Hubungan antara Kebiasaan Mencuci Tangan Sebelum Makan dengan

5.1.4 Hubungan antara Kebiasaan Mencuci Tangan Sebelum Makan dengan

Kejadian Demam Tifoid di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa ada hubungan antara kebiasaan mencuci tangan sebelum makan dengan kejadian Demam Tifoid di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang. Hasil uji Chi-square diperoleh nilai p 0,006 α 0,05. Dengan nilai OR sebesar 11,111 dan 95CI=1,792-68,894 maka dapat diketahui bahwa responden yang mempunyai kebiasaan mencuci tangan sebelum makan kurang baik mempunyai risiko 11,111 kali lebih besar menderita Demam Tifoid daripada responden yang mempunyai kebiasaan mencuci tangan sebelum makan baik. Karena nilai OR1 dan 95CI tidak mencakup angka 1, maka dapat dikatakan bahwa dapat dikatakan bahwa kebiasaan mencuci tangan sebelum makan merupakan salah satu faktor risiko timbulnya penyakit Demam Tifoid. Penelitian ini selaras dengan penelitian Aris Suyono 2006 di Puskesmas Bobotsari Kabupaten Purbalingga, yang meneliti tentang hubungan antara kebiasaan mencuci tangan sebelum makan dengan kejadian Demam Tifoid, memperoleh hasil bahwa ada hubungan yang bermakna antara variabel kebiasaan mencuci tangan sebelum makan dengan kejadian Demam Tifoid p=0,001. Hasil penelitian ini diperkuat dengan hasil penelitian Arief Rakhman,dkk 2009 di Kabupaten Bulungan Kalimantan Timur yang meneliti tentang kebiasaan mencuci tangan sebelum makan dengan kejadian Demam Tifoid memperoleh hasil bahwa ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan mencuci tangan sebelum makan dengan kejadian Demam Tifoid di Kabupaten Bulungan Kalimantan Timur dengan OR= 2,625 dan 95CI=1,497-4,602 yang berarti bahwa responden yang tidak mencuci tangan sebelum makan mempunyai risiko 2,625 kali lebih besar terkena Demam Tifoid dibandingkan dengan responden yang mempunyai kebiasaan mencuci tangan sebelum makan. Menurut teori yang dikemukakan oleh Arisman 2008: 175, bahwa budaya cuci tangan yang benar adalah kegiatan terpenting. Setiap tangan yang dipergunakan untuk memegang makanan, maka tangan harus sudah bersih. Tangan perlu dicuci karena ribuan jasad renik, baik flora normal maupun cemaran, menempel ditempat tersebut dan mudah sekali berpindah ke makanan yang tersentuh. Pencucian dengan benar telah terbukti berhasil mereduksi angka kejadian kontaminasi dan KLB. Penularan bakteri Salmonella typhi salah satunya melalui jari tangan atau kuku. Apabila orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan sebelum makan maka kuman Salmonella typhi dapat masuk ke tubuh orang sehat melalui mulut, selanjutnya orang sehat akan menjadi sakit Akhsin Zulkoni, 2010: 43. Hasil penelitian ini dapat menggambarkan bahwa keadaan kasus dan kontrol memiliki perbedaan dan perbandingan yang cukup jelas. Dimana pada kasus, yang mempunyai kebiasaan mencuci tangan sebelum makan kurang baik jauh lebih banyak bila dibandingkan dengan yang mempunyai kebiasaan mencuci tangan sebelum makan dengan baik. Sedangkan pada kontrol yang mempunyai kebiasaan mencuci tangan sebelum makan baik yaitu mencuci tangan dengan sabun dan menggosok tangan lebih banyak bila dibanding dengan kebiasaan mencuci tangan kurang baik. Hasil ini membuktikan bahwa kebiasaan mencuci tangan sebelum makan cukup berpengaruh pada kejadian demam tifoid, untuk itu diperlukan kesadaran diri untuk meningkatkan kebiasaan mencuci tangan sebelum makan dengan benar untuk mencegah penularan bakteri Salmonella thypi ke makanan yang tersentuh tangan yang kotor.

5.1.5 Hubungan antara Kebiasaan Makan di Luar Rumah dengan Kejadian

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA SANITASI LINGKUNGAN DAN HIGIENE PERORANGAN DENGAN ANGKA KEJADIAN TIFOID DI KELURAHAN DINOYO KECAMATAN LOWOKWARU KOTA MALANG TAHUN 2014

3 14 21

Hubungan Karakteristik Individu, Praktik Higiene, dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Kejadian TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Lalang Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2015

0 6 129

HUBUNGAN ANTARA HIGIENE PERORANGAN, KONDISI JAMBAN KELUARGA DAN INFORMASI YANG DITERIMADENGAN Hubungan antara Higiene Perorangan, Kondisi Jamban Keluarga dan Informasi yang diterima dengan Kejadian Demam Tifoid di Wilayah Kerja Puskesmas Nogosari Boyolal

0 3 16

HUBUNGAN ANTARA HIGIENE PERORANGAN, KONDISI JAMBAN KELUARGA DAN INFORMASI YANG DITERIMA DENGAN Hubungan antara Higiene Perorangan, Kondisi Jamban Keluarga dan Informasi yang diterima dengan Kejadian Demam Tifoid di Wilayah Kerja Puskesmas Nogosari Boyola

0 1 16

PENDAHULUAN Hubungan antara Higiene Perorangan, Kondisi Jamban Keluarga dan Informasi yang diterima dengan Kejadian Demam Tifoid di Wilayah Kerja Puskesmas Nogosari Boyolali.

1 4 5

Hubungan Karakteristik Individu, Praktik Higiene, dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Kejadian TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Lalang Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2015

2 3 16

Hubungan Karakteristik Individu, Praktik Higiene, dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Kejadian TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Lalang Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2015

2 4 2

Hubungan Karakteristik Individu, Praktik Higiene, dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Kejadian TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Lalang Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2015

4 7 9

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR SANITASI LINGKUNGAN DAN HIGIENE PERORANGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM TIFOID PADA ANAK USIA 514 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MIROTO KOTA SEMARANG

5 7 102

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU HIGIENE PERORANGAN DAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM TIFOID DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PENGADEGAN KABUPATEN PURBALINGGA

0 1 53