Hubungan antara Umur Responden dengan Kejadian Demam Tifoid di Hubungan antara Jenis Kelamin Responden dengan Kejadian Demam

Tabel 4.17: Tabulasi Silang antara Kebiasaan Mencuci Bahan Makanan Mentah Yang Akan Dimakan Langsung dengan Kejadian Demam Tifoid Kebiasaan Mencuci Bahan Makanan Mentah yang Akan Dimakan Langsung Kejadian Demam Tifoid Nilai p Kasus Kontrol ∑ ∑ Kurang Baik Baik 8 5 61,5 38,5 4 9 30,8 69,2 0,116 Total 13 100,0 13 100,0 Berdasarkan Tabel 4.17 diketahui bahwa dari 13 responden kasus yang mempunyai kebiasaan mencuci bahan makanan mentah yang akan dimakan langsung kurang baik sebanyak 8 orang 61,5 dan yang mempunyai kebiasaan mencuci bahan makanan mentah yang akan dimakan langsung baik sebanyak 5 orang 38,5. Sedangkan dari 13 responden kontrol mempunyai kebiasaan mencuci bahan makanan mentah yang akan dimakan langsung kurang baik sebanyak 4 orang 30,8 dan yang mempunyai kebiasaan mencuci bahan makanan mentah yang akan dimakan langsung baik sebanyak 9 orang 69,2. Dari hasil uji Chi-square, diperoleh bahwa nilai p value sebesar 0,116 karena p value 0,05 sehingga Ho diterima. Hal ini berarti dapat diketahui bahwa tidak ada hubungan antara kebiasaan mencuci bahan makanan mentah yang akan dimakan langsung dengan kejadian Demam Tifoid di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang.

4.2.3.7 Hubungan antara Umur Responden dengan Kejadian Demam Tifoid di

Wilayah Kerja Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang Hasil uji Chi-square dari data penelitian tentang Umur responden kasus dan kontrol di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang, didapatkan hasil sebagai berikut : Tabel 4.18: Tabulasi Silang antara Umur dengan Kejadian Demam Tifoid Umur Kejadian Demam Tifoid Nilai p Kasus Kontrol ∑ ∑ Beresiko Tidak Beresiko 4 9 30,8 69,2 6 7 46,2 53,8 0.420 Total 13 100,0 13 100,0 Berdasarkan Tabel 4.18 diketahui bahwa dari 13 responden kasus yang umurnya beresiko yaitu ≤30 tahun sebanyak 4 orang 30,8 dan yang umurnya tidak beresiko sebanyak 9 orang 69,2. Sedangkan dari 13 responden kontrol yang umurnya beresiko sebanyak 6 orang 46,2, dan yang umurnya tidak beresiko sebanyak 7 orang 53,8. Dari hasil uji Chi-square, diperoleh p value sebesar 0,420 karena p value 0,05 sehingga Ho diterima. Hal ini berarti dapat diketahui bahwa tidak ada hubungan antara umur responden dengan kejadian Demam Tifoid di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang.

4.2.3.8 Hubungan antara Jenis Kelamin Responden dengan Kejadian Demam

Tifoid di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang Hasil uji Chi-square dari data penelitian tentang Jenis Kelamin responden kasus dan kontrol di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang, didapatkan hasil sebagai berikut : Tabel 4.19: Tabulasi Silang antara Jenis Kelamin dengan Kejadian Demam Tifoid Jenis Kelamin Kejadian Demam Tifoid Nilai p OR 95CI Kasus Kontrol ∑ ∑ Laki-laki Perempuan 9 4 69,2 30,8 3 10 23,1 76,9 0.018 7,500 1,307- 43,028 Total 13 100,0 13 100,0 Berdasarkan Tabel 4.19 diketahui bahwa dari 13 responden kasus yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 9 orang 69,2 dan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 4 orang 30,8. Sedangkan dari 13 responden kontrol yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 3 orang 23,1, dan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 10 orang 76,9. Dari hasil uji Chi-square, diperoleh p value sebesar 0.018 karena p value 0,05 sehingga Ho ditolak. Hal ini berarti dapat diketahui bahwa ada hubungan antara jenis kelamin responden dengan kejadian Demam Tifoid di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang. Perhitungan risk estimate didapatkan OR 7,500 OR1 dengan 95CI=1,307-43,028 menunjukkan bahwa responden yang berjenis kelamin laki-laki mempunyai risiko 7,500 kali lebih besar menderita Demam Tifoid daripada responden yang berjenis kelamin perempuan.

4.2.3.9 Hubungan antara Tingkat Sosial Ekonomi dengan Kejadian Demam

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA SANITASI LINGKUNGAN DAN HIGIENE PERORANGAN DENGAN ANGKA KEJADIAN TIFOID DI KELURAHAN DINOYO KECAMATAN LOWOKWARU KOTA MALANG TAHUN 2014

3 14 21

Hubungan Karakteristik Individu, Praktik Higiene, dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Kejadian TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Lalang Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2015

0 6 129

HUBUNGAN ANTARA HIGIENE PERORANGAN, KONDISI JAMBAN KELUARGA DAN INFORMASI YANG DITERIMADENGAN Hubungan antara Higiene Perorangan, Kondisi Jamban Keluarga dan Informasi yang diterima dengan Kejadian Demam Tifoid di Wilayah Kerja Puskesmas Nogosari Boyolal

0 3 16

HUBUNGAN ANTARA HIGIENE PERORANGAN, KONDISI JAMBAN KELUARGA DAN INFORMASI YANG DITERIMA DENGAN Hubungan antara Higiene Perorangan, Kondisi Jamban Keluarga dan Informasi yang diterima dengan Kejadian Demam Tifoid di Wilayah Kerja Puskesmas Nogosari Boyola

0 1 16

PENDAHULUAN Hubungan antara Higiene Perorangan, Kondisi Jamban Keluarga dan Informasi yang diterima dengan Kejadian Demam Tifoid di Wilayah Kerja Puskesmas Nogosari Boyolali.

1 4 5

Hubungan Karakteristik Individu, Praktik Higiene, dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Kejadian TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Lalang Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2015

2 3 16

Hubungan Karakteristik Individu, Praktik Higiene, dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Kejadian TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Lalang Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2015

2 4 2

Hubungan Karakteristik Individu, Praktik Higiene, dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Kejadian TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Lalang Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2015

4 7 9

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR SANITASI LINGKUNGAN DAN HIGIENE PERORANGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM TIFOID PADA ANAK USIA 514 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MIROTO KOTA SEMARANG

5 7 102

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU HIGIENE PERORANGAN DAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM TIFOID DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PENGADEGAN KABUPATEN PURBALINGGA

0 1 53