1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Sistem pendidikan nasional berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 ta- hun 2003 pasal 37 ayat 1 menetapkan bahwa kurikulum pendidikan dasar dan me-
nengah wajib memuat : pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, bahasa, matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, seni dan budaya,
pendidikan jasmani dan olahraga, keterampilan kejuruan dan muatan lokal. Hal ini juga didukung oleh lahirnya Peraturan Pemerintah PP Nomor 19 Tahun 2005
pasal 19 ayat 1 tentang Standar Nasional Pendidikan SNP. Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenang-
kan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta mem- berikan ruang yang cukup bagi prakasa, kreativitas, dan kemandirian sesuai de-
ngan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Se- hingga dalam pelaksanaan pembelajaran di Sekolah Dasar, guru harus dapat me-
menuhi tuntutan kurikulum agar tujuan pendidikan nasional dapat tercapai. Salah satunya dengan menyelenggarakan berbagai mata pelajaran di Sekolah Dasar yang
sesuai Standar Nasional Pendidikan. Permendiknas No. 19, 2005:11 Sesuai dengan tahap perkembangan dan karakteristik siswa menurut Pe-
raturan Menteri Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 tentang Stan- dar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah menyebutkan bahwa
pembelajaran disesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta didik, serta karak-
teristik dari setiap indikator dan kompetensi dasar yang hendak dicapai pada setiap mata pelajaran. Pendekatan pembelajaran tematik digunakan untuk peserta
didik kelas 1 samapai kelas 3 SD MI Permendiknas No. 47, 2007:3 Berdasarkan teori perkembangan kognitif Piaget, peserta didik kelas 1
sampai kelas 3 SD MI termasuk dalam tahap operasional konkret 7-11 tahun. Pada umumnya tingkat perkembangan masih melihat segala sesuatu sebagai ke-
utuhan holistik serta mampu memahami hubungan antara konsep secara seder- hana. Proses pembelajaran masih bergantung kepada objek-objek kongkret dan
pengalaman yang dialami secara langsung KTSP, 2006 :3. Oleh karena itu, pada masa ini guru dalam proses pembelajaran perlu mengemas atau merancang selu-
ruh potensi yang dimiliki anak sehingga akan berkembang secara optimal. Begitu juga dalam mata pelajaran IPA, guru harus bisa merancang seluruh ruang lingkup
dalam pembelajaran tersebut sedemikan rupa sehingga dapat mengoptimalkan ke- terlibatan siswa. Ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD MI meliputi mak-
hluk hidup, benda materi, sifat-sifat dan kegunaanya, energi dan perubahannya serta bumi dan alam semesta Depdiknas, 2006:484
Keempat aspek di atas harus diolah sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran IPA dapat tercapai. Pembelajaran IPA di SD MI bertujuan agar 1
memperoleh kenyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya ; 2 menggembangkan
pengetahuan dan pemahaman konsep-konseo IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari; 3 mengembangkan rasa ingin tahu, sikap
positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antar
IPA, lingkungan, tekhnologi dan masyarakat; 4 mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat
keputusan; 5 meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam mememlihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam Depdiknas, 2006:484
Tujuan tersebut sudah mengandung konsep yang mengembangkan ilmu pengetahuan dan tekhnologi secara global. Namun kenyataan di sekolah-sekolah
masih ditemukan permasalahan dalam pelaksanaan pembelajaran. Saat ini, pe- laksanaan pembelajaran di SD kelas I
–III untuk setiap mata pelajaran dilakukan secara terpisah. Dalam pelaksanaan kegiatannya dilakukan secara murni mata
pelajaran yaitu hanya mempelajari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang berhubungan dengan mata pelajaran itu. Sesuai dengan tahapan perkembangan
anak yang masih melihat segala sesuatu sebagai suatu keutuhan, pembelajaran yang menyajikan mata pelajaran secara terpisah akan menyebabkan kurang
mengembangkan anak untuk berpikir holistik dan membuat kesulitan bagi peserta didik KTSP, 2006:3. Selain itu, berdasarkan temuan Depdiknas 2007:5-6
masih banyak permasalahan dalam pembelajaran IPA. Berdasarkan hasil laporan beberapa lembaga internasional, perkembangan pendidikan di Indonesia masih
rendah. Ini terbukti dari hasil TIMSS Trends Internasional in Mathematics and Science Study menunjukkan kemampuan siswa Indonesia dalam bidang IPA
berada pada urutan ke-38 dari 40 negara, masih minimnya pembelajaran IPA di SD belum melibatkan konsep-konsep ilmiah, baru terbatas pengungkapan gejala-
gejala alam berupa fakta, seharusnya pembelajaran itu menekankan pemberian pe- ngalaman langsung, kontekstual, berpusat pada siswa, sedangkan guru bertindak
sebagai fasilitator dengan memperkenalkan kerja ilmiah. Berdasarkan temuan Depdiknas 2008:51 dari hasil penelitian menyebutkan bahwa pemahaman
tentang pembelajaran terpadu guru SD masih kurang. Dalam proses pembelajaran kemampuan dalam menggunakan alat peraga media pembelajaran masih kurang.
