kata, pengimajian, kata konkret, bahasa figuratif, versifikasi rima, irama, dan ritme, dan tipografi. Kemudian unsur batin puisi terdiri atas tema, nada, suasana,
dan amanat. Adapun menurut Aminuddin 2004:136 unsur pembentuk puisi dapat diamati secara visual. Unsur tersebut meliputi bunyi, kata, larik atau baris,
bait, dan tipografi. Unsur-unsur tersebut dapat diamati secara visual pada sebuah puisi.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tentang unsur-unsur pembentuk puisi di atas dapat disimpulkan bahwa unsur pembentuk puisi terdiri atas unsur
fisik dan unsur batin. Unsur fisik puisi meliputi diksi pilihan kata, pengimajian, bahasa figuratif, versifikasi, dan tipografi. Sedangkan unsur batin puisi meliputi
tema, perasaan, nada, dan amanat. Unsur-unsur pembentuk puisi merupakan sebuah struktur yang tidak bisa berdiri sendiri. Seluruh unsur merupakan kesatuan
dan unsur yang satu dengan unsur yang lainnya menunjukkan hubungan keterjalinan dan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Berikut adalah penjelasan
unsur-unsur fisik sebuah puisi.
a. Diksi Pilihan Kata
Diksi atau pilihan kata mempunyai peranan penting dan utama untuk mencapai keefektifan dalam penulisan suatu karya sastra. Keraf 2009:24
menyampaikan tiga kesimpulan utama mengenai diksi yaitu: Pertama, pilihan kata atau diksi mencakup pengertian kata-kata mana
yang dipakai untuk menyampaikan suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata-kata yang tepat atau menggunakan
ungkapan-ungkapan yang tepat, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu situasi. Kedua, pilihan kata atau diksi adalah
kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan
22
bentuk yang sesuai cocok dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar. Ketiga, pilihan kata yang tepat dan
sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasaan sejumlah besar kosakata atau perbendaharaan kata bahasa itu.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa diksi merupakan pilihan
kata yang tepat untuk menimbulkan suasana dan situasi yang ingin disampaikan penulis kepada pembaca. Pilihan kata atau diksi tidak hanya berhubungan dengan
ketepatan sebuah kata digunakan dalam sebuah tulisan, namun berhubungan juga dengan keberterimaan kata tersebut pada pembaca. Penggunaan diksi yang tepat
akan sangat membantu penulis untuk menyampaikan apa yang sedang dialami oleh penulis kepada pembaca.
b. Pengimajian
Penyair menciptakan pengimajian pencitraan dalam puisinya. Hal tersebut dilakukan untuk memberi gambaran yang jelas tentang apa yang
dirasakan oleh penyair kepada pembacanya. Waluyo 2003:10 mendefinisikan bahwa pengimajian merupakan kata atau susunan kata-kata yang dapat
mempertajam atau memperkonkret apa yang dinyatakan oleh penyair. Menurut Waluyo 2003:10 pengimajian dibedakan menjadi tiga yaitu imaji visual
penglihatan, imaji auditif pendengaran, dan imaji taktil perasaan. Menurut Jabrohim, dkk 2003:37 pengimajian atau citraan merupakan
salah satu sarana utama untuk mencapai kepuitisan sebuah puisi. Maksud kepuitisan adalah keaslian ucapan, sifat yang menarik perhatian, menimbulkan
perasaan kuat, membuat sugesti yang jelas, dan juga sifat yang menghidupkan pikiran. Altenberd dalam Jabrohim, dkk 2003:37 mengungkapkan bahwa citraan
merupakan unsur penting dalam puisi karena dayanya untuk menghadirkan 23
gambaran yang konkret, khas, menggugah, dan mengesankan. Brook dan Warren dalam Jabrohim, dkk 2003:37 mengatakan bahwa citraan dapat merangsang
imajinasi dan menggugah pikiran dibalik sentuhan indera serta dapat pula sebagai alat interpretasi.
Diharapkan sebuah ide yang bersifat abstrak dapat ditangkap oleh pembaca dengan lebih mudah. Oleh karena itu, Situmorang dalam Jabrohim, dkk
2003:38 membedakan citraan atas citraan visual penglihatan, citraan auditif pendengaran, citraan artikulatori pengucapan, citraan olfaktori penciuman,
citraan gustatori kecapan, citraan taktual perabaan atau perasaan, citraan kinestetic gerak, dan citraan organik.
Selain itu, Suyuti dalam Jabrohim, dkk 2003:38 membedakan citraan yang berhubungan dengan indera penglihatan yang disebut citra netra atau citra
dinulu shame image, citraan yang berhubungan dengan indera pendengaran disebut citra talinga atau citra rinungu sound image, auditory image, citraan
yang membuat sesuatu yang ditampilkan tampak bergerak disebut citra lumaksana image of movement, cine esthetics image, citraan yang berhubungan dengan
indera penciuman disebut citra ginanda nosey image, dan citraan yang berhubungan dengan indera rasa lidah disebut citra dinilat atau citra lidah.
Adapun Jabrohim, dkk 2003:39 membedakan citraan menjadi tujuh yaitu citraan penglihatan, citraan pendengaran, citraan penciuman, citraan pencecapan, citraan
rabaan, citraan pikiran atau intelektual, dan yang terakhir citraan gerak. Alfiah dan Santosa 2009:25 menyebutkan bahwa dengan pengimajian,
penggunaan kata atau susunan kata-kata dapat memperjelas dan memperkonkret 24
apa yang dinyatakan oleh penyair. Melalui pengimajian apa yang digambarkan seolah-olah dapat dilihat imaji visual, didengar imaji auditif, atau dirasa imaji
taktil. Setelah mengetahui beberapa pendapat tentang pengimajian, dapat
disimpulkan bahwa pengimajian pada hakikatnya merupakan sebuah cara untuk menampilkan suasana atau keadaan agar lebih konkret apa yang dirasakan oleh
penulis agar pembaca dapat memahami dan menikmati hasil tulisan mereka. Seorang penulis harus mampu menampilkan sebuah keadaan dalam puisi agar
pembaca mampu menangkap isi dari puisi tersebut. Pengimajian atau citraan dapat dibedakan menjadi beberapa antara lain citraan pendengaran, citraan penglihatan,
citraan penciuman, citraan pencecapan, citraan rabaan, citraan pikiran, dan citraan gerak. Bermacam-macam citraan tersebut terkadang digunakan lebih dari satu
secara bersama-sama untuk memperkuat efek kepuitisan.
c. Bahasa Figuratif