Tujuan dan Fungsi Kredit Jenis-Jenis Kredit

mempunyai masalah dalam pengembaliannya, sedangkan resiko yang mungkin ditanggung oleh debitur adalah jika ia tidak mampu membayar lunas kredit yang ia terima sesuai dengan perjanjian jatuh tempo maka debitur dapat dituntut dan akan kehilangan agunan yang menjadi jaminan dalam pemberian kredit. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan unsur-unsur yang terdapat dalam kredit yaitu: 1. Kepercayaan, keyakinan dari si pemberi kredit bahwa prestasi yang diberikan, baik dalam bentuk uang, barang, ataupun jasa akan benar-benar diterimanya kembali dalm jangka waktu tertentu di masa yang akan datang. 2. Waktu, yaitu masa yang memisahkan antara pemberian prestasi dan kontraprestasi yang diterima pada masa yang akan datang. Dalam hal ini terkandung nilai waktu dari uang yang mencerminkan sejumlah uang dengan nominal tertentu nilainya akan lebih besar pada waktu sekarang dibandingkan dengan nilai pada waktu yang akan datang. 3. Degree of risk, yaitu tingkat resiko yang dihadapi akibat jangka waktu yang memisahkan antara pemberian prestasi dan kontraprestasi yang akan diterima di masa yang akan datang. Semakin lama jarak waktu tersebut maka tingkat resikonya semakin tinggi. Adanya resiko inilah yang menimbulkan perlunya jaminan dalam pemberian kredit.

2.3. Tujuan dan Fungsi Kredit

Pemberian kredit khususnya oleh bank sebagai lembaga keuangan formal memiliki tujuan dan fungsi. Tujuan pemberian kredit yaitu Simorangkir, 2004: 1. Turut menyukseskan program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan. 2. Meningkatkan aktivitas perusahaan agar dapat menjalankan fungsinya guna menjamin kebutuhan masyarakat. 3. Memperoleh laba agar kelangsungan hidup perusahaan terjamin dan dapat memperluas usahanya. Tujuan di atas mencerminkan bahwa peranan kredit tidak semata-mata menguntungkan pihak kreditur maupun debitur, tapi juga bermanfaat bagi masyarakat luas. Adapun fungsi kredit perbankan dalam perekonomian dan perdagangan di antaranya: ƒ Kredit pada hakikatnya dapat meningkatkan daya guna uang. ƒ Meningkatkan lalu lintas peredaran uang. ƒ Meningkatkan daya guna dan peredaran barang. ƒ Kredit sebagai salah satu instrumen stabilitas ekonomi. ƒ Meningkatkan kegairahan usaha. ƒ Meningkatkan pemerataan pendapatan. ƒ Kredit merupakan alat untuk meningkatkan hubungan internasional.

