Kerapatan Massa Rancangan Percobaan

Alternatif pengeringan suhu udara dilakukan untuk mengetahui keefektifan pengeringan dengan menggunakan suhu rendah tanpa penggunaan pemanasan dalam oven. Waktu 120 menit diharapkan cukup mewakili pengeringan pada suhu ruang. Sampel yang dibuat pada penelitian tahap I ini berukuran 25 x 25 cm dengan ketinggian kurang lebih 3,3 cm. Sampel ini akan digunakan sebagai bahan dasar pembuatan sampel yang lebih tebal.

4.1.1. Kerapatan Massa

Kerapatan massa merupakan massa suatu benda persatuan volumenya. Massa serat sabut kelapa berkaret merupakan massa dari serat kelapa, vulkanisat lateks dan udara yang terperangkap di dalamnya. Hasil pengujian kerapatan massa dapat dilihat pada Gambar 12. Hasil pengujian kerapatan massa menunjukkan kerapatan massa sebutret yang dihasilkan berkisar 47,97 kgm 3 sampai 48,33 kgm 3 . Kerapatan massa sampel yang dibuat masuk dalam kelas sebutret yang lembut. Hasil analisis keragaman menunjukkan tidak adanya pengaruh antara waktu pengeringan awal dengan kerapatan massa. 0 . 0 0 10 . 0 0 2 0 . 0 0 3 0 . 0 0 4 0 . 0 0 5 0 . 0 0 6 0 . 0 0 5 10 15 2 0 Wa k t u p e n g e rin g a n m e n it s uhu p eng ering an 10 0 -110 s uhu p eng ering an ud ara 12 0 menit Gambar 12. Grafik pengaruh waktu pengeringan awal terhadap kerapatan massa sebutret Penghitungan awal tingkat efisiensi penyemprotan adalah 75. Kadar karet kering yang diinginkan untuk mengikat serat adalah 50 gr. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan sebutret dengan kelas soft atau lembut. Kelas ini mempunyai standar kerapatan massa 40-59 kgm 3 IS 8391-1977. Secara teknis dalam penelitian ternyata efisiensi penyemprotan berkisar 85-90 sehingga karet yang mengikat serat mencapai 60 gr. Perbedaan ini masih dalam batas sebutret kelas yang soft atau lembut. Kelas-kelas serat sabut kelapa berkaret dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Empat kelas produk sebutret IS 8391-1977 Kelas Densitas kg m 3 Soft lembut 40-59 Medium 60-69 Firm rapat 70-79 Extra firm ekstra rapat 80-99 Perbedaan kerapatan lebih banyak disebabkan oleh perbedaan jumlah karet yang terdapat pada sebutret. Bobot karet yang beragam terjadi karena proses penyemprotan kompon yang kurang baik. Lateks yang telah dicampur bahan-bahan kimia mempunyai viskositas yang relatif tinggi sehingga akan menimbulkan efek penyumbatan. Selain itu kemantapan mekanis kompon yang kurang baik akan membuat molekul-molekul lateks dalam kompon menggumpal. Hal tersebut mengakibatkan semakin besar kemungkinan penyumbatan. Penyumbatan-penyumbatan yang terjadi akan mengurangi bobot kompon yang tersemprot, sehingga masing-masing sampel mempunyai keragaman jumlah karet. Penggunaan alat penyemprotan yang otomatis sangat dianjurkan untuk mengurangi keragaman karet yang tersemprot. Selain itu hendaknya dilakukan pemilihan bahan pelapis alat penyemprot yang tidak membuat karet lengket sehingga tidak terjadi penyumbatan. Perbedaan ukuran sampel juga berpengaruh dalam penentuan kerapatan massa. Perbedaan yang besar telah dapat diatasi dengan proses penekanan menggunakan cetakan. Hasil penelitian Martini 2007, kerapatan massa sebutret dengan perbandingan serat dan karet 40:60 adalah 23,69-24,75 kgm 3 . Sebutret yang dihasilkan mempunyai ukuran 25x25x6 cm. Hal ini menunjukkan bahwa kerapatan massa produk sebutret lebih dipengaruhi oleh bobot dan ukuran sebutret itu sendiri. Standar kerapatan massa busa karet alam adalah 100-140 kg m 3 SNI 06-0999-1989. Standar karet busa poliuretan lentur atau karet busa sintetis adalah 28-35 kg m 3 untuk tipe I, 21-27 kg m 3 untuk tipe II, 16-20 kg m 3 tipe III, 12-15 kg m 3 tipe IV SNI 06-1004-1989. Produk sebutret mempunyai kerapatan massa yang lebih kecil daripada karet busa alam, sehingga dapat dikatakan sebutret lebih ringan daripada busa karet alam. Hal ini merupakan salah satu kelebihan sebutret jika dibandingkan dengan busa karet alam. Apabila sebutret dibandingkan dengan karet busa sintetis, maka sebutret lebih berat.

4.1.2. Pampatan Tetap 50