Kemampuan Berpikir Kritis KAJIAN PUSTAKA

Pembelajaran menggunakan PBL dapat memberikan berbagai manfaat diantaranya yaitu 1 meningkatkan kecakapan peserta didik dalam pemecahan masalah, 2 lebih mudah mengingat materi pembelajaran yang telah dipelajari, 3 meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap materi ajar, 4 membangun kemampuan kepemimpinan, kerja sama dan kecakapan belajar, 5 memotivasi peserta didik untuk mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi.

2.4 Kemampuan Berpikir Kritis

Kemampuan berpikir kritis merupakan suatu aspek yang terdapat dalam karakter rasa ingin tahu dan kreatif. Pendidikan karakter merupakan suatu hal yang penting dalam pembelajaran kurikulum 2013 dan juga pendidikan karakter dilanjutkan pada kurikulum KTSP. Hal ini ditujukan untuk mencetak peserta didik yang berkarakter. Pendidikan karakter meliputi beberapa hal termasuk rasa ingin tahu dan kreatif, didalam aspeknya terdapat kemampuan berpikir kritis. Menurut Fisher 2007, berpikir kritis merupakan interpretasi dan evaluasi yang terampil dan aktif terhadap observasi dan komunikasi, informasi dan argumentasi. Krulik Rudrik sebagaimana dikutip oleh Astika, et al. 2013, berpikir kritis juga dapat diartikan sebagai proses terorganisasi yang melibatkan aktivitas mental seperti dalam pemecahan masalah problem solving, pengambilan keputusan decision making, analisis asumsi analyzing assumption dan inkuiri sains sciencetific inquiry. Menurut Puskur sebagaimana dikutip oleh Afrizon, et al. 2012 menyatakan bahwa keterampilan berpikir kritis tergantung pada perilaku berkarakter yang dimiliki siswa. Karakter adalah watak, tabiat dan akhlak atau kepribadian yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebijakan virtues yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap dan bertindak. Kemampuan berpikir kritis dapat diukur menggunakan soal evaluasi dengan mengacu pada taksonomi Bloom yaitu sebagai berikut: The upper three levels of Blooms’ taxonomy of educational objectives analysis, synthesis, and evaluation are often offered as a definition of critical thinking. Sometimes the next two level comprehension and application are added. This conception is a good beginning, but it has problems. One is that the levels are not really hierarchical, as suggested by the theory, but rather are interdependent. For example, although synthesis and evaluation generally do require analysis, analysis generally requires synthesis and evaluation Ennis, 1991. Pendapat beberapa ahli mengatakan bahwa berpikir kritis merupakan berpikir tingkat tinggi, dimana peserta didik dapat memecahkan masalah dengan menyelesaikan evaluasi pembelajaran berdasarkan pada taksonomi Bloom pada tahap C3 sampai dengan C6. Ennis 1993 mengungkapkan bahwa, ada 12 indikator berpikir kritis yang dikelompokkan dalam lima besar aktivitas sebagai berikut: 1 Memberikan penjelasan sederhana yang berisi: memfokuskan pertanyaan, menganalisis pertanyaan dan bertanya, serta menjawab pertanyaan tentang suatu penjelasan atau pernyataan, 2 Membangun keterampilan dasar, yang terdiri dari mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak dan mengamati serta mempertimbangkan suatu laporan hasil observasi, 3 Menyimpulkan yang terdiri dari kegiatan mendeduksi atau mempertimbangkan hasil deduksi, menginduksi atau mempertimbangkan hasil induksi, untuk sampai pada kesimpulan, 4 Memberikan penjelasan lanjut yang terdiri dari mengidentifikasi istilah- istilah dan definisi pertimbangan dan juga