2.4. Jenis-Jenis Kredit

Adapun jenis-jenis kredit dibedakan berdasarkan kriteria dan macamnya yaitu menurut tujuan dan jangka waktunya. Menurut tujuannya, kredit digolongkan menjadi kredit konsumtif dan kredit produktif. Kredit konsumtif adalah kredit yang tujuan utamanya untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, sedangkan kredit produktif adalah kredit yang bertujuan untuk mendukung pelaksanaan kegiatan-kegiatan produksi. Hal ini menjelaskan bahwa kredit konsumtif lebih ditujukan pada penggunaan manfaat suatu barang atau jasa sedangkan kredit produktif lebih menekankan pada penciptaan manfaat dari suatu barang atau jasa. Menurut waktunya, kredit dibedakan menjadi kredit jangka pendek, kredit jangka menengah dan kredit jangka panjang. Perbedaan jenis kredit ini pada jangka waktu pengembalian kredit jatuh tempo. Simorangkir dalam Pengantar Lembaga Keuangan Bank dan NonBank, 2004 mengklasifikasikan jenis-jenis kredit yaitu: 1. Kredit Rekening Koran Bebas. Pemberian kredit kepada nasabah debitur dimana nasabah dapat menariknya sesuai keinginan dan tidak melebihi fasilitas kredit yang diberikan. Fasilitas kredit dalam hal ini adalah jumlah maksimum kredit yang disediakan oleh bank bagi nasabah sebagaimana tercantum dalam akad kredit yang bersangkutan. 2. Kredit Rekening Koran Terbatas. Kredit ini diberikan kepada nasabah dengan dibatasi sejumlah tertentu dalam menarik uang melalui rekeningnya. Nasabah tidak diizinkan untuk menarik fasilitas kredit sekaligus, tapi bertahap sesuai dengan kebutuhannya. 3. Revolving Credit. Disebut juga kredit berputar dimana penarikan kredit jenis ini sama dngan penarikan jenis kredit rekening koran bertahap. Jika jumlah kredit pada suatu saat berkurang maka secara otomatis jumlah kredit pada saat berikutnya ditambah dengan sejumlah kredit yang berkurang sehingga jumlah kredit seluruhnya menjadi sama besarnya dengan jumlah sesuai dengan perjanjian yangh seharusnya pada saat itu. 4. Kredit Kelayakan. Pengertian jenis kredit ini tercantum dalam Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 1272KepDIRUPK Tanggal 03 Nopember 1979 Pasal 1 yaitu : ”Yang dimaksud dengan pemberian kredit atas dasar kelayakan dengan keringanan jaminan dan bagian pembiyaan nasabah menurut surat keputusan ini ialah pemberian kredit yang lebih ditekankan pada pertimbangan kelayakan usaha dan tidak dititikberatkan pada tersedianya tambahan jaminan”. Suatu usahaproyek dikatakan layak jika: ƒ Memberikan manfaat kepada masyarakat dan sesuai dengan kebijakan prioritas pemerintah. ƒ Mampu untuk hidup dan berkembang. ƒ Mampu memberikan keuntungan yang wajar, mengembalikan utang pokok dan membayar bunga serta biaya-biaya lain dalam jangka waktu yang telah ditetapkan. 5. Kredit Investasi. Kredit ini sebagai fasilitas pinjaman yang diberikan dalam jangka pendek, menengah dan panjang untuk membiayai capital goods, seperti pendirian pabrik, perluasan, perbaikan perusahaan dan pembelian mesin. 6. Kredit Antisipasi kepada Emiten. Kredit ini berupa uang muka yang diberikan oleh bank komersial kepada emiten. Pelunasan uang muka tersebut diperoleh dari hasil penjualan saham atau obligasi. 7. Kredit Ekspor. Merupakan pembiayaan dari bank kepada nasabah untuk membiayai kebutuhan modal kerja dalam rangka memproduksi barang-barang yang akan diekspor. 8. Kredit Sindikasi. Kredit yang diberikan oleh dua atau lebih bank dengan persyaratan tersendiri kepada pihak ketiga, yang dilaksanakan dengan menunjuk seorang manajer atau kelompok dari co manager dari bank-bank yang terlibat. 2.5.Permohonan Kredit Seorang nasabah yang ingin memperoleh bantuan kredit harus mengajukan permohonan kredit yang kemudian akan diseleksi oleh petugas bank apakah kredit yang diajukan dapat dikabulkan atas pertimbangan banyak hal. Seleksi untuk menerima atau menolak pengajuan kredit ini disebut dengan analisis pendahuluan Simorangkir, 2004. Proses seleksi ini membutuhkan waktu yang relatif lama, namun pada bank yang relatif kecil dengan jumlah nasabah yang tidak banyak, proses tersebut lebih cepat. Analisis pendahuluan ini mencakup: a Kondisi perusahaan terkait dengan manajemen, pengurus dan kejadian suatu perkara. b Permohonan kredit yang diajukan sejalan atau tidak dengan peraturankebijakan bank. c Ketersediaan dana bank untuk memenuhi kredit yang diajukan, jangka waktu yang dapat disetujui, ketersediaan jaminan yang sesuai dari calon debitur dan sebagainya. Jika calon debitur digolongkan layak dalam analisis pendahuluan, maka akan diseleksi ke tahap berikutnya yaitu pengisian formulir permohonan kredit yang dilengkapi dengan wawancara. Informasi yang ingin diketahui dalam pengisian formulir pengajuan kredit diantaranya jenis usaha, produksi, pemasaran, laporan