Hubungan antara Kebiasaan Mencuci Tangan Setelah Buang Air Besar

Dari hasil uji Chi-square, diperoleh p value sebesar 0,047 karena p value 0,05 sehingga Ho ditolak. Hal ini berarti dapat diketahui bahwa ada hubungan antara sarana pembuangan tinja dengan kejadian Demam Tifoid di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang. Perhitungan risk estimate didapatkan OR 5,333 OR1 dengan 95CI=0,968-29,393, menunjukkan bahwa responden yang sarana pembuangan tinjanya tidak memenuhi syarat mempunyai risiko 5,333 kali lebih besar menderita Demam Tifoid daripada responden yang sarana pembuangan tinjanya memenuhi syarat.

4.2.3.3 Hubungan antara Kebiasaan Mencuci Tangan Setelah Buang Air Besar

dengan Kejadian Demam Tifoid di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang Hasil uji Chi-square dari data penelitian tentang Kebiasaan Mencuci Tangan Setelah Buang Air Besar pada responden kasus dan kontrol di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang, didapatkan hasil sebagai berikut: Tabel 4.14 Tabulasi Silang antara Kebiasaan Mencuci Tangan Setelah Buang Air Besar dengan Kejadian Demam Tifoid Kebiasaan Mencuci Tangan Setelah Buang Air Besar Kejadian Demam Tifoid Nilai P Kasus Kontrol ∑ ∑ Kurang baik Baik 7 6 53,8 46,2 3 10 23,1 76,9 0,107 Total 13 100,0 13 100,0 Berdasarkan Tabel 4.14 diketahui bahwa dari 13 responden kasus dengan kebiasaan mencuci tangan setelah buang air besar yang kurang baik sebanyak 7 orang 53,8 dan kebiasaan mencuci tangan setelah buang air besar baik sebanyak 6 orang 46,2. Sedangkan dari 13 responden kontrol dengan kebiasaan mencuci tangan setelah buang air besar kurang baik sebanyak 3 orang 23,1, dan kebiasaan mencuci tangan setelah buang air besar baik sebanyak 10 orang 76,9. Dari hasil uji Chi-square, diperoleh bahwa nilai p value sebesar 0,107 karena p value 0,05 sehingga Ho diterima. Hal ini berarti dapat diketahui bahwa tidak ada hubungan antara kebiasaan mencuci tangan setelah buang air besar dengan kejadian Demam Tifoid di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang. 4.2.3.4 Hubungan antara Kebiasaan Mencuci Tangan Sebelum Makan dengan Kejadian Demam Tifoid di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang Hasil uji Chi-square dari data penelitian tentang Kebiasaan Mencuci Tangan Sebelum Makan pada responden kasus dan kontrol di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang, didapatkan hasil sebagai berikut : Tabel 4.15: Tabulasi Silang antara Kebiasaan Mencuci Tangan Sebelum Makan dengan Kejadian Demam Tifoid Kebiasaan Mencuci Tangan Sebelum Makan Kejadian Demam Tifoid Nilai p OR 95CI Kasus Kontrol ∑ ∑ Kurang baik Baik 10 3 76,9 23,1 3 10 23,1 76,9 0,006 11,111 1,792- 68,894 Total 13 100,0 13 100,0 Berdasarkan Tabel 4.15 diketahui bahwa dari 13 responden kasus dengan kebiasaan mencuci tangan sebelum makan yang kurang baik sebanyak 10 orang 76,9 dan kebiasaan mencuci tangan sebelum makan baik sebanyak 3 orang 23,1. Sedangkan dari 13 responden kontrol dengan kebiasaan mencuci tangan sebelum makan yang kurang baik sebanyak 3 orang 23,1, dan kebiasaan mencuci tangan sebelum makan baik sebanyak 10 orang 76,9. Dari hasil uji Chi-square, diperoleh p value sebesar 0,006 karena p value 0,05 sehingga Ho ditolak. Hal ini berarti dapat diketahui bahwa ada hubungan antara kebiasaan mencuci tangan sebelum makan dengan kejadian Demam Tifoid di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang. Perhitungan risk estimate didapatkan OR 11,111 OR1 dengan 95CI=1,792-68,894 menunjukkan bahwa responden dengan kebiasaan mencuci tangan sebelum makan yang kurang baik mempunyai risiko 11,111 kali lebih besar menderita Demam Tifoid daripada responden dengan kebiasaan mencuci tangan sebelum makan dengan baik yaitu menggunakan sabun dan menggosok tangan.

4.2.3.5 Hubungan antara Kebiasaan Makan di Luar Rumah dengan Kejadian

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA SANITASI LINGKUNGAN DAN HIGIENE PERORANGAN DENGAN ANGKA KEJADIAN TIFOID DI KELURAHAN DINOYO KECAMATAN LOWOKWARU KOTA MALANG TAHUN 2014

3 14 21

Hubungan Karakteristik Individu, Praktik Higiene, dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Kejadian TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Lalang Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2015

0 6 129

HUBUNGAN ANTARA HIGIENE PERORANGAN, KONDISI JAMBAN KELUARGA DAN INFORMASI YANG DITERIMADENGAN Hubungan antara Higiene Perorangan, Kondisi Jamban Keluarga dan Informasi yang diterima dengan Kejadian Demam Tifoid di Wilayah Kerja Puskesmas Nogosari Boyolal

0 3 16

HUBUNGAN ANTARA HIGIENE PERORANGAN, KONDISI JAMBAN KELUARGA DAN INFORMASI YANG DITERIMA DENGAN Hubungan antara Higiene Perorangan, Kondisi Jamban Keluarga dan Informasi yang diterima dengan Kejadian Demam Tifoid di Wilayah Kerja Puskesmas Nogosari Boyola

0 1 16

PENDAHULUAN Hubungan antara Higiene Perorangan, Kondisi Jamban Keluarga dan Informasi yang diterima dengan Kejadian Demam Tifoid di Wilayah Kerja Puskesmas Nogosari Boyolali.

1 4 5

Hubungan Karakteristik Individu, Praktik Higiene, dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Kejadian TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Lalang Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2015

2 3 16

Hubungan Karakteristik Individu, Praktik Higiene, dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Kejadian TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Lalang Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2015

2 4 2

Hubungan Karakteristik Individu, Praktik Higiene, dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Kejadian TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Lalang Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2015

4 7 9

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR SANITASI LINGKUNGAN DAN HIGIENE PERORANGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM TIFOID PADA ANAK USIA 514 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MIROTO KOTA SEMARANG

5 7 102

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU HIGIENE PERORANGAN DAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM TIFOID DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PENGADEGAN KABUPATEN PURBALINGGA

0 1 53