dimensi, serta mengidentifikasi asumsi, 5 Mengatur strategi dan teknik, yang terdiri dari menentukan tindakan dan berinteraksi dengan orang lain. Indikator keterampilan berpikir kritis tersebut diuraikan dalam Tabel 2.2. Tabel 2.2 Indikator keterampilan berpikir kritis Keterampilan berpikir kritis Sub keterampilan berpikir kritis Penjelasan 1. Memberikan Penjelasan sederhana elementary clarification 1. Memfokuskan pertanyaan a. Mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan b. Mengidentifikasi kriteria – kriteria untuk mempertimbangkan jawaban yang mungkin c. Menjaga kondisi pikiran 2. Menganalisis argumen a. Mengidentifikasi Keterampilan berpikir kritis Sub keterampilan berpikir kritis Penjelasan kesimpulan b. Mengidentifikasi alasan sebab yang dinyatakan eksplisit c. Mengidentifikasi alasan sebab yang tidak dinyatakan implisit d. Mencari persamaan dan perbedaan e. Mencari struktur dari suatu argument f. Merangkum 3. Bertanya dan menja- wab pertanyaan klarifikasi dan perta- nyaan menantang a. Mengapa b. Apa intinya, apa artinya c. Apa contohnya, apa yang bukan contoh d. Bagaimana menerapkan dalam kasus tersebut e. Perbedaan apa yang menyebabkan 2. Membangun keterampilan dasar basic support 4. Mempertimbangkan kredibilitas kriteria suatu sumber a. Ahli b. Tidak adanya konflik interest c. Kesepakatan antar sumber d. Reputasi e. Menggunakan prosedur yang ada f. Mengetahui risiko g. Kemampuan memberi alasan h. Kebiasan berhati – hati 5. Mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi a. Ikut terlibat dalam menyimpulkan b. Dilaporkan oleh pengamat c. Mencatat hal – hal yang diinginkan d. Penguatan collaboration e. Kondisi akses yang baik Keterampilan berpikir kritis Sub keterampilan berpikir kritis Penjelasan f. Penggunaan teknologi yang kompeten g. Kepuasaan observer atas kredibilitas kriteria 3. Menyimpulkan interference 6. Membuat deduksi dan mempertimbang- kan hasil deduksi a. Kelompok yang logis b. Kondisi yang logis c. Interpretasi pertanyaan 7. Membuat induksi dan mempertimbang- kan induksi a. Membuat generalisasi b. Membuat kesimpulan dan hipotesis 8. Membuat dan mempertimbangkan nilai keputusan a. Latar belakang fakta b. Konsekuensi c. Penerapan prinsip – prinsip d. Memikirkan alternatif e. Menyeimbangkan, memutuskan 4. Membuat penjelasan lebih lanjut advanced clarification 9. Mengidentifikasi istilah, mempertimbangkan definisi a. Bentuk : sinonim, klarifikasi, rentang, ekspresi yang sama, operasional, contoh dan non contoh. 10. Mengidentifikasi asumsi a. Penalaran secara implisit b. Asumsi yang diperlukan, rekontruksi argument 5. Strategi dan teknik strategic and technique 11. Memutuskan suatu tindakan a. Mengidentifikasi masalah b. Menyeleksi kriteria untuk membuat seleksi c. Menemukan alternatif yang memungkinkan d. Mereview e. Memonitor implementasi 12. Berinteraksi dengan orang lain Kemampuan berpikir kritis dimasyarakat belum diasah secara maksimal. Peserta didik dituntut untuk aktif dan kritis dalam proses pembalajaran, maka pada pembelajaran IPA pada penelitian ini diharapkan dapat menekankan pada kemampuan berpikir kritis. Kemampuan berpikir kritis berkaitan dengan psikologi siswa. Teori perkembangan Piaget menyatakan bahwa siswa SMP 11-14 tahun termasuk dalam operasional formal, dimana memungkinkan siswa mempunyai tingkah laku pemecahan masalah dan uji hipotesis Fatimah Widiyatmoko, 2014. Pembelajaran ini dapat menggunakan media science-poly yang menggunakan model PBL.

2.5 Tema Energi dalam Kehidupan