7.4 Waktu Tunggu Pengadaan Bahan Baku
Waktu tunggu lead time pengadaan persediaan simplisia merupakan waktu yang dibutuhkan sejak simplisia dipesan sampai simplisia tersebut sampai
di gudang penyimpanan perusahaan dan siap digunakan dalam proses produksi. Perusahaan belum memiliki catatan detail mengenai waktu tunggu antara
pemesanan dan penerimaan pesanan. Berdasarkan keterangan dari pihak perusahaan diperoleh keterangan bahwa waktu tunggu pengadaan simplisia jahe
merah dan adas soa adalah 6 hari.
7.5 Sistem Pengendalian Persediaan Bahan Baku Pada PT X
Pengendalian persediaan bahan baku yang dilakukan perusahaan bertujuan agar produksi dapat berjalan dengan kontinu, efektif dan efisian. Pada penelitian
ini akan dibahas kebijakan pengendalian persediaan yang dilakukan PT X dan metode pengendalian persediaan yang disebut Material Requirement Planning
MRP dengan tiga teknik alternatif ukuran lot yaitu teknik Lot For Lot LFL, Economic Order Quantity EOQ dan Part Period Balancing PPB.
Prinsip pengendalian persediaan bahan baku adalah untuk meminimalkan total biaya persediaan bahan baku dan menjaga ketersediaan bahan baku agar
dapat memenuhi kebutuhan bahan baku tersebut. Pembahasan kebijakan pengendalian persediaan perusahaan dan ketiga teknik pengendalian persediaan
metode MRP dari simplisia jahe merah dan adas soa dapat dillihat pada Lampiran 5.
7.5.1 Kebijakan Pengendalian Persediaan Bahan Baku pada PT X
Dalam melakukan pengendalian persediaan bahan baku PT X melakukan pemesanan bahan baku berdasarkan rencana produksi dan permintaan konsumen.
Sifat simplisia baik kualitas ataupun kuantitasnya sangat tergantung dari alam membuat manajemen perusahaan perlu melakukan pengendalian persediaan
simplisia yang baik agar dapat menjaga kontinuitas dan mengantisipasi kerusakan simplisia. Bagian produksi harus terus melakukan pemeriksaan rutin terhadap
bahan baku yang ada di gudang. Bagian produksi sebagai pengendali persediaan menghitung jumlah
persediaan bahan baku yang diperlukan sebanyak kebutuhan ditambah stok antisipasi agar jika ada permi ntaan mendadak perusahaan tetap dapat memenuhi
permintaan.
Tabel 11. Frekuensi dan Kuantitas Pembelian dengan Kebijakan yang Diterapkan PT X, 2004
Bulan Jahe Merah
Adas Soa Frekuensi
kali Kuantitas
kg Frekuensi
kali Kuantitas
kg
Januari 4
280 2
60 Februari
4 95
Maret 5
450 6
454 April
7 2658
5 415
Mei 6
1583 5
102 Juni
5 990
4 53
Juli 4
67 2
12 Agustus
3 51
1 6
September 1
21 1
3 Oktober
1 15
November Desember
1 10
Total 41
6.222 26
1.105 Sumber : PT X, 2004 diolah
Pada tahun 2004 untuk simplisia jahe merah dilakukan pembelian sebanyak 41 kali. Sedangkan untuk simplisia adas soa dilakukan pembelian
sebanyak 26 kali. Berdasarkan kebijakan pengendalian persediaan simplisia yang diterapkan perusahaan, total biaya persediaan yang dikeluarkan perusahaan
selama tahun 2004 mencapai Rp 7.167.493,15. Biaya pemesanan menjadi komponen terbesar dalam biaya persediaan yaitu sebesar Rp 5.025.000,00 atau
sebesar 70,1 persen dari total biaya persediaan. Hal ini disebabkan karena tingginya frekuensi biaya pembelian simplisia yang dilakukan oleh perusahaan.
Biaya pemesanan tertinggi adalah untuk simplisia jahe merah. Secara terperinci komponen biaya persediaan dengan kebijaka n perusahaan dapat dilihat pada Tabel
12. Berdasarkan Tabel 12 dapat dilihat bahwa biaya penyimpanan jahe merah
sebesar Rp 1.467.835,87
pada
tahun 2004 lebih tinggi dari biaya penyimpanan adas soa yang hanya Rp 674.657,28
.
