2.4. LATEKS PEKAT SENTRIFUGASI
Lateks pekat adalah lateks kebun yang dipekatkan dengan suatu metode pemekatan tertentu hingga mengalami peningkatan kadar karet
kering dan tetap merupakan koloid yang stabil. Pengolahan lateks pekat dapat dilakukan dengan empat metode yaitu sentrifugasi, pendadihan,
penguapan, dan dekantasi listrik. Proses pemekatan lateks yang paling banyak digunakan adalah metode sentrifugasi dan pendadihan Handoko,
2003. Prinsip pengolahan lateks pekat didasarkan pada perbedaan berat
jenis antar partikel karet dengan serum. Goutara et al. 1985 menyatakan partikel karet dalam lateks mengalami Gerak Brown, karena terjadi gaya
tolak menolak antar partikel yang bermuatan sama. Gerak Brown akan memperlambat pemisahan partikel karet dengan serum. Pada proses
sentrifugasi, lateks yang dimasukkan dalam mesin sentrifugasi akan mengalami gaya sentripetal dan sentrifugal. Gaya sentrifugal yang timbul
jauh lebih besar dibandingkan percepatan gravitasi bumi dan gaya brown, sehingga partikel karet dan serum akan terpisah.
Pemekatan lateks kebun dengan cara pemusingan dilakukan dengan menggunakan alat pemusing yang mempunyai kecepatan antara 6000-7000
rpm Abednego, 1993. Lateks pekat ini mengandung karet kering sekitar 60, sedangkan lateks skim masih mengandung karet kering antar 3-8.
Dengan cara pemekatan ini, lateks pekat yang dihasilkan mengandung sedikit bahan bukan karet, bahan-bahan bukan karetnya sebagian besar
masuk kedalam lateks skim Goutara et al., 1985.
2.5. KOMPON LATEKS
Kompon lateks adalah suatu campuran antara lateks dengan berbagai bahan kimia yang telah didispersi untuk memperoleh hasil akhir suatu
vulkanisat dengan proses tertentu. Formula kompon lateks disusun berdasarkan pada 100 bobot karet kering psk yang terdapat dalam lateks
pekat. Bahan kimia kompon yang secara umum terdiri dari bahan
pemvulkanisasi, pengaktif, pencepat, antioksidan, pengisi, pewarna dan sebagainya Handoko, 2002.
Bahan pemvulkanisasi adalah bahan kimia yang dapat bereaksi dengan gugus aktif pada molekul karet untuk membentuk ikatan silang antar
molekul. Belerang sulfur adalah bahan yang pertama kali dan yang terutama digunakan untuk memvulkanisasi atau bahan pembentuk ikatan
silang. Bahan pemvulkanisasi dapat juga bukan elemen belerang, tetapi dapat membentuk ikatan silang belerang, misalnya sulfur donor seperti
tetrametil- thiuram disulfida TMTD atau 4,4 – dithiodimorpholina DTDM. Metal oksida seperti ZnO dan MgO digunakan untuk vulkanisasi
kloroprena, bromobutil, flourokarbon dan lain-lain Honggokusumo,1998. Pembentukan ikatan silang akan lebih cepat jika belerang
dikombinasikan dengan bahan pencepat dan bahan lain. Pencepat adalah bahan kimia yang digunakan dalam jumlah sedikit bersama belerang untuk
mempercepat proses vulkanisasi. Ditinjau dari fungsinya, pencepat dapat diklasifikasikan menjadi pencepat primer dan sekunder. Pencepat primer
adalah golongan thiazol dan sulfenamida. Pencepat sekunder adalah guanidine, thiuram, dithiokarbamat dan dithiofosfat. Pencepat sekunder
ditambahkan untuk mempercepat laju vulkanisasi atau meningkatkan modulus dengan pertimbangan keamanan olah tetap terjamin
Honggokusumo,1998. Metalik dan amino dialkilditiokarbamat kelas yang penting dan kelas thiazol merupakan bahan pencepat kedua yang sering
digunakan bersama-sama dengan kelas ditiokarbamat Handoko, 2002. Penggunaan ditiokarbamat biasanya berkisar antara 0,5-1,5 psk
bersama-sama dengan ZnO berkisar antara 0,5-5,0 psk. Dialkilditiokarbamat mempunyai pengaruh terhadap sifat perpanjangan putus EB hasil
vulkanisatnya sedangkan ZnO meningkatkan kekuatan tarik TS dan modulus pada tingkat kematangan optimum Handoko, 2002. Struktur
kimia ZDEC disajikan pada Gambar 3.
C
2
H
5
N - C - S Zn C
2
H
5
S 2 Gambar 3. Struktur Seng Dietil Ditio Karbamat ZDEC
Penggiat atau aktivator adalah bahan yang ditambahkan ke dalam sistem vulkanisasi dengan pencepat untuk meningkatkan laju pematangan.
Penggiat di dalam sistem vulkanisasi yang menggunakan belerang umumnya digunakan kombinasi oksida seng ZnO dan asam stearat
Honggokusumo,1998. Antioksidan merupakan bahan kimia yang ditambahkan ke dalam
kompon dengan tujuan untuk meningkatkan ketahanan vulkanisat terhadap oksidasi Handoko, 2002. Antioksidan yang digunakan adalah ionol
Buthyl-4-methylphenol.
2.6. VULKANISASI