3. Pemisahan serat sabut kelapa dilakukan dalam dua tahap. Tahap
pertama pemisahan serat menggunakan rol berputar dengan sejumlah besar paku sepanjang 4-5 cm. Rol pemecah breaker roll akan
berputar dan pakunya merobek sabut kelapa tanpa merusak serat. Tahap ini menghasilkan serat yang berukuran besar, panjang dan
kasar yang disebut bristle fiber. 4.
Tahap kedua adalah tahap membersihkan serat kasar melalui proses penggilingan dengan rol pembersih yang permukaannya terpasang
paku-paku yang lebih halus dari rol pemecah. Tahap ini menghasilkan serat yang lebih halus yang disebut matress fiber.
Mutu serat kasar bristle fibre didasarkan atas warna dan panjang serat. Mutu yang baik warnanya cerah dan mempunyai panjang serat
maksimum 12 inchi 31,08 cm. Matress adalah serat yang banyak digunakan untuk bahan kasur. Mutunya didasarkan atas warna, panjang
serat, elastisitas, dan kebersihan. Matress yang bermutu baik berwarna keemasan, sedangkan yang bermutu rendah berwarna suram dan tidak
bercahaya Palungkun, 1992. Pengertian serat keriting dalam pembuatan serat sabut kelapa
berkaret adalah serat alami dari sabut kelapa yang diubah bentuknya menjadi serat bergelombang keriting melalui proses pengeritingan. Tujuan
penggunaan serat keriting adalah untuk meningkatkan tinggi lentur produk yang dihasilkan. Pengeritingan dilakukan dengan pemintalan serat,
pembentukan pintalan serat tambang, serta pengeringan dan pemeraman tambang. Makin lama proses pemeraman pintalan serat maka bentuk keriting
yang dihasilkan makin permanen. Tambang hasil pengeringan dan pemeraman diurai kembali menjadi bentuk serat-serat, sehingga diperoleh
jenis serat yang berubah bentuk menjadi bergelombang yang disebut serat keriting Sinurat, 2001.
2.3. LATEKS Hevea brasilliensis
Lateks adalah getah tanaman karet Hevea brasiliensis yang termasuk dalam divisi Spermathophyta, subdivisi Angiospermae, kelas
Dicotyledonae , ordo Geraniles, family Euphorbiaceae, dan genus Hevea
Webster dan Baulkwill, 1989. Menurut Nazaruddin dan Paimin 1998 lateks terdapat pada tanaman Hevea brasiliensis pada bagian daun, biji dan
sebagian besar terletak pada kulit batang. Nazaruddin dan Paimin 1998 menyatakan lateks adalah suatu
sistem koloid yang kompleks, terdiri dari partikel karet dan bahan bukan karet yang terdispersi dalam cairan yang dinamakan serum. Bahan bukan
karet berjumlah relatif kecil, sebagian besar terdapat dalam serum, lainnya terabsorbsi pada permukaan partikel karet. Kadar karet dalam lateks
bervariasi menurut jenis klon, intensitas sadap, iklim dan pemupukan. Komposisi kimia lateks Hevea brasiliensis disajikan dalam tabel 4.
Lateks dari Hevea brasiliensis merupakan sumber lateks utama karena jumlah dan mutunya lebih baik dibandingkan lateks dari tanaman
lain. Tanaman penghasil lateks lainnya adalah Ficus elastis, Funtumia elastis, Castilla elastis, Taraxacum koksagyz, Palagunium gutta,
dan Parthenium argentatum
Webster dan Baulkwill, 1989. Lateks Hevea brasiliensis merupakan hidrokarbon poliisoprena
dengan nama kimia cis 1,4-poliisoprena. Nama kimia tersebut merupakan suatu polimer dengan bobot molekul 400.000-1.000.000
. Monomernya
adalah isoprena 2-metil 1,3-butadiena dengan rumus molekul C
5
H
8
. Struktur molekul dan bentuk ruang dari kepala ke ekor cis
Honggokusumo, 1985. Struktur kimia isoprena dan poliisoprena ditunjukkan pada Gambar 1 dan 2.
CH
3
CH
2
=C-CH=CH
2
Gambar 1. Struktur isoprena Bras, 1968
H
3
C H CH
3
H C=C
C=C -H
2
C CH
2
CH
2
CH
2
- n Kepala ekor kepala
ekor Gambar 2. Struktur kimia 1,4 cis-poliisoprena Bras,1968
Tabel 4. Komposisi kimia lateks Hevea brasiliensis Suparto, 2002
Komponen Persentase
Karet 30-35 Resin 0,5-1,5
Protein 1,5-2,0 Abu 0,3-0,7
Gula 0,3-0,5 Air 55-60
Lateks mengandung 25-40 bahan karet mentah dan 60-75 serum. Bahan karet mentah mengandung 90-95 karet murni, 2-3 protein, 1-2
asam lemak, 0,2-0,5 garam dari Na, K, Mg, Ca, P, Cu, Mn, dan Fe. Partikel karet tersuspensi tersebar merata dalam serum lateks dengan
ukuran 0,04-3 mikron, atau 0,2 milyar partikel karet permililiter lateks. Bentuk partikel lonjong sampai bulat. Berat jenis lateks 0,945 kgm
3
, serum 1,02 kgm
3
dan karet 0,91 kgm
3
. Adanya perbedaan berat jenis tersebut menyebabkan pemisahan pada permukaan lateks Goutara et al., 1985.
Kemantapan lateks segar disebabkan oleh tiga faktor : Gerak Brown, muatan listrik dan hidrasi. Gerak Brown adalah ciri khas dari partikel-
partikel kecil dalam dispersi. Gerak Brown cukup besar untuk melawan gaya tarik bumi, sehingga pertikel karet tidak berkelompok dan tidak berpisah
dari serum. Partikel karet mempunyai selubung pemantap yang terdiri dari lipida dan protein yang bersifat amfoter. Partikel karet yang diselubungi oleh
lipid dan protein ternyata merupakan koloid yang hidrofilik, sehingga partikel-partikel tersebut mempunyai selubung molekul air. Molekul air
yang polar tersusun sedemikian rupa sehingga membentuk lapisan molekul air bersifat sebagai pelindung dan membantu kemantapan lateks
Abednego,1993.
2.4. LATEKS PEKAT SENTRIFUGASI