Problem Based Learning PBL

1. Menarik, karena media ini mempunyai gambar dan warna yang kontras. 2. Praktis, media ini dapat digunakan dimana saja dan kapan saja. 3. Media ini dapat melatih daya ingat tentang tema yang diajarkan. 4. Media ini dapat membantu siswa memecahkan masalah 5. Awet, media ini mudah pemeliharannya. 6. Media ini terdapat bank pengetahuan yang digunakan untuk menambah informasi untuk menjawab pertanyaan. Permainan menggunakan media science-poly juga mempunyai kekurangan, diantaranya: 1. Permaianan ini menggunakan waktu yang lama, maka permainan dibatasi waktu yaitu 25 menit hal ini mengakibatkan penguasaan materi setiap pertemuan tidak dapat tersampaikan secara luas. 2. Apabila ada peserta didik yang tidak menguasai materi maka akan menimbulkan kericuhan.

2.3 Problem Based Learning PBL

Amir sebagaimana dikutip oleh Gunantara, et al. 2014 Problem Based Learning PBL merupakan suatu metode instruksional yang menantang peserta didik agar belajar bekerjasama dalam kelompok untuk mencari solusi bagi masalah yang nyata. PBL juga dapat diartikan sebagai proses yang ditempuh oleh seseorang untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya sampai masalah itu tidak lagi menjadi masalah baginya Gunantara, et al., 2014. PBL juga dapat diartikan sebagai berikut: Ill-structured problems are presented as unresolved so that students will generate not just multiple thoughts about the cause of the problem, but multiple thoughts on how to solve it Barrows, 2002. Such problems may not have a single correct answer and should engage students in the exploration of multiple solution paths Hmelo-Silver Barrows dalam Walker, 2009. Problem solving is the process used to solved a problem. Science PBL starts with a problem to be solved, students working in a PBL environment should be skilled in problem solving or critical thinking. One indicator of effective problem-solving skills is the ability to transfer reasoning strategies to new problems Bilgin et al., 2009. Berdasarkan pendapat beberapa ahli, PBL merupakan suatu pembelajaran dimana peserta didik mencari solusi dengan memecahkan masalah yang sudah diberikan dengan menggunakan pengetahuan yang didapat. Model PBL ini juga dapat meningkatkan berpikir kritis peserta didik dan juga memotivasi peserta didik untuk belajar sehingga hasil belajar peserta didik tercapai. Menurut Heller sebagaimana dikutip oleh Sumarji 2009, Pembelajaran model PBL memiliki beberapa karakteristik yaitu: 1 pembelajaran bersifat student center, 2 pembelajaran pada kelompok – kelompok kecil, 3 guru berperan sebagai fasilitator dan moderator, 4 masalah menjadi fokus dan merupakan sarana untuk mengembangkan keterampilan Problem Solving, 5 informasi – informasi baru diperoleh dari belajar mandiri self directed lerning. Menurut Rusmono 2012, terdapat lima tahap utama dalam PBL yang dimulai dengan memperkenalkan siswa dengan suatu situasi masalah dan diakhiri dengan penyajian serta analisis hasil karya siswa. Tahapan utama PBL disajikan pada Tabel 2.1. Tabel 2.1 Tahapan dalam PBL Tahapan Tingkah Laku Guru Tahap 1 Orientasi siswa pada masalah Permasalahan diberikan sebagai petunjuk awal permaianan science-poly disajikan kepada peserta didik sebagai pengantar Tahap 2 Mengorganisasi siswa untuk belajar Permasalahan yang diberikan tersebut sebagai tugas untuk pemecahan masalah secara kelompok dan juga kartu soal sebagai pemecahan masalah Tahap 3 Membimbing pengalaman individual maupun kelompok Peserta didik mendiskusikan masalah yang disajikan dalam media science-poly berbasis PBL secara berkelompok Tahap 4 Mengembangkan dan menyajikan masalah Hasil diskusi dari pertanyaan bersifat PBL dari media science-poly dipresentasikan di depan kelas. Tahap 5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Peserta didik memberikan tanggapan dan guru mengevaluasi hasil dari diskusi kelompok. Sumber : Rusmono, 2012 Pembelajaran menggunakan PBL dapat memberikan berbagai manfaat diantaranya yaitu 1 meningkatkan kecakapan peserta didik dalam pemecahan masalah, 2 lebih mudah mengingat materi pembelajaran yang telah dipelajari, 3 meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap materi ajar, 4 membangun kemampuan kepemimpinan, kerja sama dan kecakapan belajar, 5 memotivasi peserta didik untuk mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi.

2.4 Kemampuan Berpikir Kritis