ternyata tidak menular secara vertikal, karena diketahui materi virus ini sama sekali tidak tersisipkan
insert ke dalam genom gamet Stringfellow et al. 1991. Agen virus seperti
bovine viral diarrhea dan bovine herpes virus tipe-1, tidak menembus embrio tapi hanya melekat pada permukaan luar embrio Vanroose
1999. Cemaran agen penyebab penyakit pada sel sperma, oosit, dan embrio
merupakan jalur penularan horisontal yang penting pada ternak. Pencemaran terhadap embrio berasal dari lingkungan embrio uterus, oviduk, medium kultur
dan dari tindakan manipulasi sebelum dan pada saat transfer ke resipien. Medium
flushing kemungkinan dapat dicemari oleh patogen-patogen usus dan vagina pada saat dilakukan pemanenan embrio Guerin
et al. 1997. Embrio yang diproduksi secara
in vivo, tidak menularkan penyakit viral, jika mengikuti langkah-langkah baku yang disarankan dan dipersyaratkan oleh
The International Embryo Transfer Society IETS. Langkah-langkah itu seperti mencuci dengan PBS, memberi perlakuan tripsin, dan melakukan kontrol
terhadap produk-produk biologik serum dan albumin yang digunakan dalam embrio transfer, dan evaluasi terhadap embrio.
Pemrosesan embrio yang umum dilakukan, bertujuan untuk mencegah pencemaran embrio oleh agen-agen penyakit. Namun, tindakan yang
disarankan IETS ternyata tidak efektif guna menyingkirkan agen penyakit seperti virus
blue tongue, virus penyakit mulut dan kuku, bovine herpes virus-1 dan bovine viral diarrhea Vanroose 1999; Stringfellow Givens 2000; Kafi et al.
2002, begitu pula terhadap bakteri Leptospira borgpetersenii Bielanski
Surujballi 1996, dan Escherichia coli K99 Otoi et al. 1993 yang sengaja
dipaparkan ke embrio-embrio tersebut. Di samping itu cemaran juga disebabkan oleh
Mycoplasma bovigenitalium Bielanski et al. 2000, dan parasit Trichomonas foetus Bielanski et al. 2004.
1.1.3. Fungsi dan peranan zona pelusida
Zona pelusida merupakan struktur membran ekstrasel oosit atau embrio usia dini. Jaringan zona pelusida sangat kompleks, memiliki kekuatan yang
seragam pada seluruh permukaannya dan memiliki pori-pori. Zona pelusida ZP terdiri dari glikoprotein yang dikenal sebagai ZP1, ZP2, dan ZP3. Zona pelusida
ini sangat beragam di antara spesies yang berbeda Dudkiewicz et al. 1976.
Zona pelusida disintesis oleh oosit dan diendapkan di perifer sel-sel tersebut,
selama tahapan oogenesis Dunbar et al. 1994; Miyano et al. 1994. Zona
pelusida membungkus oosit dan embrio hingga implantasi dini. Zona pelusida melindungi sel telur dan embrio dari kerusakan mekanik selama ovulasi dan
perjalanan sepanjang saluran reproduksi betina Wassarman et al. 1999.
Di samping itu zona pelusida memegang peran penting dalam: pengikatan spermatozoa, mencegah fertilisasi polispermia, reaksi akrosom,
menyinambungkan pola pembelahan cleavage yang normal, mencegah
perlekatan antar sel telur, dan mencegah terjadinya implantasi dini Jones et al.
1990; Wassarman et al. 1999. Wu et al. 2004 melaporkan bahwa zona
pelusida berperan memberi perlindungan terhadap oosit dan embrio dini dari bahan biologi yang berbahaya seperti infeksi yang disebabkan oleh virus dan
bakteri. Zona pelusida merupakan pelapis penting yang menentukan status kesehatan embrio. Zona pelusida mencegah infeksi agen penyakit menular
sebelum terjadinya hatching. Kemungkinan terjadinya infeksi dapat saja terjadi
dan berlangsung pada proses produksi embrio dengan cara fertilisasi oosit secara
in vitro dan transfer embrio Otoi et al. 1992; Otoi et al. 1993.
1.1.4. Cemaran bakteri Escherichia coli K99
Bakteri E.coli K99 telah terbukti dapat melekat pada permukaan embrio
walau pun telah dicuci berulang-ulang dengan pencuci yang baku Otoi et al.
1993, dan di Indonesia E.coli K99 merupakan bakteri penting karena
menyebabkan diare yang mematikan pada anak sapi Supar 1998. Keberadaan bakteri
E.coli K99 yang endemik di Indonesia sangat berpeluang mencemari embrio atau pada proses embrio transfer. Maka dari itu muncul beberapa
pertanyaan yakni: apakah agen patogen seperti E.coli K99 dapat bertahan hidup
pada embrio yang diproduksi secara in vivo, mampukah embrio yang ditumpangi
E. coli berkembang dengan baik, dan apakah dalam sistem kultur in vitro zona pelusida embrio tercemar tahan terhadap perlekatan dan penetrasi
E.coli K99?
1.2. Tujuan penelitian