Perbandingan Cara Pengelolaan Ekowisata

20 Pertanian lebih mengarah kepada pertanian lahan kering karena kawasannya merupakan kawasan marginal yang sulit air, maka pola penanaman sistem tanam pertanian dengan cara tumpang sari. Kesempatan untuk memenuhi kebutuhan dasar merupakan sumber pendapatan petani dan tersedianya tenaga untuk menentukan penggarapan lahan. Petani dengan beberapa pilihan berusaha untuk menghasilkan panen untuk memenuhi kebutuhan pokok dari sedikit tanah yang tersedia, mengolah lahan di sekitar tempat tinggal banyak dilakukan di kawasan kars Soemarwoto dan Conway, 1992. Untuk bisa bertahan, masyarakat kawasan kars pada umumnya mengembangkan dasar bekerja secara sosial antar masyarakat, dengan filosofi menghindari konflik rukun dan antara masyarakat yang satu dengan masyarakat lain saling menghormati hormat, serta sifat kegotongroyongan sangat tinggi. Kawasan Gunung Sewu yang bekerja di ladang sebagian besar orang tua, kondisi ini disebabkan oleh anaknya yang belajar di sekolah dan meninggalkan aktivitas pertanian, maupun kampung halaman Collier et al., 1996.

2.2 Perbandingan Cara Pengelolaan Ekowisata

Analisis perbandingan cara pengelolaan ekowisata dapat dilakukan secara Limits of Acceptable Change LAC, Visitor Impact Management VIM, Recreational Opportunity Spectrum ROS, micro-ROS, Visitor Experience and Resource Protection VERP dan Visitor Activities VARM Nielson dan Tayler, 1997. Secara ringkas berbagai cara pengelolaan ini ditunjukkan pada Tabel 1. Dengan membandingkan cara-cara pengelolaan tersebut maka dapat ditentukan cara pengelolaan yang paling cocok dari segi visi misi pemda Gunungkidul maupun rencana pengembangan kawasan kars sebagai kawasan ekowisata. 21 Tabel 1. Perbandingan cara pengelolaan ekowisata Limit of Acceptable Change LAC Dikembangkan oleh peneliti yang bekerja di kawasan hutan untuk merespon tentang dampak pengelolaan wisata. Proses ini mengidentifikasi sumber dan kondisi sosial dan langkah untuk melindungi. Proses ini untuk mempertimbangkan kawasan hutan mengenai kondisi sosial, sumber daya alam yang tersedia, pada pengembangan kawasan wisata. Keunggulan: produk akhir berupa strategi taktik perencanaan berlandaskan perubahan yang dapat ditoleransi seminimal mungkin untuk masing-masing klas kesempatan dengan indikator perubahan yang dapat digunakan untuk memonitor keadaan ekologi dan sosial. Kelemahan: prosesnya fokus dan menekankan pada petunjuk data dan analisa. Jika tidak ada permasalahan, maka strategi dan perencanaan belum dapat dibuat sebagai topik pengelolaan. Visitor Experience Resource Protection VERP Merupakan proses yang menitikberatkan kepada daya dukung kawasan dalam hal ini adalah kualitas sumberdaya dan kualitas pengalaman wisatawan, yang meliputi gambaran kondisi sosial dan sumberdaya dimasa yang akan datang. Mengutamakan strategi keputusan berkenaan dengan kemampuan daya dukung berdasarkan nilai kualitas sumberdaya dan kualitas pengalaman wisatawan, yang meliputi gambaran kondisi sosial dan sumberdaya dimasa yang akan datang. Mengutamakan strategi keputusan berkenaan dengan kemampuan daya dukung berdasarkan nilai kualitas sumberdaya dan kualitas pengalaman wisatawan. Keunggulan: Prosesnya menggambarkan kecakapan kelompok dan merupakan petunjuk kebijakan dari kawasan. Proses ini menitikberatkan terhadap hubungan dan sensitivitas dan kesempatan wisatawan yang merupakan hal yang penting bagi pengalaman wisatawan. Zoning merupakan fokus pengelolaan. Kelemahan: Tambahan pekerjaannya adalah mempersyaratkan kegiatan percontohan pada pendekatan lingkungan yang berbeda. Kemampuan pengawasan tidak efisien dan tindakan pengelolaan yang akan dilakukan tes terlebih dahulu. Visitor Impact Mangement VIM Tujuannya adalah mengendalikan ketiga dampak pokok yaitu: dampak secara fisik, dampak biologi dan dampak sosial. Standarnya dengan menentukan batasan dari ketiga indikator tersebut. Keunggulan: Proses ini menciptakan keseimbangan keputusan secara ilmu pengetahuan dan secara hukum, terutama mengidentifikasi faktor yang berhubungan dengan strategi pengelolaan. Kelemahan: Tidak menggunakan konsep ROS, menekankan terhadap dampak pada kondisi sekarang, dan tidak mengkaji potensial dampak. 