ingin disampaikan oleh penulis. Dapat disimpulkan bahwa tipografi memiliki peran yang cukup besar untuk menentukan kualitas sebuah puisi.
Berikut penjelasan tentang unsur batin puisi yang terdiri atas tema, perasaan, nada, dan amanat
a. Tema
Suharianto 1982:49 mengemukakan bahwa tema merupakan pokok permasalahan yang diungkapkan oleh penulis dalam sebuah karya sastra. Untuk
mengetahui tema dari sebuah puisi diperlukan kecerdasan dan kejelian karena dibutuhkan kemampuan menafsirkan kiasan dan perlambang yang digunakan oleh
penulis. Menurut Waluyo 2003:17 tema adalah gagasan pokok subject-matter
yang dikemukakan oleh penyair melalui puisinya. Adapun Jabrohim, dkk 2003:65 mengemukakan bahwa tema adalah sesuatu yang menjadi pikiran
pengarang. Sesuatu yang menjadi pikiran tersebut menjadi dasar bagi puisi yang dicipta seorang penyair.
Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan para ahli dapat disimpulkan bahwa tema adalah gagasan atau ide serta pemikiran seorang penyair
yang dituliskan dalam sebuah puisi. Tema selalu mengacu pada penyair dan merupakan ungkapan pikiran yang sedang dirasakan penyair.
b. Perasaan
Suharianto 1981:46 mengemukakan bahwa puisi diumpamakan sebagai duta perasaan dan pikiran penyair. Lewat puisi yang dituliskan penyair selalu
berusaha agar apa yang terkandung dalam perasaan dan pikirannya dapat 32
terwakili. Waluyo 2003:39 mengemukakan bahwa puisi mengungkapkan perasaan penyair. Nada dan perasaan penyair akan dapat ditangkap apabila puisi
tersebut dibaca keras dalam poetry reading atau deklamasi. Membaca puisi dengan suara keras akan lebih membantu kita menemukan perasaan penyair yang
melatarbelakangi terciptanya puisi tersebut. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa dalam sebuah puisi
terkandung perasaan yang ingin disampaikan kepada pembaca, perasaan penyair tersebut melatarbelakangi terciptanya sebuah puisi. Perasaan tersebut yang
nantinya harus dirasakan pula oleh pembaca.
c. Nada
Suharianto 1981:61 mengemukakan bahwa nada setiap puisi berbeda, bergantung kepada suasananya. Nada-nada tersebut dapat dinyatakan oleh
penyairnya dengan cara implisit dan dapat pula dengan cara eksplisit. Terkadang kedua cara tersebut dipakai oleh penyair secara bergantian dalam sebuah puisinya.
Nada adalah sikap penyair kepada pembaca seperti menggurui, menasehati, mengejek, menyindir, atau bisa jadi pula ia bersikap lugas, hanya
menceritakan sesuatu kepada pembaca Jabrohim, dkk 2003:67. Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa nada merupakan sikap penyair baik
secara implsit maupun eksplisit yang tertulis dalam puisinya. Nada yang digunakan penyair bermacam-macam misalnya nada menasehati, mengejek,
ataupun menyindir. 33
d. Amanat