Faktor Opportunities Faktor Weaknesses

157 Hasil analisis pendapat pakar terhadap 5 lima faktor ancaman tersebut diperoleh bahwa ancaman yang paling berbahaya dalam pengembangan kawasan ekowisata kars Wediombo adalah pembukaan ladang di lereng kawasan lindung, perburuan satwa langkah dan penebangan hutan dan penambangan batu gamping yang tidak terkontrol dengan nilai skor yang relatif sama masing-masing sebesar 24,2 . Sedangkan ancaman pencurian pasir putih menduduki prioritas kedua dengan nilai skoring sebesar 22,0 . Sementara ancaman kalah bersaing dengan kawasan wisata lain yang lebih lengkap sarana dan prasarana maupun variasi wisata menduduki prioritas ketiga terakhir dengan nilai skor sebesar 5,4 . Adapun posisi prioritas masing-masing faktor ancaman seperti pada Gambar 37. Gambar 37. Prioritas Faktor SWOT AncamanThreats dalam Pengembangan Kawasan Ekowisata Kars Wediombo

2.3. Faktor Opportunities

Pada prioritas faktor SWOT untuk peluang opportunities, terdapat 5 lima faktor yang teridentifikasi yaitu 1 kawasan kars Wediombo dapat dijadikan sebagai wisata minat khusus, 2 untuk pengembangan wisata alam pantai dan pengemnbangan permainan dan rekreasi theme park, 3 kawasan konservasi, 4 untuk peningkatan pandapatan asli daerah PAD, dan 5 mendapat dukungan penuh dari stakeholder terkait. Berdasarkan hasil analisis, prioritas utama terhadap peluang yang dapat dimanfaatakan dalam pengembangan kawasan ekowisata kars Wediombo adalah 22,0 24,2 24,2 24,2 5,4 5 10 15 20 25 P e rsen tase Pencurian pasir putih Pembukaan ladang di lerang Perburuan satw a langka Penambangan batu gamping Kalah bersaing dengan w isata lain Faktor Ancaman Thre ats 158 peningkatan pendapatan asli daerah PAD melalui pemanfaatan sumberdaya wisata yang ada dengan nilai skor sebesar 29,6 . Sedangkan untuk faktor peluang selanjutnya adalah pemanfaatan kawasan sebagai wisata alam pantai dan pengembangan permainan dan rekreasi, kawasan konservasi, mendapat dukungan penuh dari stakeholder terkait, dan dijadikan sebagai kawasan wisata minat khusus menempati urutan dua, tiga, empat dan lima dengan nilai skor masing- masing 23,8 , 19,1 , 15,3 , dan 12,3 . Untuk faktor SWOT peluang opportunities, susunan prioritasnya seperti pada Gambar 38. Gambar 38. Prioritas Faktor SWOT PeluangOpportunities dalam Pengembangan Kawasan Ekowisata Kars Wediombo

2.4. Faktor Weaknesses

Pada faktor SWOT kelemahan Weaknesses juga diperoleh 5 lima faktor berdasarkan hasil diskusi dengan pakar yaitu 1 kawasan jauh dari pusat pemerintahan, 2 sarana dan prasarana yang kurang memadai termasuk jaringan listrik yang belum ada, 3 pendanaan, kualitas sumberdaya manusia SDM yang rendah serta promosi yang kuran, 4 kekuarangan air pada musim kemarau, dan 5 kelembagaan yang tidak jelas tupoksinya. Berdasarkan hasil analisis, prioritas utama terhadap kelemahan yang yang berpengaruh dalam pengembangan kawasan ekowisata kars Wediombo adalah sarana dan prasarana yang kurang memadai termasuk jaringan listrik yang belum ada dan pendanaan, kualitas sumberdaya manusia SDM yang rendah serta 12,3 23,8 19,1 29,6 15,3 5 10 15 20 25 30 P ers en ta se Wisata minat khusus Wisata alam pantai Konservasi PAD Dukungan stakeholder Faktor Peluang Opportunities 159 promosi yang kuran dengan nilai skor masing-masing sebesar 28,7 . Sedangkan untuk faktor kelemahan selanjutnya adalah kekurangan air pada musim kemarau dengan nilai skor sebesar 27,2 , kelembagaan yang tidak jelas tupoksinya sebesar 11,6 , dan prioritas terkahir adalah faktor kelemahan kawasan yang jauh dari pusat pemerintahan dengan nilai skor sebesar 3,9 . Untuk faktor SWOT kelemahan weaknesses, susunan prioritasnya seperti pada Gambar 39. Gambar 39. Prioritas Faktor SWOT KelemahanWeaknesses dalam Pengembangan Kawasan Ekowisata Kars Wediombo

