Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan di Indonesia

beli masyarakat miskin di pedesaan dan menggerakkan kembali ekonomi rakyat serta meningkatkan fungsi sarana dan prasarana social. Program layanan kesehatan, terdiri dari program-program sebagai berikut; pelayanan kesehatan bagi yang tidak mampu berdasarkan perhitungan hari rawat inap kelas III, pelayanan sosial berupa penetapan alokasi berdasarkan jumlah anak dan lansia terlantar serta penyandang cacat, obat generik , dan pengadaan vaksin- vaksin untuk mencegah virus dalam tingkat nasional. Adapun program lainnya adalah program subsidi angkutan umum yaitu pengurangan ongkos anggkutan umum dalam kendaraan laut dan darat, program penyediaan sarana air bersih di perkotaan yang disebabkan kesulitan mata air karena sulitnya mendapat air tanah karena semua lahan telah dikonversi. Program penyediaan dana bergulir dan terakhir dari program penyelamatan adalah program pemberdayaan masyarakat pesisir. Kemudian pemerintah juga menerapkan proyek pemukiman dengan meningkatkan kualitas pemukiman diperkotaan, membuka lahan baru untuk menampung masyarakat miskin, membuka lapangan kerja di dalamnya serta membangun konstruksi sarana dan prasarana perkotaan.

2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan di Indonesia

Faktor-faktor utama yang menyebabkan kemiskinan menurut Bank Dunia adalah kepemilikan tanah dan modal yang terbatas, terbatasnya sarana dan prasarana yang dibutuhkan, pembangunan yang bias kota, perbedaan kesempatan di antara anggota masyarakat, perbedaan sumber daya manusia dan sektor ekonomi, rendahnya produktivitas, budaya hidup yang jelek, tata pemerintahan yang buruk, dan pengelolaan sumber daya alam yang berlebihan. 14 Menurut Sugiono 1999 indikator kemiskinan di Indonesia dari segi rumah tangga dapat dilihat dari beberapa ukuran. Pertama, ukuran banyaknya anggota rumah tangga, menurut penelitian penulis semakin besar ukuran banyaknya anggota rumah tangga dari suatu rumah tangga semakin besar pula perentase rumah tangga miskinnya maka sangat wajar pemerintah menekankan program Keluarga Berencana sehingga mengurangi kemiskinan tak lain salah satunya adalah menggendalikan laju pertumbuhan. Penyebab yang kedua adalah jenis kelamin rumah tangga, dimana menunjukkan dengan kepala rumah tangga seorang laki-laki cenderung memiliki tigkat kemiskinan lebih tinggi dibandingkan dengan rumah tangga dengan kepala rumah tangganya seorang perempuan. Fenomena tersebut wajar karena status social perempuan telah berubah fungsi dari status istri menjadi status kepala rumah tangga yang bias terjadi karena berbagai sebab misalnya cerai atau tidak menikah. Ketiga, status perkawianan kepala rumah tangga, rumah tangga yang berstatus kawin memiliki tingkat kemiskinan yang lebih tinggi dibandingkan dengan rumah tangga yang berstatus belum kawin atau cerai. Hal ini karena dalam status single maka biaya hidupnya berkurang sedangkan kepala rumah tangga yang cerai atau janda biasanya biaya hidup lebih banyak di topang oleh anaknya. Dalam hubungan ini dapat diajukan pertanyaan bila status single kepala rumah tangga cerai, apakah tidak akan maka akan kesulitan mencari nafkah dan mengurus rumah tangga jika mereka single parent?. Keempat adalah usia kepala rumah tangga, dimana tingkat kemiskinan dinyatakan oleh penulis bahwa usia tua lebih rendah tingkat kemiskinannya 15 dibanding usia muda, dimungkinkan karena usia muda banyak terjadi pengangguran. Disamping itu kemiskinan tertinggi di raih oleh usia mapan, kemungkinan ini karena adanya imbas PHK, karyawan-karyawan saat krisis ekonomi sehingga usia mapan yang telah memiliki keluarga inti lebih dari dua orang akan kesulitan. Kelima adalah pengaruh sektor usaha kepala rumah tangga. Penulis mengkategorikan dengan usaha serabutan, pertanian, perdagangan dan industri, transportasi dan jasa lainnya. Dapat di duga lemahnya pertanian di Indonesia membuat para kepala rumah tangga yang bekerja sebagai petani adalah rumah tangga yang tingkat kemiskinannya paling tinggi tercatat 23,4 persen, sedangkan pada industri sekitar 13 persen dan transportasi sekitar 11,6 persen. Yang terakhir adalah tingkat pendidikan tertinggi yang dicapai oleh seorang kepala rumah tangga, dalam penelitian penulis dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan kepala rumah tangga sangat menentukan tingkat kemiskinan rumah tangga yaitu semakin rendahnya jenjang pendidikan yang ditamatkan kepala rumah tangga, maka persentase kemiskinan rumah tangganya semakin besar. Maka wajar pula jika pemerintah mewajibkan pendidikan belajar sembilan tahun. Variabel-variabel yang berpengaruh terhadap kemiskinan daerah beragam. Misalnya untuk kasus propinsi Jawa tengah dan Jawa Timur masing-masing dianalisis 14 variabel yang meliputi kepadatan penduduk, tingkat pengangguran, realisasi ipeda, luas tanah pertanian, tanah rusak, luas panen bahan makanan, jumlah pemilik tanah, nilai ternak, panjang dan lebar jalan kendaraan roda empat, rumah permanen dan semi permanen dan jumlah anak per kepala keluarga, tanah pertanian rakyat, jumlah anak per penduduk Direktorat Tata Guna Tanah Dirjen 16 Agraria Departemen Dalam Negeri sebagai mana dikutip Rusli et al. 2002. Daerah miskin diklasifikasikan sebagai berikut; 1. Miskin sekali, daerah-daerah yang pendapatan perkapita penduduknya dibawah 75 persen dari kebutuhan hidup minimum 2. Miskin adalah daerah-daerah yang pendapatan perkapita penduduknya 25 persen kurang, tepat di garis kemiskinan atau 25 persen lebih dari pada kebutuhan hidup minimum 3. Hampir miskin adalah daerah-daerah yang pendapatan perkapita penduduknya 25 persen lebih dari pada kebutuhan hidup minimum sampai mencapai kebutuhan hidup sekunder 200 persen 4. Tidak miskin adalah daerah-daerah yang pendapatan perkapita penduduknya melebihi kebutuhan hidup sekunder. Faktor utama kemiskinan di Indonesia menurut BPS 2004 dalam Sahdan 2005 adalah; 1 terbatasnya kecukupan dan mutu pangan; 2 terbatasnya akses dan rendahnya mutu layanan kesehatan; 3 terbatasnya akses dan rendahnya mutu layanan pendidikan; 4 terbatasnya kesempatan kerja dan berusaha; 5 lemahnya perlindungan terhadap aset usaha, dan perbedaan upah; 6 terbatasnya akses layanan perumahan dan sanitasi; 7 terbatasnya akses terhadap air bersih; 8 lemahnya kepastian kepemilikan dan penguasaan tanah; 9 memburuknya kondisi lingkungan hidup dan sumberdaya alam, serta terbatasnya akses masyarakat terhadap sumber daya alam; 10 lemahnya jaminan rasa aman; 11 lemahnya partisipasi; 12 besarnya beban kependudukan yang disebabkan oleh besarnya tanggungan keluarga; 13 tata kelola pemerintahan yang buruk yang 17 menyebabkan inefisiensi dan inefektivitas dalam pelayanan publik, meluasnya korupsi dan rendahnya jaminan sosial terhadap masyarakat. Kenyataan menunjukkan bahwa kemiskinan tidak bisa didefinisikan secara sederhana, karena tidak hanya berhubungan dengan kemampuan memenuhi kebutuhan material, tetapi juga sangat berkaitan dengan dimensi kehidupan manusia yang lain. Karenanya, kemiskinan hanya dapat ditanggulangi apabila dimensi-dimensi lain itu diperhitungkan. Menurut Bank Dunia 2003, penyebab dasar kemiskinan adalah: 1 Kegagalan kepemilikan terutama tanah dan modal; 2 Terbatasnya ketersediaan bahan kebutuhan dasar, sarana dan prasarana; 3 Kebijakan pembangunan yang bias perkotaan dan bias sektor; 4Adanya perbedaan kesempatan di antara anggota masyarakat dan sistem yang kurang mendukung; 5 Adanya perbedaan sumber daya manusia dan perbedaan antara sektor ekonomi ekonomi tradisional versus ekonomi modern; 6 Rendahnya produktivitas dan tingkat pembentukan modal dalam masyarakat; 7 Budaya hidup yang dikaitkan dengan kemampuan seseorang mengelola sumber daya alam dan lingkunganya; 8 Tidak adanya tata pemerintahan yang bersih dan baik good governance ; 9 Pengelolaan sumber daya alam yang berlebihan dan tidak berwawasan lingkungan.

