Pengujian Kuat Lentur MOR

42 Ga mbar 4.2 Grafik Hubungan Antara Persentase Daya Serap Air Dengan Variasi Sampel Gipsum : Semen PPC : Serat Rami Berdasarkan Gambar 4.2, grafik menunjukkan bahwa persentase terbesar daya serap air pada variasi 65:25:10 yaitu 33,23, sedangkan persentase minimum terkecil pada variasi 65:35:0 yaitu 14,33. Hal ini menunjukkan perbandingan terbalik dengan densitas. Terjadinya kenaikan garis grafik dimulai dari komposisi 65:33:2 , hal ini disebabkan sifat dari serat rami yang mudah menyerap air. Jadi semakin banyak serat rami didalam campuran tersebut, maka daya serap airpun semakin besar. Sementara menurut Salon 2009 dalam Rahmadi 2011 semakin banyak gipsum maka daya serap air semakin kecil, karena air merupakan perekat dari gipsum, sehingga kerapatan semakin kecil dan daya serap airnya pun semakin sedikit. Hasil lengkap dapat dilihat pada lampiran B halaman L-2. Menurut SNI 01-4449-2006 dimana persyaratan suatu papan yaitu maksimum untuk daya serap air kurang dari 50. Hal ini berarti semua sampel yang dilakukan pengujian telah memenuhi persyaratan batas maksimum daya serap air.

4.2.3 Pengujian Kuat Lentur MOR

Pengujian kuat lentur mengacu pada SNI 03-2105-2006, JIS A 5908-2003 dan standar Jayaboard untuk menentukan kelenturan suatu sampel terhadap tekanan yang diberikan. Pengujian ini telah dilakukan terhadap semua jenis variabel sampel menggunakan alat penguji Tokyo Testing Machine berkapasitas 2000 kgf 19620 N Universitas Sumatera Utara 43 dengan memberikan beban sebesar 100 kgf 981 N dan kecepatan 10 mmmenit terhadap semua variasi sampel. Pada Gambar 4.3 terlihat hubungan antara kuat lentur dengan variasi sampel yang dinyatakan dalam bentuk grafik. Dimana diketahui bahwa nilai kuat lentur terbesar pada variasi sampel 65:29:6 sebesar 16,92 x 10 6 Nm 2 , sedangkan terkecil pada variasi sampel 65:35:0 sebesar 4,53 x 10 6 Nm 2 . Dengan adanya bahan pengisi serat rami dan semen PPC ditambahkan kedalam gipsum tersebut, maka nilai kelenturan yang dihasilkan semakin bertambah dengan rata-rata sebesar 14,09 x 10 6 Nm 2 dibandingkan dengan gipsum campur semen PPC sebesar 4,53 x 10 6 Nm 2 . Modulus patah dari papan gipsum plafon terhadap sampel dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut. Tabel 4.3 Modulus Patah dari papan gipsum plafon terhadap Sampel Gipsum : Semen PPC : Serat Rami No Sampel S m L m T m P l P l MOR Stroke Gipsum : Semen PPC : Serat Rami kgf N MOR Nm 2 MOR x 10 6 Nm 2 mm menit 1 65 : 35 : 0 0.09 0.01 0.01 3.42 33.55 4529250 4.53 0.20 2 65 : 33 : 2 0.09 0.01 0.01 8.89 87.21 11773350 11.77 2.18 3 65 : 31 : 4 0.09 0.01 0.01 10.13 99.38 13416300 13.42 2.5 4 65 : 29 : 6 0.09 0.01 0.01 12.78 125.37 16924950 16.92 2.88 5 65 : 27 : 8 0.09 0.01 0.01 11.26 110.46 14912100 14.91 2.34 6 65 : 25 : 10 0.09 0.01 0.01 10.17 99.77 13468950 13.47 2.69 Grafik Hubungan Antara Nilai MOR Dengan Variasi Sampel Dapat dilihat pada Gambar 4.3 berikut ini : Universitas Sumatera Utara 44 Gambar 4.3 Grafik Hubungan Antara Nilai Kuat Lentur Terhadap Variasi Sampel Gipsum : Semen PPC : Serat Rami MOR Modulus of Rufture papan gipsum plafon mengacu pada SNI 03-2105- 2006, JIS A 5908-2003 dan standar Jayaboard. Dibandingkan dengan MOR papan gipsum plafon yang komersial, dimana nilai MOR nya sebesar 1,28 x 10 6 Nm 2 . Untuk semua sampel yang diujikan nilai MOR nya jauh lebih besar dibandingkan dengan yang komersial, ini menunjukkan adanya peranan dari semen PPC dan serat rami dalam meningkatkan sifat mekaniknya. Terlihat bahwa pada komposisi 65:27:8 terjadi penurunan nilai kuat lentur, pada komposisi tersebut kemungkinan karena adanya ketidak homogenan dalam pengadukan sampel uji dan kurang cermat pengamatan alat ukur sehingga terjadi penurunan grafik dari nilai kuat lenturnya. Berdasarkan data yang diperoleh tersebut melalui harga P 1 dari tiap-tiap sampel selanjutnya disubstitusi kepersamaan 2.3, sehingga diperoleh nilai kuat lentur dalam satuan Nm 2 . Hasil perhitungan dan tabel dapat dilihat pada Lampiran C halaman L-3.

4.2.4 Pengujian Modulus Of Elastisitas MOE