3. Level Aktor

Dalam rangka mengoptimalkan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi kelemahan dan ancaman yang dialami dengan memanfaatkan peluang yang ada dalam pengembangan kawasan kars menjadi kawasan ekowisata kars di Wediombo, maka diperlukan peran serta dari berbagai aktor stakeholder terkait. Berdasarkan hasil diskusi para pakar, diidentifikasi 5 lima aktor yang turut berperan dalam pengembangan kawasan ekowisata kars yaitu pemerintah, masyarakat, swasta, perguruan tinggi, dan lembaga swadaya masyarakat LSM Hasil analisis AHP, menunjukkan bahwa pemerintah menduduki prioritas yang memegang peran utama dalam pengembangan kawasan ekowisata kars Wediombo dengan nilai skor sebesar 40,2 . Selanjutnya disusul olek aktor swasta, masyarakat, perguruan tinggi, dan LSM sebagai peringakat kedua, ketiga, 3,9 28,7 28,7 27,2 11,6 5 10 15 20 25 30 P e rs en ta se Jauh dari pusat pemerintaha Sapras yang minim Dana, SDM, dan Promosi kurang Kurang air pada musim kemarau Kelembagaan tidak lejas tupoksinya Faktor Ke le mahan We akne sse s 160 keempat, dan kelima dengan nilai skor masing-masing sebesar 28,1 , 14,5 , 11,6 , dan 5,6 Gambar 40. Gambar 40. Prioritas Masing-Masing aktor yang Berperan dalam Pengembangan Kawasan Ekowisata Kars Wediombo Peran pemerintah dalam pengembangan kawasan ekowisata kars tidak saja dilihat dari kebijakannya dalam menetapkan suatu kawasan sebagai kawasan ekowisata dengan dikeluarkannya surat keputusan atau peraturan-peraturan, tetapi juga menfasilitasi setiap kegiatan ekowisata dalam bentuk program-program pengembangan wisata dan penyediaan infrastruktur yang memadai yang dapat dilaksanakan dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Pemerintah juga berperan dalam mengontrol dan mengawasi seluruh kegiatan pengelolaan kawasan wisata sehingga kegiatan ekowisata yang sedang dikembangkan dapat berlangsung secara berkelanjutan. Agar pengelolaan kawasan ekowisata dapat berjalan dengan baik, sangat diperlukan juga peran dari pemerintah dalam memperkuat kelembagaan pengelolaan kawasan dengan membentuk badan khusus baik secara informal ataupun non informal dengan melibatkan aktor lain yang terkait secara terpadu. Hal ini penting mengingat kawasan ekowisata kars Wediombo memiliki potensi yang cukup besar untuk dikembangkan sebagai kawasan ekowisata karena di dalamnya terkandung cukup banyak atraksi-artraksi wisata yang dapat dimanfaatkan secara optimal untuk dinikmati oleh masyarakat 14,5 11,6 5,6 40,2 28,1 Pemerintah Masyarakat Swasta Perguruan Tinggi LSM 161 secara umum. Dengan mengoptimalkan potensi yang dimiliki kawasan kars untuk pengembangan ekowisata, maka posisi kawasan kasr Wediombo di Kabupaten Gunung Kidup, Yogyakarta akan menjadi tujuan kunjungan kawasan wisata andalan baik secara lokal, nasional, maupun mancanegara dengan memperhatikan atraksi pendukungnya. Menurut World Tourism Organization dan United Nation Environment Program dalam Stecker 1996 bahwa andalan wisata kawasan Kars Wediombo merupakan salah satu faktor kriteria yang mempengaruhi tujuan wisata. Andalan kegiatan wisata dan atraksi pendukung buffer kegiatan wisata ditunjukkan pada Tabel 53. Tabel 53. Matriks andalan flagship dan penyangga buffer wisata No. Prioritas Zone Andalan Flagship attraction Buffer 1 Zone A Pantai Wediombo panorama pantai,tebing kars, batuan andesit, hamparan pasir putih, diving, penyu hijau, flora endemi, habitat kijang surfing, memancing,outbond theme park,sunset, pendaratan nelayan, berenang di pantai, membeli ikan dari nelayan dan langsung dimasak 2 Zone B Pantai dan Goa Goa Banyusumurup, Bentis, Pertapan, Greweng, Pantai Jungwok dan Dadapan, ikan hias, penyu hijau, fauna dalam goa antara lain wader goa, lab-laba goa, kepiting jacob- soni, dan lain-lain, landak, kera ekor panjang,tebing kars, flora endemi panorama laut selatan yang dibatasi tebing kars trekking, hiking, memancing tradisional, agrowisata tradisional, outbond, camping ground 3 Zone E Pusat Budaya Ngalangi, nyadran, makanan khas wayang kulit, reog 4 Zone C Goa Lowo Kelelawar, bajing goa, ular phyton runtuhan goa, sinhole, kera ekor panjang guano trekking, hiking, perladangan tradi- sional 5 Zone D Hutan alam Hutan alam kars, trenggiling, landak, lutung berbagai burung, babi hutan, ayam hutan panorama hutan trekking, hikking, penjelajahan hutan 6 Zone F wisata lainnya Kars berbentuk conical, hutan jati, ladang penduduk, hutan campuran, ziarah peristirahatan gusti wora-wari perilaku masyarakat lokal memenuhi kebutuhan air, mandi di sendang puring, hasil ladang penduduk jagung, ketela,kacang, mangga dan berbagai buah, hidangan laut, hikking Andalan flagship attraction dan wisata penyangga buffer, merupakan faktor yang menentukan dalam pengelolaan kawasan ekowisata. Pengelolaan 162 kawasan dilakukan secara terpadu yang melibatkan unsur kelembagaan yang mengatur dan mengarahkan pengembangan dan pengelolaan ekowisata dan investor sebagai penyandang dana. Keterpaduan pengelolaan akan menciptakan keberlanjutan operasional dalam pengembangan ekowisata, dan menimbulkan pengertian untuk menghargai, belajar dan menjaga keberlanjutan lingkungan dan sosial budaya yang pada akhirnya menciptakan kepuasan wisatawan dan masyarakat lokal yang berdampak meningkatkan jumlah pengunjung dan peningkatan pendapatan adaerah Pengembangan Weaver, 2001. Skema optimalisasi pengembangan ekowisata ditampilkan pada Gambar 41. Gambar 41. Optimalisasi Pengembangan Ekowisata Dalam pengembangan kawasan ekowisata termasuk kawasan ekowisata kars tentunya didukung oleh para aktor stakeholder yang terkait seperti pihak swasta, masyarakat sekitar, dan perguruan tinggi, serta LSM. Pemilik modal Andalan Flagship atraction atraksi alam Buffer penyang ga Keterpaduan pengelolaan kelembagaan Investor Keberlanjutan operasional Ekowisata Menghargai, belajar alam, keberlanjutan lingkungan dan sosial Kepuasan wisatawan dan masyarakat 163 memegang peran penting dalam pengembangan kawasan ekowisata terutama dalam menanamkan modalnya untuk mengembangkan kawasan wisata. Hasil pengembangan ekowisata oleh pihak swasta dengan sendirinya akan dinikmati oleh masyarakat baik masyarakat sekitar dengan mengembangkan kegiatan perekonomian mereka maupun masyarakat pada umumnya yang melakukan kunjungan ke kawasan tersebut. Sementara pihak perguruan tinggi memiliki peran untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia di sekitar kawasan ekowisata dengan memberikan program-program pendidikan informal dengan bekerjasama dengan pihak lain. Sedangkan pihak LSM memiliki peran untuk meningkatka kesadaran kepada masyarakat akan pentingnya menjaga kualitas lingkungan sebagai kawasan wisata yang berbasis ekologi. Posisi kedua aktor tersebut sangat strategis untuk meningkatkan keterampilan dan tanggung jawab masyarakat untuk selalu menjaga kawasan karena adanya rasa meiliki dan tanggung jawab yang tinggi terhadap kawasan.