Guru belum menggunakan alat peraga dalam mengajar di depan kelas sehingga proses pembelajaran yang kurang optimal
. Permasalahan praktik pembelajaran tersebut juga ditemukan di SDN
Wates 01 kota Semarang. Berdasarkan hasil refleksi melalui data observasi, catatan lapangan dan data dokumen ditemukan bahwa proses pembelajaran di
kelas III B yang berlangsung belum optimal. Pada pembelajaran di kelas guru masih
menyajikan mata pelajaran secara terpisah-pisah .
Berdasarkan teori perkembangan kognitif Piaget, siswa usia kelas III SD termasuk dalam tahap
operasional konkret 7-11 tahun. Siswa masih berfikir secara konkret dihadapkan pada situasi yang dekat dengan kehidupan sehari-hari sehingga belum mampu
memilah konsep dari berbagai disiplin ilmu. Materi pembelajaran belum nampak diarahkan pada tema-tema yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari
mengingat cara berfikir siswa masih bersifat holistik atau menyeluruh KTSP, 2006:3. Dalam proses pembelajaran, Guru masih mendominasi dan belum
mengajak siswa untuk berinteraksi kegiatan belajar mengajar di kelas. Guru belum memfasilitasi siswa untuk memproses informasi sesuai dengan daya pikir
mereka dan mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar mata pelajaran. Ketika guru menyampaikan materi pembelajaran belum nampak memanfaatkan
media pembelajaran yang menarik sehingga banyak siswa yang tidak mem-
perhatikan penjelasan guru. Selain itu pula guru belum terlihat mengembangkan kegiatan kelompok atau diskusi di kelas agar siswa lebih memahami materi
pembelajaran. Ketika guru memberikan pertanyaan seputar materi, siswa hanya diam dan cenderung tidak paham. Siswa nampak kurang tertarik dan cenderung
pasif dalam pembelajaran. Hal ini menyebabkan pembelajaran menjadi kurang menarik dan menyenangkan.
Permasalahan tersebut juga didukung berdasarkan data dokumen me- nunjukan bahwa sebagian besar siswa kelas III B pada mata pelajaran IPA masih
berada di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal KKM yang ditetapkan sekolah yaitu 62. Hal ini ditunjukan sebanyak 16 siswa 59 dari 27 siswa masih men-
dapat nilai rata-rata ulangan harian di bawah KKM 62, hanya 11 siswa 41 yang tuntas KKM. Dengan data tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pem-
belajaran IPA di SD N Wates 01 masih belum berhasil sehingga perlu diadakan perbaikan proses pembelajaran.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka peneliti bersama tim kola- borator menetapkan alternatif tindakan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran
IPA dengan menggunakan pembelajaran yang inovatif yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan guru dan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran
sehingga hasil belajar dapat optimal. Pembelajaran inovatif mengutamakan peran guru sebagai fasilitator, motivator, informator dan evaluator. Selain itu, selama
proses pembelajaran diharapkan siswa dapat belajar secara konstruktivis dengan menemukan pengetahuannya sendiri melalui lingkungan sebagai sumber belajar,
dan dapat mengembangkan keterampilan bertanya atau diskusi. Salah satu
pembelajaran inovatif yang dapat mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan menggunakan model pembelajaran tematik dengan media CD Interaktif. Model
pembelajaran Tematik dengan media CD Interaktif diterapkan peneliti dalam upaya meningkatkan kualiatas pembelajaran IPA dikarenakan model pembelajar-
an ini dapat membantu siswa membangun hubungan antara konsep dan ide, sehingga meningkatkan apresiasi dan pemahaman ke dalam sebuah tema yang
berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dengan media CD Interaktif untuk menjadikan pembelajaran lebih menarik dan paling praktis penyajiannya sehingga
tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal. Pernyataan tersebut ditunjang oleh pendapat Rusman 2012:254 model
pembelajaran Tematik merupakan salah satu model pembelajaran terpadu integrated instruction yang merupakan suatu sistem pembelajaran yang