keuangan, jaminan dan sebagainya. Apabila bank menilai baik atas permohonan kredit tersebut maka permohonan tersebut akan dikabulkan dengan mengeluarkan surat persetujuan prinsip yang berisi berbagai syarat. Dalam surat persetujuan ini umumnya mencakup: ƒ Tingkat bunga dan cara pembayarannya. ƒ Laporan-laporan yang diminta. ƒ Besarnya pinjaman dan cara pembayarannya kembali. ƒ Barang jaminan yang diminta dan cara pengikatnya. ƒ Syarat-syarat lain seperti pembatasan pinjaman dan pembatasan investasi. Tahap selanjutnya adalah bank melakukan analisis terinci terkait aspek yuridis seperti akta usaha, izin usaha dan lain-lain. Hasil analisis terinci detail tersebut kemudian diberikan kepada pejabat yang berwenang untuk memutuskan pemberian kredit. Pada bank besar, keputusan ini sering diserahkan pada kepada beberapa pejabat bank yang disebut dengan panitia pinjaman loan commitee. Kemudian pemohon menerima perjanjian kredit tersebut dengan ketentuan syarat yang ditetapkan oleh bank untuk selanjutnya dibuatkan akta oleh notaris mengenai kesahan pinjaman secara hukum. Setelah semua dokumen lengkap, bank mengeluarkan surat perintah pembayaran yang disebut disbursement instruction. 2.6.Pertimbangan Kredit Ada berbagai faktor yang menjadi pertimbangan bagi pihak bank dalam melakukan seleksi pengajuan kredit. Dua jenis prinsip yang biasa diterapkan dalam mempertimbangkan pengajuan kredit analisis kredit yaitu prinsip ’6C’ dan prinsip ’6A’. Prinsip ’6C’ Dendawijaya, 2001 meliputi: 1. Character kepribadian, yaitu menyangkut sifat, kepribadian dan citra calon debitur dalam masyarakat. Hal ini terkait dengan kemauan dan kesungguhan membayar angsuran kredit willingness to pay yang tentunya sangat berpengaruh terhadap integritas dalam memenuhi kewajiban pembayaran kredit dan pemanfaatan pemberian kredit dengan benar. 2. Capital modal, merupakan kepemilikan terhadap modal dan kemampuan nasabah pengusaha dalam membiayai perusahaannya. Perbandingan besarnya pembiayaan dari bank dengan modal sendiri dapat dinilai melalui debt to equity ratio. Hal ini dapat dilihat berdasarkan laporan keuangan perusahaan atau ditinjau langsung oleh petugas kredit. 3. Capacity kemampuan, terkait dengan kesanggupan dan kemampuan calon debitur untuk melunasi pokok pinjamannya disertai bunga dan syarat-syarat lain dalam perjanjian. Kemampuan ini diukur antara lain dari kondisi usaha, pendapatanomzet usaha yang dapat mencerminkan tingkat likuiditas dan profitabilitas usaha. Semakin likuid dan semakin tinggi tingkat profitabilitasnya maka kemampuan membayar kembali pinjaman dan kewajiban lain semakin besar. 4. Condition of economy kondisi ekonomi, pertimbangan atas situasi ekonomi yang sedang terjadi dalam suatu wilayah atau negara yang tentunya berpengaruh terhadap usaha calon debitur dan pada akhirnya mempengaruhi keberhasilan pemanfaatan dan pengembalian kredit. Contohnya, sektor usaha yang sedang booming akan berprospek bagus dalam pemberian kredit demikian sebaliknya. 5. Collateral agunan, berupa ketersediaan jaminan yang sesuai dan seimbang dengan jumlah kredit yang diberikan sehingga pihak bank tidak perlu merasa khawatir ketika terjadi kemacetan dalam pengembalian pinjaman kredit karena agunan tersebut dapat menjadi pengganti pengembalian kredit yang macet. 6. Constarints keterbatasan, merupakan faktor-faktor yang menjadi penghambat atau pembatas berupa faktor-faktor sosial psikologis dalam suatu wilayah tertentu yang menyebabkan suatu proyekusaha tidak memungkinkan untuk dijalankan. Sedangkan prinsip ’6A’ mencakup: 1. Aspek yuridis hukum, bertujuan untuk mengkaji ketentuan-ketentuan legalitas perusahaan calon penerima kredit 2. Aspek pasar dan pemasaran, mengkaji kemungkinan pangsa pasar yang dapat diraih bagi produkjasa perusahaan yang akan dibiayai oleh kredit serta meneliti tentang strategi pemasaran yang akan dilakukan pengusaha dalam menghadapi persaingan yang kompetitif. 3. Aspek teknik, bertujuan untuk menilai seberapa jauh kemampuan pengusaha dalam mempersiapkan dan melaksanakan pembangunan proyekusaha serta seberapa besar kesiapan teknik dalam menjalankan operasi usahanya nanti sebagai suatu business entity. 4. Aspek manajemen, mengukur kemampuan dan kecakapan dalam mengelola usaha atau manajemen perusahaan dalam menjalankan aktivitas usahanya. 5. Aspek keuangan, bertujuan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam mengelola keuangannya. 6. Aspek sosial ekonomi, suatu kajian terhadap value added yang dimiliki perusahaan dari sudut pandang sosial dan makroekonomi terutama manfaat sosial ekonomi yang diterima oleh pemerintah maupun masyarakat seperti perluasan lapangan kerja dan pendapatan pajak pemerintah.

2.7. Pencairan Kredit