22 Tabel 1. lanjutan Management Process for Visitor Activities VAMP Proses tersebut menciptakan petunjuk untuk perencanaan dan pengelolaan, pengembangan dan pendirian taman. Dasar dari konsep VAMP merupakan bagian dari prinsip ROS. Kerangka kerja akan memberikan manfaat kemudahan untuk VIM, LAC dan VERP. Fokusnya adalah mengkaji kesempatan ketika semua mempertanyakan dampak yang ditinggalkan dalam proses pengelolaan sumberdaya alam. Keunggulan: Proses pengambilan keputusan yang komprehensif berdasarkan hirarki. Bermanfaat berfikir secara terstruktur untuk menganalisa kesempatan dan dampak, yang dikombinasikan dengan prinsip ilmu sosial dan pemasarannya yang difokuskan terhadap kesempatan wisatawan. Kelemahan: Definisi mengenai kesempatan untuk mendapatkan pengalaman belum dibangun di dalam rencana pengelolaan dan zoning. Recreational Opportunity Spectrum ROS Perencanaan pengelolaan sumberdaya alam secara terintegrasi dan komprehensif, berperan untuk merespon peningkatan permintaan rekreasi, dan menanggulangi konflik akibat penggunaan sumberdaya alam yang melebihi kapasitas. Pewilayahan menggunakan enam kelas lahan dai primitive samapai perkotaan urban dengan tujuan untuk mengenal kondisi biofisik, sosial dan hubungan pengelolaan untuk menyusun parameter dan petunjuk kesempatan rekreasi. Kekuatan: merupakan proses yang praktis untuk mendorong pengelolaan secara rasional dengan tiga perpektif: melindungi sumberdaya, kesempatan untuk digunakan umum dan pengelola mempunyai kemampuan menyeimbangkan kondisi kawasan. Proses tersebut merupakan hubungan antara supply dan demand. Kelemahan: Konsep ini didalam pembagian skala lahan membutuhkan kawasan yang luas dan tidak bisa digunakan pada kantong kawasan yang sempit. Semua pembagian pewilayahan harus diterima secara total oleh management sebelum keputusan dibuat, ketidak setujuan akan mempengaruhi program. Micro- ROS Micro-ROS merupakan pengembangan dari ROS yang membagi kawasan pengembangan kesempatan berekreasi kawasan menjadi sembilan kelas. Keunggulan dari Micro-ROS dibandingkan dengan ROS adalah, kalau ROS untuk menentukan zoning kawasan membutuhkan kawasan yang luas, sedangkan micro-ROS menentukan zoning pada kawasan yang tidak luas dan akan lebih mendalam untuk mengidentifikasi kantong-kantong potensi rekreasi kawasan rekreasi dan menilai kesempatan berekreasi seluas-luasnya untuk wisatawan. 23 Dari hasil kajian beberapa proses pengelolaan ekowisata dan berdasarkan kondisi di Kawasan Wediombo maka perlu dilakukan zoning kawasan. Kawasan kars keberadaannya relatif terbatas dan mempunyai sifat kefragilan yang tinggi, maka perlu adanya perlindungan kawasan supaya lestari. Hal lain adalah tujuan dari pemerintah daerah untuk meningkatkan pendapatan masyarakat lokal maupun pendapatan daerah sesuai dengan tujuan Rencana induk pengembangan pariwisata daerah Gunungkidul, maka dirancang supaya dapat digunakan untuk rekreasi seluas-luasnya dengan tanpa merusak keseimbangan alam. Pengembangan wisata mengacu kepada keseimbangan demand dan supply. Berdasarkan kondisi tersebut dan juga tuntutan dari PEMDA, maka proses pengelolaan yang dapat digunakan dari semua pola pengelolaan yang dibahas adalah dengan metode micro-ROS, yang merupakan proses pengelolaan pariwisata yang mendekati kebutuhan untuk Kawasan Wediombo dan sekitarnya.

2.3. Tipologi Pengunjung