yang tidak diinginkan yang memiliki indikator-indikator penyebab ketidak
berdayaan. Menurut Bappenas 2002 sebagaimana dikutip oleh Yudhoyono dan Harniati 2004 kemiskinan adalah suatu situasi atau kondisi yang dialami
seseorang atau kelompok orang yang tidak mampu menyelenggarakan hidupnya sampai suatu taraf yang dianggap manusiawi. Menurut Sahdan konsep tentang
kemiskinan sangat beragam, mulai dari sekedar ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar dan memperbaiki keadaan, kurangnya kesempatan
berusaha, hingga pengertian yang lebih luas yang memasukkan aspek sosial dan moral. Misalnya, ada pendapat yang mengatakan bahwa kemiskinan terkait
dengan sikap, budaya hidup, dan lingkungan dalam suatu masyarakat. Berbagai
9
aspek yang menunjukkan kemiskinan menurut world Bank adalah kemiskinan tidak dapat membaca karena tidak mampu bersekolah, tidak memiliki pekerjaan,
takut dalam menghadapi masa depan, kehilangan anak akibat sakit karena serana kesehatan buruk. Word Bank dalam Mubyarto 2003 juga menyatakan bahwa
kemiskinan adalah ketidak berdayaan, terpinggirkan dan tidak memiliki rasa bebas.
Kemiskinan menurut BPS sebagaimana dikutip oleh komite penanggulangan kemiskinan adalah kondisi seseorang hanya dapat memenuhi
makannya kurang dari 2100 kalori per kapita per hari. Dalam ranah keluarga menurut BKKBN sebagaimana dikutip oleh Sugiono 2003 kemiskinan adalah
keluarga miskin prasejahtera jika tidak dapat melaksanakan ibadah menurut agamanya, tidak mampu makan dua kali sehari, tidak memiliki pakaian berbeda
untuk dirumah, bekerja dan berpergian, rumah berlantai tanah dan tidak mampu membawa keluarganya ke sarana kesehatan. Pengertian BKKBN diartikan lebih
lanjut menjadi keluarga miskin. Keluarga miskin menurut BKKBN adalah paling kurang satu kali seminggu keluarga makan dagingtelurikan, satu tahun sekali
anggota keluarga memperoleh pakaian baru, luas lantai rumah paling kurang 8 meter
2
untuk tiap penghuni. Sedangkan keluarga miskin menurut World Bank adalah kepala keluarga tidak dapat mencapai penghasilan US 1 per hari.
Kemiskinan memiliki beberapa pengertian dan kondisi di dalamnya sesuai dengan tingkatan dan jenisnya. Masyarakat miskin dapat dilihat pada berbagai
aspek berikut; 1. Miskin secara politik, mereka yang tidak memiliki akses ke
pengambilan keputusan yang menyangkut hidup mereka politik
10
2. Secara sosial, tersingkir dari institusi masyarakat yang ada 3. Secara ekonomi, rendahnya kualitas SDM termasuk kesehatan,
pendidikan, keterampilan yang berdampak kepada penghasilan 4. Secara budaya dan tata nilai, terperangkap dalam budaya rendahnya
kualitas SDM seperti rendahnya etos kerja, berpikir pendek dalam fatalism budaya dan nilai
5. Secara lingkungan hidup, rendahnya pemilikan asset fisik termasuk asset lingkungan hidup seperti air bersih dan penerangan
2.2. Peranan Pemerintah Dalam Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia