Lemeshow. Nilai uji chi-square dari ketiga metode tersebut masing-masing
57,2975; 67,8185 dan 10,1839 dengan p-value masing-masing sebesar 0,390; 0,115 dan 0,252. Nilai p-value dari ketiga metode tersebut menunjukkan lebih
besar dari taraf nyata α = 0,050 sehingga keputusannya adalah menerima H
yang menyatakan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara nilai obervasi dengan nilai prediksi dari model. Artinya, model tersebut cukup layakbaik dalam
memprediksi faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap tingkat kelancaran pengembalian kredit.
Pengujian yang lebih spesifik difokuskan pada signifikansi masing-masing variabel prediktor dalam mempengaruhi variabel respon secara individu dengan
menggunakan nilai uji statistik Z. Nilai statistik Z dari masing-masing variabel prediktor dengan p-value yang lebih kecil dari taraf nyata
α = 0,050 menunjukkan cukup bukti untuk menolak H
bahwa variabel tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap variabel respon, dengan kata lain akan menerima H
1
bahwa variabel tersebut cukup signifikan dalam mempengaruhi variabel respon tingkat kelancaran pengembalian kredit.
5.3.1. Analisis Pengaruh Karakteristik Personal terhadap Tingkat
Pengembalian Kredit
Karakteristik personal yang diduga berpengaruh terhadap tingkat pengembalian kredit Kupedes terdiri dari faktorvariabel usia, jenis kelamin,
tingkat pendidikan dan jumlah tanggungan dalam keluarga. Berdasarkan output hasil olahan Minitab, pengaruh masing-masing variabel tersebut diuraikan sebagai
berikut:
a Usia
Usia merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tindakan dan kematangan berpikir seseorang. Semakin tinggi usia seseorang maka pengalaman
hidupnya semakin bertambah dan pada umumnya usia seseorang yang semakin dewasa tersebut semakin menjadikan dirinya lebih bijak dalam menentukan sikap
sehingga usia diduga akan berpengaruh positif terhadap kemampuan pengelolaan usaha dan kemauan memenuhi kewajiban angsuran kredit.
Nilai uji statistik Z dari variabel usia sebesar -1,07 dengan p-value 0,286 p-value
α. Hal tersebut menunjukkan bahwa variabel usia tidak berpengaruh nyata terhadap kelancaran pengembalian kredit. Jika dikaitkan dengan hasil
analisis deskriptif sebelumnya, hasil analisis regresi ini cukup berbeda dimana berdasarkan analisis deskriptif sebaran usia debitur reponden antara yang lancar
dan menunggak berbeda yaitu sebagian besar responden yang lancar memiliki usia antara 25 hingga 44 tahun, sedangkan yang menunggak memiliki usia antara
35 hingga 54 tahun. Nilai koefisien variabel usia yang bertanda negatif menunjukkan bahwa
variabel tersebut berpengaruh negatif terhadap tingkat kelancaran pengembalian kredit semakin tinggi usia maka peluang mengembalikan kredit dengan lancar
semakin kecil. Nilai odds ratio sebesar 0,96 mempunyai arti bahwa kenaikan usia satu
satuan satu tahun menyebabkan penurunan peluang menjadi 0,96 kali dari semula sebelum peningkatan usia dalam mengembalikan kredit secara lancar.
Seorang debitur dengan usia lebih tinggi satu tahun daripada debitur lain akan berpeluang lebih kecil dalam mengembalikan kredit secara lancar yaitu
peluangnya menjadi 0,96 kali dari peluang debitur yang lebih muda satu tahun tersebut.
b Jenis Kelamin
Seorang wanita umumnya memiliki perasaan yang lebih sensitif dibanding pria sehingga diduga bahwa wanita lebih besar perasaan malunya dibanding pria
ketika melakukan hal-hal yang kurang baik. Hal ini menjadikan alasan untuk menduga bahwa seorang wanita kemungkinan besar memiliki loyalitas dan
mampu menjaga kepercayaan yang diberikan kepadanya khususnya dalam kesungguhan membayar angsuran kredit.
Sebagai variabel dummy, jenis kelamin diberi nilai 1 atau 0. Berdasarkan pengalaman di lapang yang membuat penulis menduga bahwa wanita lebih loyal
dan dapat menjaga kepercayaan yang diberikan pihak bank dalam hal memenuhi kewajiban angsuran kredit sehingga variabel dummy ini diberi nilai 1 untuk jenis
kelamin wanita yang artinya mendukung kelancaran pengembalian kredit dan diberi nilai 0 untuk jenis kelamin pria.
Berdasarkan output hasil olahan, ternyata variabel dummy ini tidak memiliki pengaruh yang nyata dalam kelancaran pengembalian kredit. Hal ini
ditunjukkan dengan p-value dari statistik Z yang lebih besar dari taraf nyata α =
0,050 yaitu sebesar 0,898. Kesimpulan ini didukung oleh hasil analisis deskriptif sebelumnya bahwa sebagian besar debitur baik yang lancar ataupun menunggak
adalah pria sehingga tidak ada perbedaan jenis kelamin dari sebagian besar debitur dari masing-masing kategori pengembalian kredit tersebut.
