Pembinaan tersebut sangat mendukung keberhasilan usaha dari nasabah yang akhirnya memperlancar pelunasan kredit. Jadi, kegiatan pembinaan ini juga
dimaksudkan agar pihak bank tidak mengalami kerugian karena adanya kredit bermasalah atau macet.
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional
Penyaluran kredit oleh BRI melalui Kupedes yang dioperasikan di tingkat unit diharapkan mampu membantu masyarakat pedesaan yang membutuhkan
bantuan modal baik dalam menjalankan usaha maupun untuk memenuhi kebutuhannya. Akses Kupedes oleh UMKM ini dapat memperlancar dan
meningkatkan produktivitas usahanya. Salah satu cerminan peningkatan produktivitas ini adalah peningkatan pendapatan yang diterima pelaku UMKM
setelah memperoleh kredit. Selain itu, kredit ini dapat mengembangkan UMKM sehingga dapat menyerap tenaga kerja lebih banyak lagi. Secara umum, bantuan
kredit Kupedes yang dimanfaatkan dengan benar dapat meningkatkan kemakmuran masyarakat pedesaaan. Hal tersebut merupakan salah satu tolak ukur
keberhasilan penyaluran Kupedes oleh BRI. Disamping keberhasilan yang diharapkan dari penyaluran Kupedes ini,
permasalahan seringkali timbul yaitu keterhambatan pengembalianpelunasan kredit yang dipengaruhi oleh faktor-faktor dari sisi nasabah. Pengembalian kredit
bermasalah atau menunggak akan merugiakan pihak bank, modal bank menjadi beku dan menurun serta berkurangnya pendapatan yang semestinya diperoleh dari
hasil pemberian kredit. Untuk itu penelitian mengenai kelancaran pengembalian
kredit ini perlu dilaksanakan khususnya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Pengembalian kredit Kupedes ini digolongkan lancar apabila pembayaran angsuran dan bunga dilakukan tepat waktu dan pelunasan kredit tidak
mengalami penundaan berdasarkan perjanjian. Sedangkan kredit digolongkan tidak lancar menunggak dalam pengembaliannya jika pembayaran angsuran dan
bunga mengalami penundaan dari waktu yang diperjanjikan. Pengembalian kredit yang tidak lancar menunggak ini digolongkan lagi ke dalam lima
tingkatanstatus oleh BRI yaitu 1 DPK dalam pengawasan khusus, status ini diberikan pada debitur yang menunda pembayaran angsuran Kupedes selama satu
minggu hingga 60 hari dari tanggal yang ditentukan. 2 Kurang lancar, yaitu pembayaran angsuran oleh debitur sedikit terhambat karena ada kecenderungan
usaha nasabah mulai mengalami kesulitan, namun tingkat kesulitan tersebut masih tergolong ringan dan menyangkut salah satu aspek usaha saja. Status ini diberikan
pada debitur yang menunggak pembayaran angsuran Kupedes selama lebih dari 60 hari hingga 90 hari. 3 Meragukan, terhambatnya pengembalian kredit
diindikasikan dengan kemerosotan yang tajam dalam usahanya dan biasanya permasalahan yang terjadi mencakup berbagai aspek usaha. Status ini diberikan
pada debitur yang menunggak selama lebih dari 90 hari hingga 120 hari. 4 Macet, status ini dikenakan kepada debitur yang tidak dapat membayar angsuran
dan bunga kredit dalam jangka waktu yang lama antara lebih dari 120 hari hingga 270 hari. 5 Pengembalian kredit yang termasuk dalam datar hitam DH yaitu
debitur yang benar-benar sudah tidak mampu membayar pelunasan kredit karena usahanya sudah bangkrut dan kemungkinan asetnya tidak dapat dicairkan atau
tidak ada sama sekali dan batasan seorang nasabah dimasukkan ke dalam daftar hitam DH adalah ketika pelunasan kreditnya mengalami penundaan lebih dari
270 hari. Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi tingkat kelancaran
pengembalian kredit Kupedes dan membedakan kelompok debitur yang tergolong lancar dan menunggak dalam pengembalian kredit tersebut diduga
terdiri faktor usia, jenis kelamin sebagai variabel dummy, tingkat pendidikan dan jumlah tanggungan dalam keluarga yang merupakan karakteristik personal.
Sedangkan karakteristik usaha yang diduga berpengaruh terhadap kelancaran pengembalian Kupedes meliputi pendapatanomzet usaha dan lama usaha. Selain
itu, karakteristik kredit meliputi nilai plafond kredit, jangka waktu pengembalian dan frekuensi peminjaman. Pemilihan semua faktorvariabel yang diduga
berpengaruh terhadap tingkat pengembalian kredit tersebut berdasarkan hasil diskusi dengan pihak manajemen yang menangani bidang perkreditan dan kepala
BRI unit Cigudeg serta didukung oleh referensi dari penelitian sebelumnyaterdahulu.
Secara terinci mengenai pengaruh yang diduga berasal dari ketiga karakteristik tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Karakteristik personal
Usia diduga berpengaruh positif terhadap kelancaran pengembalian kredit. Semakin tinggi usia debitur maka kematangan berpikir dan kebijaksanaan dalam
bertindak semakin baik dan kemampuan pengelolaan usaha semakin baik pula sehingga peluang penunggakan pengembalian kredit semakin kecil, dengan kata
lain pengembalian kredit diharapkan lebih lancar.