4. Level Tujuan

Hasil diskusi dengan pakar, pihak terkait dan penelitian di lapangan ditemukan 3 tiga tujuan yang diharapkan tercapai dalam pengembangan kawasan ekowisata kars Wediombo yaitu tujuan efektivitas, biaya, dan keberlanjutan. Hasil analisis pendapat para pakar terhadap 3 tiga tujuan tersebut diperoleh bahwa tujuan yang paling diharapkan tercapai dalam pengembangan kawasan ekowisata di kawasan kars Wediombo adalah keberlanjutan dengan skor tertinggi yaitu 44,7 , dan selanjutnya tujuan biaya dan efektivitas dengan skor masing-masing 35,2 dan 20,1 Gambar 42. 164 Gambar 42. Prioritas Masing-Masing Tujuan yang Ingin Dicapai dalam Pengembangan Kawasan Ekowisata Kars Wediombo Tingginya nilai skor tujuan keberlanjutan dibandingkan dengan tujuan lainnya menunjukkan bahwa tujuan keberlanjutan menjadi perhatian utama baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan kegiatan pengembangan wisata di kawasan kars Wediombo. Hal ini dimaksudkan dalam rangka mengembangkan kawasan wisata menuju pembangunan berkelanjutan yaitu bagaimana memanfaatkan potensi yang dimiliki kawasan kars Wediombo baik untuk generasi saat ini maupun bagi generasi yang akan datang. Dalam pengembangan kawasan kars Wediombo menjadi kawasan wisata yang berkelanjutan, terdapat tiga pilar yang perlu mendapat perhatian utama yaitu pilar keberlanjutan lingkungan, keberlanjutan ekonomi, dan keberlanjutan sosial. Dengan kata lain dalam pemanfaatan kawasan kars Wediombo sebagai kawasan wisata setidaknya memberikan keuntungan ekonomi bagi masyarakat dan pembangunan daerah tanpa merusak nilai-nilai sosial yang berlaku di masyarakat serta dengan tetap menjaga dan memelihara kelestarian lingkungan.