Koefisien variabel ini positif yang artinya jenis kelamin wanita bernilai 1 berbanding positif dalam mendukung kelancaran pengembalian kredit sebagai
variabel respon. Nilai odds ratio sebesar 1,09 mengartikan bahwa wanita berpeluang lebih besar 1,09 kali dalam mengembalikan kredit secara lancar
dibandingkan pria.
c Tingkat pendidikan
Idealnya, tingkat pendidikan menunjukkan kepribadian dan sikap seseorang sehari-hari. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka
wawasan dan pengetahunnya semakin luas serta akan lebih bijak dan rasional dalam bertindak. Sebab itu, tingkat pendidikan ini diharapkan berpengaruh positif
terhadap kemampuan mengelola usaha dan memenuhi tanggung jawab termasuk dalam memenuhi angsuran kredit.
Namun berdasarkan hasil diskusi dengan petugas bagian kredit di BRI unit Cigudeg, tidak jarang debitur dengan pendidikan yang lebih tinggi lebih
berani dalam melakukan penunggakan pengembalian kredit. Sedangkan debitur dengan pendidikan lebih rendah umumnya memiliki rasa takut yang besar dan
perasaan mereka yang merasa dirinya inferior sering menjadi hambatan untuk melakukan penunggakan.
Tingkat pendidikan yang diduga berpengaruh terhadap tingkat kelancaran pengembalian kredit ternyata memberikan hasil yang berbeda. Nilai satistik Z
sebesar -1,34 memiliki p-value sebesar 0,181 yang lebih besar daripada α 0,050
mengindikasikan bahwa variabel tingkat pendidikan tidak berpengaruh nyata terhadap kelancaran pengembalian kredit. Kesimpulan ini agak berbeda dengan
hasil analisis deskriptif bahwa sedikit terdapat perbedaan tingkat pendidikan dari sebagian besar respponden antara yang lancar dan menunggak yaitu responden
yang tergolong menunggak cenderung memiliki pendidikan yang sedikit lebih tinggi yaitu SD hingga SMP dibandingkan responden yang tergolong lancar yang
sebagian besar berpendidikan SD. Koefisien variabel tersebut yang negatif menunjukkan bahwa tingkat
pendidikan memiliki hubungan yang negatif dengan tingkat kelancaran pengembalian kredit. Semakin tinggi tingkat pendidikan debitur maka peluang
mengembalikan kredit dengan lancar semakin kecil. Nilai odds ratio sebesar 0,85 artinya bahwa peningkatan pendidikan satu
satuan satu tahun mengurangi peluang lancarnya pengembalian kredit menjadi 0,85 kali. Seorang debitur dengan tingkat pendidikan lebih tinggi satu tahun dari
pada debitur lain mengurangi peluang pegembalian kredit secara lancar menjadi 0,85 kali dari peluang debitur yang tingkat pendidikannya lebih rendah satu tahun
tersebut.
d Jumlah Tanggungan dalam Keluarga
Ukuran keluarga seseorang biasanya menentukan besarnya pengeluaran hidup sehari-hari karena semakin besar jumlah tanggungan dalam keluarga
kebutuhan hidup yang harus dipenuhi juga semakin banyak, meskipun hal tersebut juga tergantung dari gaya hidup masing-masing keluarga yang terkadang ada
keluarga yang cenderung boros dan bergaya hidup mewah dan ada pula keluarga yang menerapkan pola hidup hemat. Jumlah tanggungan dalam keluarga tersebut
diduga mempengaruhi kemampuan seseorang dalam membayar angsuran kredit
karena kewajiban tersebut biasanya terpenuhi setelah semua kebutuhan dalam keluarga terpenuhi.
Nilai uji statistik Z dari variabel jumlah tanggungan dalam keluarga sebesar 1,20 dengan p-value 0,231 yang lebih besar daripada
α 0,050. Hal tersebut menunjukkan bahwa jumlah tanggungan dalam keluarga tidak
berpengaruh nyata terhadap kelancaran pengembalian kredit. Berbeda dengan hasil analisis deskriptif bahwa terdapat perbedaan jumlah tanggungan keluarga
sebagian besar debitur antara yang lancar dan menunggak yaitu debitur yang tergolong lancar dalam mengembalikan kredit sebagian besar memiliki jumlah
tanggungan keluarga sebanyak tiga hingga lima orang, orang sedangkan debitur yang menunggak sebagian besar memiliki jumlah tanggungan keluarga tiga
hingga empat orang. Nilai koefisien variabel ini bertanda positif artinya bahwa jumlah
tanggungan dalam keluarga ini berpengaruh positif terhadap tingkat kelancaran pengembalian kredit. Semakin banyak jumlah tanggungan keluarga debitur maka
peluang untuk mengembalikan kredit dengan lancar semakin besar. Nilai
odds ratio sebesar 1,27 artinya terjadi peningkatan peluang
pengembalian kredit secara lancar menjadi 1,27 kali jika jumlah tanggungan dalam keluarga bertambah satu satuan satu orang. Jika seorang debitur memiliki
tanggungan keluarga lebih banyak satu orang dibandingkan dengan debitur lain maka peluangnya untuk mengembalikan kredit dengan lancar menjadi 1,27 kali
dari peluang debitur yang jumlah tanggungan keluarganya lebih sedikit tersebut.
5.3.2. Analisis Pengaruh Karakteristik Usaha terhadap Tingkat