Jenis kelamin, wanita diduga memiliki peluang pengembalian kredit dengan lancar lebih besar daripada pria karena diduga bahwa wanita memiliki
loyalitas yang lebih besar dan lebih mampu menjaga kepercayaan yang diberikan bank dalam memenuhi kewajiban angsuran kredit Kupedes BRI unit Cigudeg
dibandingkan pria. Tingkat pendidikan diduga bepengaruh negatif terhadap kelancaran
pengembalian kredit karena berdasarkan penuturan dari pihak manajemen yang menangani kredit di BRI unit Cigudeg, semakin tinggi tingkat pendidikan debitur
maka mereka akan semakin berani dalam melakukan penunggakan pengembalian kredit.
Jumlah tanggungan dalam keluarga diduga berpengaruh negatif dalam kelancaran pengembalian kredit. Asumsinya, semakin banyak tanggungan dalam
keluarga maka semakin besar pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari sehingga menghabiskan sejumlah besar proporsi
pendapatannya. Hal ini menyebabkan adanya peluang ketidakmampuan debitur yang memiliki jumlah tanggungan keluarga banyak dalam pengembalian kredit.
2. Karakteristik usaha
Pendapatanomzet usaha debitur diduga berpengaruh positif terhadap kelancaran pengembalian kredit karena semakin besar pendapatan usaha maka
kemampuan membayar angsuran dan beban bunga semakin besar sehingga peluang pengembalian kredit secara lancar juga semakin besar.
Lama usaha debitur diduga berpengaruh positif terhadap kelancaran pengembalian kredit karena pengalaman usaha yang semakin lama dapat
meningkatkan pemahaman dan kemampuan dalam mengelola usaha sehingga
mendukung keberhasilan usaha yang digeluti. Keberhasilan usaha tersebut dapat menjamin perolehan pendapatankeuntungan sebagai sumber biaya hidup dan
memberikan peluang kemampuan pengembalian kredit secara lancar. 3.
Karakteristik kredit Nilai plafond kredit diduga berpengaruh negatif terhadap kelancaran
pengembalian kredit karena semakin besar nilai plafond kredit yang diterima akan memperbesar beban angsuran dan bunga yang harus dibayar debitur sehingga
menurunkan peluang pengembalian kredit secara lancar. Jangka waktu pengembalian kredit diduga berpengaruh positif terhadap
kelancaran pengembalian kredit, asumsinya semakin lama jangka waktu pengembalian kredit maka tanggungan angsuran semakin kecil sehingga beban
debitur dalam pelunasan kredit menjadi lebih ringan dibandingkan dengan jangka waktu yang lebih cepat dengan besar pinjaman yang sama. Jadi semakin panjang
jangka waktu pelunasan kredit maka semakin berpeluang bagi nasabah untuk mengembalikan kredit dengan baiklancar.
Frekuensi peminjaman diduga berpengaruh positif dalam kelancaran pengembalian kredit karena debitur yang telah berpengalaman meminjam kredit
sebelumnya atau dengan kata lain semakin sering debitur memperoleh pinjaman kredit sebelumnya menunjukkan bahwa kredibilitas debitur tersebut tidak
diragukan lagi dalam memenuhi angsuran kredit sehingga pihak bank juga tidak ragu dalam memberikan pinjaman kembali.
Semua karakteristik di atas diperkirakan memiliki pengaruh yang nyata terhadap perbedaan tingkat kelancaran pengembalian kredit Kupedes sehingga
pihak bank BRI perlu memperhatikan karakteristik nasabah dalam mengabulkan
suatu permohonan kredit. Kebijakan mengenai penyaluran Kupedes perlu direncanakan dan ditetapkan dengan baik agar hal itu dapat menjadi simbiosis
mutualisme bagi debitur dan pihak BRI. Di lain sisi pihak debitur merasa diuntungkan dengan adanya bantuan modal dalam menyokong keberhasilan
usahanya dan di sisi lain, pihak BRI memperoleh keuntungan dari pendapatan bunga kredit yang diberikan dan pengembalian kredit dari debitur berjalan lancar
tanpa adanya kasus penunggakan apalagi kemacetan. BRI tidak hanya berharap dan berupaya menekan angka kredit bermasalah,
tapi juga berupaya untuk sebisa mungkin penyaluran Kupedes dapat mencapai tujuan yang diharapkan yaitu dimanfaatkan sebaik-baiknya dalam rangka
meningkatakan produktivitas dan pengembangan usaha rakyat kecil UMKM di pedesaan. Untuk menjamin bahwa kredit yang diberikan kepada debitur
dimanfaatkan sebagaimana mestinya, pihak BRI juga melakukan pengawasan kepada debitur tersebut khususnya menyangkut aktivitas usaha debitur.
Kerangka pemikiran operasional yang telah diuraikan di atas dapat digambarkan dalam bagan berikut ini:
Gambar 5 . Kerangka Pemikiran Operasional
BRI Unit Cigudeg
UMKM
Tingkat Pengembalian kredit Kupedes
Bahan evaluasi dan pertimbangan dalam penyusunan strategi dan kebijakan kredit Kupedes BRI Unit
Cigudeg pada masa mendatang Analisis Kualitatif Deskriptif
Analisis Kuantitatif Regresi Logistik dan Korelasi
Karakteristik kredit Nilai plafond kredit
Jangka waktu pengembalian
Frekuensi peminjaman kredit
BRI Cabang Bogor
Karakteristik usaha Pendapatanomzet
usaha Lama usaha
Karakteristik personal
Usia Jenis kelamin
Tingkat
pendidikan Jumlah
tanggungan dalam keluarga
Menunggak Lancar
Penunggakan Kredit Kredit Bermasalah
Output: Karakteristik debitur yang lancar dan menunggak dalam mengembalikan
kredit Deskriptif Faktor-faktor yang secara nyata mempengaruhi dan memiliki keterkaitan
terhadap tingkat pengembalian kredit Regresi Logistik dan Korelasi
IV. METODE PENELITIAN 4.1.