Pengujian MOE Pengujian Impak

20 Contoh uji yang digunakan berukuran 150 x 10 x 10 mm pada kondisi kering udara dengan pola pembentukan seperti gambar 2.5 berikut : P 120 mm 150 mm Gambar 2.5 Uji MOR dan MOE

2.6.2 Pengujian MOE

Modulus elastisitas atau MOE Modulus of Elasticity merupakan tegangan lengkung akhir sebelum terjadinya patah dari suatu material dalam kelengkungannya , dan itu sering digunakan untuk membandingkan material satu dengan yang lainnya. Benda uji sebelum dilakukan pengujian harus memenuhi persyaratan antara lain yaitu benda uji harus sama jenisnya, benda uji bebas cacat papan tidak retak, tidak rapuh, dan kadar air maksimum 20, jumlah benda uji minimum 2 buah untuk setiap jenis papan gipsum Anonim, 2011. Pengujian MOE dari papan gipsum plafon mengacu pada SNI 03-2105-2006. Untuk menentukan nilai MOE nya Simbolon, 2011, dapat menggunakan persamaan sebagai berikut : Y P x T L S F E E 3 3 4  .............. 2.4 Dimana : F E = Nilai MOE Nm 2 S = Jarak penyangga m L = Lebar benda uji m T = Tebal benda uji m P E = Beban patah N Y = Titik pusat kelengkungan pada batas proporsional m Universitas Sumatera Utara 21

2.6.3 Pengujian Impak

Pengujian impak merupakan suatu pengujian yang mengukur ketahanan bahan terhadap beban kejut. Inilah yang membedakan pengujian impak dengan pengujian tarik dan kekerasan dimana pembebanan dilakukan secara perlahan-lahan. Pengujian impak merupakan suatu upaya untuk mensimulasikan kondisi operasi material yang sering ditemui dalam perlengkapan transportasi atau kontruksi dimana beban tidak selamanya terjadi secara perlahan-lahan melainkan datang secara tiba-tiba, contoh deformasi pada bumper mobil pada saat terjadinya tumbukan kecelakaan. Prinsip dasar pengujian impak ini adalah penyerapan energi potensial dari pendulum beban yang berayun dari suatu ketinggian tertentu dan menumbuk benda uji sehingga benda uji mengalami deformasi. Gambar 2.6 dibawah ini memberikan ilustrasi suatu pengujian impak dengan metode Charpy. Gambar 2.6 a Alat Pengujian Impak b Skema Pengujian Impak Pada pengujian impak ini banyaknya energi yang diserap oleh bahan untuk terjadinya perpatahan merupakan ukuran ketahanan impak atau ketangguhan bahan tersebut. Pada gambar diatas dapat dilihat bahwa setelah benda uji patah akibat deformasi, bandul pendulum melanjutkan ayunannya hingga posisi h’. Bila bahan tersebut tangguh yaitu makin mampu menyerap energi lebih besar maka makin rendah posisi h’. Suatu material dikatakan tangguh bila memiliki kemampuan menyerap beban kejut yang besar tanpa terjadinya retak atau terdeformasi dengan mudah. Pada pengujian impak, energi yang diserap oleh benda uji biasanya dinyatakan dalam satuan Joule dan dibaca langsung pada skala dial penunjuk yang telah Universitas Sumatera Utara 22 dikalibrasi yang terdapat pada mesin penguji. Harga impak HI suatu bahan yang diuji dengan metode Charpy Yuwono, 2009 menggunakan persamaan sebagai berikut : A E HI  ..... …….2.5 Dimana : E = Energi yang diserap J A = Luas penampang m 2 HI = Harga Impak Jm 2 Benda uji Charpy memiliki luas penampang lintang bujur sangkar 10 x10 mm dan memiliki takik notch berbentuk V dengan sudut 45 , dengan jari-jari dasar 0,25 mm dan kedalaman 2 mm. Serangkaian uji Charpy pada satu material umumnya dilakukan pada berbagai temperatur sebagai upaya untuk mengetahui temperatur transisi. Takik notch dalam benda uji standar ditujukan sebagai suatu konsentrasi tegangan sehingga perpatahan diharapkan akan terjadi dibagian tersebut. Selain berbentuk V dengan sudut 45 , takik dapat pula dibuat dengan bentuk lubang kunci key hole. Pengukuran lain yang biasa dilakukan dalam pengujian impak Charpy adalah penelaah permukaan perpatahan untuk menentukan jenis perpatahan fracografi yang terjadi. Secara umum sebagaimana analisis perpatahan pada benda hasil uji tarik maka perpatahan impak digolongkan menjadi 3 jenis, yaitu: 1. Perpatahan berserat fibrous fracture, yang melibatkan mekanisme pergeseran bidang-bidang kristal didalam bahan logam yang ulet ductile. Ditandai dengan permukaan patahan berserat yang berbentuk dimpel yang menyerap cahaya dan berpenampilan buram. 2. Perpatahan granularkristalin, yang dihasilkan oleh mekanisme pembelahan cleavage pada butir-butir dari bahan logam yang rapuh brittle. Ditandai dengan permukaan patahan yang datar yang mampu memberikan daya pantul cahaya yang tinggi mengkilat. Universitas Sumatera Utara 23 3. Perpatahan campuran berserat dan granular, merupakan kombinasi dua jenis perpatahan diatas Yuwono, 2009.

2.6.4 Pengujian Kuat Tarik.