2.4. Program Bantuan Langsung Tunai BLT

Dokumen yang terkait

Analisis Dampak Bantuan Program Penanggulangan Kemiskinan Terhadap Kehidupan Masyarakat Miskin Di Kota Medan (Studi Implementasi Program Bantuan Langsung Tunai/BLT Kecamatan Medan Belawan)

8 128 118

Evaluasi Program Bantuan Langsung Tunai di Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan

0 33 104

Hubungan Antara Karakteristik, Tingkat Pendapatan dan Interaksi Sosial pada paemuda Sirkulator ( Kasus Desa Cibatok II Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor Jawa Barat)

0 8 74

Analisis gender pada program embangunan pertanian (Kasus Program P4k Dan Slpht di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

0 9 89

Kajian pola dan struktur tata ruang perdesaan (studi kasus desa Cibatok satu, kecamatan Cibungbulang, kabupaten Bogor)

0 9 98

Tingkat Kelembagaan Makanan Pokok Non Beras pada Masyarakat Pedesaan (Kasus masyarakat Desa Cibatok Satu, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

0 5 258

Analisis Efektifitas Pelaksanaan Program Bantuan Langsung Tunai (BLT) di Kelurahan Ngadirejo Kecamatan Kartasura Halaman Awal

0 0 16

Analisis Dampak Bantuan Program Penanggulangan Kemiskinan Terhadap Kehidupan Masyarakat Miskin Di Kota Medan (Studi Implementasi Program Bantuan Langsung Tunai/BLT Kecamatan Medan Belawan)

0 0 34

Analisis Dampak Bantuan Program Penanggulangan Kemiskinan Terhadap Kehidupan Masyarakat Miskin Di Kota Medan (Studi Implementasi Program Bantuan Langsung Tunai/BLT Kecamatan Medan Belawan)

0 0 12

Evaluasi program bantuan langsung tunai [BLT] : studi kasus di Kecamatan Prembun Kabupaten Kebumen Jawa Tengah - USD Repository

0 2 134