Tujuan penelitian Manfaat hasil penelitian

selama tahapan oogenesis Dunbar et al. 1994; Miyano et al. 1994. Zona pelusida membungkus oosit dan embrio hingga implantasi dini. Zona pelusida melindungi sel telur dan embrio dari kerusakan mekanik selama ovulasi dan perjalanan sepanjang saluran reproduksi betina Wassarman et al. 1999. Di samping itu zona pelusida memegang peran penting dalam: pengikatan spermatozoa, mencegah fertilisasi polispermia, reaksi akrosom, menyinambungkan pola pembelahan cleavage yang normal, mencegah perlekatan antar sel telur, dan mencegah terjadinya implantasi dini Jones et al. 1990; Wassarman et al. 1999. Wu et al. 2004 melaporkan bahwa zona pelusida berperan memberi perlindungan terhadap oosit dan embrio dini dari bahan biologi yang berbahaya seperti infeksi yang disebabkan oleh virus dan bakteri. Zona pelusida merupakan pelapis penting yang menentukan status kesehatan embrio. Zona pelusida mencegah infeksi agen penyakit menular sebelum terjadinya hatching. Kemungkinan terjadinya infeksi dapat saja terjadi dan berlangsung pada proses produksi embrio dengan cara fertilisasi oosit secara in vitro dan transfer embrio Otoi et al. 1992; Otoi et al. 1993.

1.1.4. Cemaran bakteri Escherichia coli K99

Bakteri E.coli K99 telah terbukti dapat melekat pada permukaan embrio walau pun telah dicuci berulang-ulang dengan pencuci yang baku Otoi et al. 1993, dan di Indonesia E.coli K99 merupakan bakteri penting karena menyebabkan diare yang mematikan pada anak sapi Supar 1998. Keberadaan bakteri E.coli K99 yang endemik di Indonesia sangat berpeluang mencemari embrio atau pada proses embrio transfer. Maka dari itu muncul beberapa pertanyaan yakni: apakah agen patogen seperti E.coli K99 dapat bertahan hidup pada embrio yang diproduksi secara in vivo, mampukah embrio yang ditumpangi E. coli berkembang dengan baik, dan apakah dalam sistem kultur in vitro zona pelusida embrio tercemar tahan terhadap perlekatan dan penetrasi E.coli K99?

1.2. Tujuan penelitian

Dalam upaya mengetahui interaksi antara bakteri E.coli K99 dengan embrio, khususnya zona pelusida, maka dilakukan penelitian dengan tujuan: a. Menguji kemampuan bakteri E.coli K99 melekat ke permukaan zona pelusida embrio. b. Menguji kemampuan zona pelusida embrio berperan sebagai penahan terhadap cemaran E.coli K99. c. Membuktikan efektivitas pencucian embrio yang tercemari E.coli K99 dengan bahan pencuci seperti PBS, tripsin, dan pronase. d. Menguji daya tahan hidup secara in vitro dan in vivo embrio yang tercemari E.coli K99 dan daya tahan hidup E.coli K99 setelah proses vitrifikasi.

1.3. Manfaat hasil penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam: a. Peningkatan kewaspadaan atau pengamanan terhadap kemungkinan adanya cemaran terhadap proses penanganan embrio. b. Kualitas zona pelusida dapat dipakai sebagai acuan dalam menilai kualitas embrio. c. Pemanfaatan enzim lain selain tripsin, dapat dipakai sebagai alternatif pembasuh embrio. d. Pemanfaatan metode vitrifikasi untuk mengawetkan embrio, serta kemungkinan metode tersebut dapat dipakai untuk mencegah cemaran patogen pada embrio.

2. TINJAUAN PUSTAKA Produksi embrio pada beberapa jenis hewan ternak, hewan laboratorium

Hogan et al. 1986; Hoshi 2003 dan hewan kesayangan telah banyak dilakukan baik secara in vivo dengan bantuan superovulasi maupun in vitro untuk tujuan industri peternakan. Embrio tahap morula dan blastosis banyak digunakan dalam industri peternakan dan secara luas dalam bidang penelitian karena embrio pada tahap perkembangan ini paling mudah diperoleh, lebih tahan dan secara teknis penanganannya lebih mudah dibandingkan tahap perkembangan embrio yang lebih dini, serta memberikan peluang lebih besar dalam keberhasilan transfer embrio. Cara yang digunakan untuk menghasilkan embrio bebas penyakit adalah dengan: melakukan pemeriksaan terhadap hewan donor secara seksama sebelum dan setelah panen embrio dilakukan; memberi perlakuan tertentu terhadap embrio pascapanen; dan dengan melakukan perpaduan antara pemeriksaan hewan donor embrio dan perlakuan terhadap embrio. Pemeriksaan hewan donor merupakan cara konvensional untuk memastikan, hewan donor bebas dari agen penyakit tertentu, tetapi cara tersebut memerlukan waktu dan biaya mahal dibandingkan dengan memberi perlakuan terhadap embrio. Pemeriksaan terhadap donor dapat dilakukan secara serologi, umumnya dengan metode serum berpasangan paired serum. Pemeriksaan serum pertama, pada saat embrio dipanen dan kedua beberapa minggu kemudian. Alasan hewan donor harus diperiksa, mengingat hewan betina donor merupakan suatu unit yang terisolasi bagi embrio sebelum dipanen, dan embrio tersebut tidak akan terpapar agen patogen jika donor tersebut tidak terinfeksi. Jika sekelompok asal ternak donor bebas penyakit, dapat memberikan jaminan bahwa embrio yang dipanen bebas penyakit, demikian halnya jika daerah atau negara asal donor tersebut bebas penyakit. Sedangkan perlakuan terhadap embrio, dengan cara membasuh embrio dengan atau tanpa tripsin yang disarankan oleh The International Embryo Transfer Society IETS, dapat menekan terjadinya penularan penyakit jika embrio tersebut ditransfer. Di samping cara tersebut relatif murah; mudah diterapkan secara rutin pada saat produksi embrio dilakukan; dan efektif mengatasi cemaran agen pada embrio Stringfellow Givens 2000.