memungkinkan sis-wa, baik secara individual maupun kelompok, aktif menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik, bermakna
dan autentik. Belajar tematik didefinisikan juga sebagai suatu kegiatan belajar yang dirancang sekitar tema, dan melibatkan beberapa mata pelajaran yang
berkaitan dengan tema Anitah 2008:3.10. Pembelajaran tematik menawarkan model pembelajaran yang menjadikan aktivitas pembelajaran relevan dan penuh
makna bagi siswa dengan memberdayakan pengetahuan dan pengalaman siswa untuk membantunya mengerti dan memahami dunia kehidupannya. Dengan
pembelajaran tematik pengalaman belajar sedemikian rupa dirancang oleh guru yang akan berpengaruh terhadap kebermaknan pengalaman siswa sehingga
menjadikan pembelajaran lebih efektif dan menarik Trianto 2010:83
Pembelajaran IPA dengan Model pembelajaran Tematik akan lebih op- timal bila ditunjang dengan media yang lebih menarik. Peneliti memilih media
CD Interaktif sebagai media yang paling tepat digunakan. Menurut Indriana 2011:116 CD interaktif merupakan media pengajaran yang sangat menarik dan
paling praktis penyelesaian dengan media komputer. Media komputer dengan menggunakan CD ini bersifat interaktif, yang dapat menerima respon balik dari
anak didik sehingga mereka secara langsung belajar dan memahami materi peng- ajaran yang disediakan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Model
pembelajaran Tematik dengan media CD Interaktif merupakan proses pembelajar- an yang menghubungkan konsep materi pembelajaran ke dalam tema yang ber-
kaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa dengan media CD Interaktif untuk menjadikan pembelajaran lebih menarik dan paling praktis penyajiannya dengan
memanfaatkan komputer untuk membantu siswa agar dapat memahami materi pembelajaran IPA sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal
Penelitian menggunakan model tematik dengan media CD interaktif juga didukung penelitian lain yang terbukti efektif untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Lestari 2012:45-52
“Penerapan pembelajaran tematik pada tema Lingkungan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas III SD Negeri Sekayu tahun pelajaran
20112012”. Hasil penelitian yang didapat penerapan pembelajaran tematik dapat meningkatkan keterampilan guru. Guru menyediakan dan memperkaya pe-
ngalaman siswa melalui serangkaian aktivitas yang bermakna bagi kehidupan sehari-harinya sehingga hasil belajar siswa meningkat dengan nilai rata-rata dan
ketuntasan meningkat dibanding data awal. Dengan pembelajaran tematik juga dapat meningkatkan aktivitas siswa. Hal ini ditunjukan dengan siswa aktif dalam
bertanya, mengemukakan gagasan, membuat laporan dan berdiskusi. Selain itu penelitian yang mendukung adalah penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi
2013:1-7 dengan judul “Penerapan Media CD interaktif Pada Pembelajaran
Tematik Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar ”. Penerapan
Media CD interaktif Pada Pembelajaran Tematik dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Siswa menjadi lebih aktif belajar berkelompok,
berani mempresentasikan hasil diskusi serta dapat menjawab pertanyaan dari guru yang berhubungan dalam kehidupannya sehingga suasana kelas kelihatan hidup.
Hal ini juga dapat dilihat dari Hasil belajar siswa mengalami peningkatan dengan
persentase pada siklus I 70,73 dan pada siklus II 90,24 . Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan media CD interaktif pada model
pembelajaran tematik dengan tema hewan dan tumbuhan dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas II SDN Semambung No. 296 Sidoarjo. Dengan demikan
dapat dijadikan suatu rekomen-dasi bahwa melalui pembelajaran tematik dapat meningkatkan kualitas pem-belajaran IPA.
Berdasarkan latar belakang, maka peneliti mengkaji masalah tersebut melalui penelitian tindakan kelas dengan judul ”Peningkatan Kualitas Pembelajar-
an IPA melalui Model Tematik dengan media CD Interaktif pada siswa kelas III B SD N Wates 01 Semarang”.
1.2 RUMUSAN MASALAH DAN PEMECAHAN MASALAH