4.4 Perbandingan Antar Berbagai Model 4.4.1 MRP Teknik LFL
Hal yang pertama kali dilakukan dalam model MRP teknik LFL Lot For Lot adalah menentukan kebutuhan kotor, apabila di awal periode terdapat
persediaan yang cukup besar maka perusahaan akan persediaan awal terlebih dahulu, sehingga tidak perlu melakukan pemesanan selama dapat memenuhi
kebutuhan di waktu tunggu. Pada saat persediaan suatu periode tidak lagi dapat memenuhi kebutuhan kotor maka dilakukan perencanaan penerimaan pesanan
tepat sebesar kebutuhan bersih. Proyeksi kebutuhan persediaan ditangan untuk periode-periode dimana
sudah terdapat dan rencana penerimaan pesanan pada periode sebelumnya dapat ditekan sampai sebesar nol. Yang perlu diketahui dalam menjalankan teknik ini
adalah besar dan waktu pemakaian bahan baku secara akurat yang didasarkan pada jadwal produksi master dan waktu tunggu bahan baku.
Kelemahan dari metode ini adalah perusahaan hanya memesan tepat sebesar jumlah yang dibutuhkan, tanpa ada antisipasi atas pesanan lebih lanjut
sehingga pemesanan harus dilakukan berulang-ulang sesuai dengan kebutuhan bersihnya sehingga akan menimbulkan biaya pemesanan yang besar.
Kelebihannya yaitu biaya penyimpanan dalam metode ini ditiadakan karena pemesanan dilakukan sebesar kebutuhan bersihnya. Ada beberapa asumsi yang
dipakai dalam teknik ini yaitu : § Harga simplisia konstan
§ Pemasok tetap dan tidak ada hambatan pengiriman § BBM dan tarif listik dianggap konstan
§ Tidak ada diskon kuantitas terhadap jumlah simplisia yang dipesan
4.4.2 MRP Teknik EOQ
Perhitungan persediaan bahan baku dilakukan dengan metode EOQ Economic Order Quantity. Persediaan bahan baku yang optimal akan
meminimalkan biaya-biaya yang terkait dengan adanya persediaan. Biaya persediaan terdiri dari biaya pemesanan dan penyimpanan bahan baku. Menurut
Buffa dan Sarin 1996 biaya-biaya tersebut dirumuskan sebagai berikut : Biaya pemesanan bahan baku tahunan = R QC
Biaya penyimpanan bahan baku tahunan = Q 2H Sedangkan biaya inkremental total TIC akibat adanya persediaan dihitung
dengan rumus : TIC = Q 2H
+ R QC Kuantitas sediaan bahan baku Q akan optimal jika biaya inkremental
total mencapai nilai mini mum. Hal ini akan dicapai apabila turunan pertama dari TIC tersebut terhadap variabel Q sama dengan 0. Dengan demikian
perhitungannya adalah sebagai berikut : TIC
= Q 2H + R QC
d TIC = H
2 – C R Q
2
= 0 d Q
= H 2 – C R Q
2
H 2
= C R Q
2
Q
2
H = 2 C R
Q
2
= 2 C R H Q optimal EOQ =
v
2 C R H
Dimana : R
= Pemakaian rata-rata bahan baku per periode Q
= Tingkat sediaan H
= Biaya penyimpanan unit per periode C
= Biaya pemesanan per pemesanan TIC
= Biaya inkremental total
Apabila terdapat persediaan awal yang cukup besar maka perusahaan tidak perlu melakukan rencana permintaan bahan baku sampai persedian tersebut
tidak lagi dapat memenuhi kebutuhan perusahaan. Pesanan yang direncanakan akan diterima pada saat dan jumlah yang mencukupi dan mendekati kebutuhan
bersih sesuai dengan kelipatan EOQ yang telah dihitung sebelumnya. Pada penelitian ini diasumsikan tidak ada safety stock agar teknik EOQ ini dapat
dibandingkan dengan dua teknik lainnya yaitu LFL dan PPB. Asumsi yang dipakai dalam teknik ini adalah :
§ Harga simplisia konstan § Pemasok tetap dan tidak ada hambatan pengiriman
§ BBM, tarif listik dan telepon dianggap konstan § Tidak ada diskon kuantitas terhadap jumlah simplisia yang dipesan
§ Kapasitas gudang mencukupi
4.4.3 MRP Teknik PPB
Dalam teknik PPB Part Period Balancing besar pesanan dilakukan sebesar kebutuhan kotor pada suatu periode yang dapat digabungkan.
Penggabungan periode dilakukan untuk gabungan berurutan yang memiliki nilai kumulatif bagian periode mendekati nilai Economic Part Period EPP. EPP
dihitung dengan rumus EPP = CH, dimana C adalah biaya pemesanan per
pesanan dan H adalah biaya penyimpanan per unit per periode. Bagian periode dihitung dengan cara mengalikan persedian ekstra yang ditanggung dengan
periode yang ditanggung. Pesanan yang direncanakan akan diterima pada saat dan jumlah yang
mencukupi kebutuhan kotor sepanjang periode gabungan sesuai dengan perhitungan PPB berdasarkan EPP yang telah dihitung sebelumnya. Sehingga
pada saat suatu periode gabungan yang telah ditentukan tidak memilki kebutuhan bersih maka ada rencana penerimaan pesanan. Pada periode gabungan yang kedua
dan yang ketiga dan seterusnya dari suatu gabungan periode, dimana kebutuhan kotornya sudah diterima pada periode pertama dari gabungan periode, maka
periode kedua, ketiga dan seterusnya tidak terdapat kebutuhan bersih, sehingga pesanan yang direncanakan akan diterima sama dengan nol. Pada awal periode
gabungan direncanakan pesanan yang akan diterima sebesar kebutuhan kotor sepanjang periode gabungan.
Kelebihan dari teknik ini yaitu perusahaan akan mendapat beberapa keuntungan melakukan pemesanan dalam jumlah besar dengan frekuensi
pemesanan yang lebih kecil. Kelema han dari teknik ini adalah metode ini kurang sesuai diterapkan untuk bahan baku yang mudah rusak. Asumsi yang dipakai
adalah : § Harga simplisia konstan
§ Kapasitas gudang mencukupi § Pemasok tidak mengalami hambatan dalam menyediakan simplisia
§ BBM, tarif listrik dan telepon dianggap konstan § Tidak ada diskon kuantitas terhadap jumlah simplisia yang dipesan
4.4.5 Kebijakan Perusahaan
Untuk dapat menganalisis sistem pengadaan dan pengendalian persediaan bahan baku yang dilakukan perusahaan hal-hal yang harus diketahui meliputi
persediaan awal, persediaan akhir, pemakaian bahan baku oleh perusahaan, frekuensi dan kuantitas pesanan.
4.5 Analisis Perbandingan Biaya