5. Level Strategi Pengembangan Ekowisata di Kawasan Kars Wediombo

Berkaitan dengan strategi pengembangan ekowisata kars di Wediombo, Gunungkidul, Yogyakarta, terdapat 5 lima strategi yang dapat dikembangkan yaitu 1 wisata spiritual, 2 wisata penelitian, 3 wisata petualang, 4 wisata massa, 5 wisata pendidikan. Tujuan Pengembangan Ekowisata Kars Wediombo 20,1 35,2 44,7 Efektivitas Biaya Keberlanjutan 165 Hasil analisis pendapat para pakar terhadap5 lima strategi pengembangan ekowisata tersebut diperoleh bahwa strategi yang perlu dikembangkan dalam pengembangan kawasan ekowisata di kawasan kars Wediombo adalah wisata pendidikan dengan skor tertinggi yaitu 52,7 , dan selanjutnya wisata petualang, dan wisata penelitian sebagai prioritas kedua dan ketiga dengan skor masing- masing 19,5 dan 16,8 . Sedangkan wisata massa dan wisata spiritual sebagai prioritas terakhir dengan nilai skor sebesar 5,8 . Adapun nilai skoring masing- masing strategi pengembangan ekowisata kars di Wediombo seperti pada Gambar 43. Gambar 43. Prioritas Masing-Masing Strategi Pengembangan Kawasan Ekowisata Kars Wediombo Tingginya nilai skor strategi pengembangan ekowisata kars di Wediombo dibandingkan dengan strategi lainnya menunjukkan bahwa strategi pengembangan wisata pendidikan sangat memegang peran penting dalam membekali pengetahuan setiap pengunjung yang datang ke kawasan Wediombo tersebut tentang perlunya menjaga potensi kawasan sebagai salah satu warisan dunia yang dapat dimanfaatkan sebagai kawasan ekowisata denan ciri khusus adalah kawasan kars. Hal ini sangat berbeda dengan kawasan-kawasan lainnya di Indonesia yang telah dimanfaatakan sebagai kawasan wisata. Jika dikaitkan dengan hasil analisis 5,8 16,8 19,5 5,8 52,1 10 20 30 40 50 60 Persentase Wisata Spiritual Wisata Penelitian Wisata Petualang Wisata Massa Wisata Pendidikan St ra te gi P eng em ba ng a n 166 zonasi dan SWOT menunjukkan bahwa kelima strategi pengembangan kawasan wisata tersebut di atas potensi yang dapat dikembangkan pada setiap zone yang telah ditetapkan, tetapi dari hasil analisis AHP, pakar lebih memilih strategi wisata pendidikan. Ini berarti bahwa kelima strategi tersebut dapat dikembangkan pada setiap zone namum dalam pengembangannya harus mengandung nuansa-nuansa pendidikan yang dapat membekali pengetahuan dan wawasan terutama tentang kawasan kars bagi setiap pengunjung yang datang. Agar pengelolaan wisata yang bernuansa pendidikan ini dapat dikelola secara optimal, maka berdasarkan pengembangan pendapat Weaver 2001 bahwa sebaiknya dikelola secara terpadu yang melibatkan beberapa institusi kelembagaan yang meliputi Dinas perhubungan, Dinas pariwisata, Pekerjaan umum PU, Pengendalian lingkungan, Kelautan, Pertanian, Kehutanan dan Pendidikan. Sosialisasi mengenai pengelolaan kawasan wisata ini telah dilakukan oleh pemerintah provinsi dan mendapat dukungan dari semua unsur yang terlibat. Masyarakat lokal termasuk terlibat dalam kegiatan pengembangan ekowisata. Pemasaran kawasan wisata, dilakukan oleh Dinas Pariwisata Gunungkidul yang didukung oleh Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta DIY, mencoba melakukan langkah bekerjasama dengan melibatkan semua stakeholder dan masyarakat lokal untuk mempromosikan kawasan kars. Adapun pengelolaan terpadu kawasan ekowisata kars Wediombo dengan memperkuat institusi kelembagaan yang terkait secara skematis digambarkan seperti Gambar 44 di bawah ini 167 Gambar 44. Lingkaran Optimalisasi Ekowisata Kars Wediombo dan Kelembagaan Pengembangan dari Weaver, 2001.

4.5. Rekomendasi Kebijakan Pengembangan Kawasan Ekowisata Kars Wediombo.