Tegangan Pampat Rancangan Percobaan

Proses pemanasan awal yang dilakukan pada suhu rendah suhu udara ±30 o C, akan membuat laju penguapan air dalam kompon menjadi lambat sehingga reaksi vulkanisasi awal belum terjadi. Apabila diteruskan dengan proses penyemprotan kedua dan divulkanisasi, jumlah ikatan silang dalam karet menjadi belum optimal. Dalam praktek, ketahanan pengusangan barang jadi lateks atau karet dapat ditingkatkan dengan cara menambahkan antioksidan dalam penyusunan formulasi kompon. Antioksidan berfungsi melindungi karet dari kerusakan akibat oksidasi. Penambahan antioksidan yang lebih banyak dapat mencegah pengaruh pengusangan yang lebih besar, sehingga umur penggunaan produk karet lebih lama Alfa, 2002.

4.1.4. Tegangan Pampat

Tegangan pampat merupakan salah satu pengujian sifat fisik vulkanisat karet. Prinsip pengujian ini adalah produk ditekan hingga ketinggian mencapai 50 dari ketinggian awal, dan dibaca besar beban untuk menekan persatuan luas produk. Pengujian ini digunakan untuk mengetahui kekuatan bahan menahan beban. Semakin besar nilai tegangan pampat maka semakin kuat bahan itu. Menurut Indriati 2004, tegangan pampat dipengaruhi oleh kandungan karet dan komponen zat padat dari bahan dispersi di dalam vulkanisat. Hasil reaksi komponen karet dan zat padat bahan dispersi mengakibatkan vulkanisat menjadi elastis dan bersifat padat. Kemampuan bahan untuk menahan beban ini dipengaruhi oleh komposisi bahan, elastisitas, kekompakan atau kerapatan, dan plastisitas serat Martini, 2007. Hasil pengujian tegangan pampat 40 disajikan pada Gambar 17. Nilai tegangan pampat 40 sampel sebutret berada pada kisaran 545,1 kg m 2 sampai 686,5 kg m 2 . Berdasarkan hasil uji anova, tegangan pampat 40 tidak dipengaruhi oleh lamanya waktu pengeringan. Pengujian tegangan pampat menggunakan pembebanan sementara dalam waktu yang relatif singkat. Adanya pembebanan yang singkat, kekuatan bahan diwakili oleh kekuatan serat dan karet. 0 .0 0 10 0 .0 0 2 0 0 .0 0 3 0 0 .0 0 4 0 0 .0 0 5 0 0 .0 0 6 0 0 .0 0 7 0 0 .0 0 5 10 15 2 0 Wa k t u p e n g e rin g a n m e n it s uhu pe nge ringa n 100-110 s uhu pe nge ringa n uda ra 120 m e nit Gambar 16. Pengaruh waktu pengeringan awal terhadap tegangan pampat 40 produk sebutret Sifat kekerasan dari sebutret didapat dari adanya komponen serat kelapa yang banyak kandungan selulosa 45,84 dan lignin 43,44 Joseph dan Kindangen, 1993. Selain itu kekuatan menahan beban juga didapat dengan adanya ikatan antar serat yang telah didukung dengan karet. Serat keriting apabila diberi beban yang besar dalam jangka waktu tertentu akan kehilangan bentuk keritingnya. Untuk membuat bentuk keriting lebih permanen, maka ditambahkan karet untuk mengikat persinggungan serat. Tegangan pampat 40 ini dilakukan untuk membandingkan dengan standar kekerasan karet busa alam yang menggunakan prinsip uji yang sama. Standar nilai kekerasan karet busa alam adalah 353,8-495,4 kgm 2 . Hal ini menunjukkan bahwa produk sebutret lebih keras dan lebih kuat menahan beban daripada busa karet alam. Dari hasil analisis ragam nilai tegangan pampat 40 tidak menunjukkan perbedaan nyata maka dilakukan pengujian tegangan pampat 50. Data hasil pengujian tegangan pampat 50 dapat dilihat pada Gambar 16. Lama waktu pengeringan awal mempengaruhi jumlah ikatan silang pada vulkanisat. Berdasarkan hasil uji anova, tegangan pampat 40 dan 50 tidak dipengaruhi oleh lamanya waktu pengeringan. Dari sini dapat disimpulkan bahwa jumlah ikatan silang vulkanisat pada range waktu pengeringan awal yang dilakukan tidak memberikan pengaruh yang nyata pada sifat tegangan pampat. 0 .0 0 2 0 0 .0 0 4 0 0 .0 0 6 0 0 .0 0 8 0 0 .0 0 10 0 0 .0 0 5 10 15 2 0 Wa kt u pe ng e ring a n m e nit s uhu p eng ering an 10 0 -110 s uhu p eng ering an ud ara 12 0 menit Gambar 17. Pengaruh waktu pengeringan awal terhadap tegangan pampat 50 produk sebutret Hasil pengujian tegangan pampat 50 terendah adalah 722,0 kg m 2 pada lama waktu pengeringan 10 menit. Tegangan pampat tertinggi terdapat pada lama pengeringan 120 menit pada pengeringan suhu udara ±30 o C sebesar 913,3 kg m 2 . Nilai ini dihasilkan dari sebutret dengan kerapatan massa 47,97 kgm 3 sampai 48,33 kgm 3. Nilai tegangan pampat 50 hasil penelitian Martini 2007 berada pada kisaran 211,6-253,9 kg m 2 . Tegangan pampat ini dihasilkan dari sampel dengan kerapatan massa 25,84- 30,04 kg m 3 . Dari hasil di atas dapat diambil kesimpulan bahwa perbedaan sifat tegangan pampat lebih dipengaruhi oleh kerapatan massa. Kerapatan massa suatu bahan dipengaruhi oleh bobot dan volume. Perbedaan kerapatan massa dari sampel yang di uji adalah karena perbedaan bobot karet yang mengikat serat. Apabila karet yang mengikat jalinan serat keriting makin banyak maka ikatan antar serat semakin kuat sehingga bahan akan makin dapat menahan beban.

4.1.5. Penentuan Waktu Pengeringan Terbaik