Hal ini disebabkan karena kuanti tas penyimpanan jahe merah lebih besar dibandingkan frekuensi pemesanan dan
kuantitas penyimpanan adas soa. Tabel 12. Biaya Persediaan Simplisia Jahe Merah dan Adas Soa dengan
Kebijakan PT X, 2004
Uraian Jenis Simplisia
Jahe Merah Adas Soa
Frekuensi kali 41
26 Biaya Pemesanan per Pesanan Rp
75.000 75.000
Biaya Pemesanan Rp 3.075.000
1.950.000 Biaya Penyimpanan Rpkgminggu
131,32 337,92
Biaya Penyimpanan Setahun Rp 1.467.835,87
674.657,28 Biaya Persediaan Setahun Rp
4.542.835,87 2.624.657,28
Sumber : PT X, 2004 diolah
Kuantitas pembelian jahe merah selama tahun 2004 adalah sebesar 6.222 kg dan dan adas soa sebesar 1.105 kg. kuantitas pembelian yang paling besar
adalah jahe merah karena paling banyak digunakan pada produk jamu PT X. Biaya pembelian untuk simplisia jahe merah sebesar Rp 466.650.000 dan untuk
simplisia adas soa sebesar Rp 221.000.000,00.
7.5.2 Metode MRP Material Requirement Planning
Kuantitas produksi jamu PT X tidak sama untuk setiap periodenya. Oleh karena itu PT X dapat menerapkan metode pengendalian persediaan bahan baku
yang disebut Material Requirement Planning MRP sebagai alternatif proses pengendalian persediaan. Langkah pertama yang harus dilakukan dalam metode
MRP adalah penetapan kebutuhan kotor dari masing-masing jenis bahan baku sesuai dengan rencana dan kapasitas produksi. Jika persediaan di tangan masih
ada maka persediaan tersebut harus dihabiskan dulu baru ditentukan kebutuhan bersihnya yang merupakan hasil pengurangan dari kebutuhan kotor dengan
penerimaan terjadwal dan persediaan di tangan. Kemudian ditentukan ukuran lot pemesanan bahan baku berdasarkan teknik LFL, EOQ dan PPB.
7.2.5.1 Metode MRP Teknik Lot For Lot LFL
Besarnya pesanan yang dilakukan dengan metode MRP teknik LFL adalah sebesar kebutuhan bersih sesuai dengan lead time masing-masing jenis bahan
baku. Kebutuhan simplisia jahe merah dan adas soa diharapkan dapat tersedia dalam jumlah dan waktu yang tepat sehingga dapat menghilangkan persediaan di
gudang agar bias mengurangi biaya penyimpanan yang dikeluarkan perusahaan.
Pemesanan simplisia jahe merah dilakukan mulai bulan Februari 2004 sedangkan adas soa pada bulan Maret 2004. Besar pesanan sesuai dengan
kebutuhan bersih masing-masing simplisia yaitu untuk jahe merah sebesar 9,5 kg dan adas soa sebesar 2,5 kg. Pemesanan dilakukan saat persediaan awal bulan
Januari 2004 tidak mencukupi kebutuhan bersih pada periode produksi. Rencana penerimaan pesanan disesuaikan dengan waktu tunggu masing-masing jenis
simplisia tersebut. Pada tahun 2004 frekuensi pemesanan jahe merah dan adas soa dengan
menggunakan metode LFL jauh lebih besar dibandingkan kebijakan perusahaan. Frekuensi pemesanan untuk jahe merah adalah sebesar 40 kali dan adas soa
sebesar 29 kali Tabel 13. Berdasarkan Tabel 13 kuantitas pembelian untuk jahe merah sebesar 5.256,3 kg dimana jumlah tersebut lebih kecil dibandingkan
pembelian yang dilakukan perusahaan. Sedangkan kuantitas pembelian adas soa sebesar 669,8 kg lebih kecil dari pembelian yang dilakukan perusahaan.
Tabel 13. Frekuensi Pemesanan dan Kuantitas Pesanan dengan Metode MRP Teknik LFL PT X, 2004
Bulan Jahe Merah
Adas Soa Frekuensi
kali Kuantitas
kg Frekuensi
kali Kuantitas
kg
Januari ,0
,00 Februari
2 89,5
,00 Maret
4 472,5
3 72,8
April 5
2.249 ,0
5 292
,00 Mei
4 1.129
,0 4
134,75 Juni
4 860,5
4 135
,00 Juli
4 236
,0 5
24,75 Agustus
4 121
,0 4
8,25 September
4 37,5
2 1,75
Oktober 5
45,8 1
0,5 November
1 4,5
,00 Desember
3 11
,0 ,00
Total 40
5.256,3 29
669,80
Total biaya pembelian simplisia jahe merah dan adas soa dengan menggunakan teknik LFL adalah sebesar Rp 528.182.500,00. Pembelian tertinggi
pada simplisia jahe merah sebesar Rp 394.222.500,00 atau sebesar 74,64 persen dari total pembelian. Sedangkan biaya pembelian simplisia adas soa adalah
sebesar Rp 133.960.000,00 atau sebesar 25,36 persen dari total biaya pembelian Berdasarkan Tabel 14 total biaya pemesanan dengan metode MRP teknik
LFL adalah sebesar Rp 5.175.000,00 atau sebesar 98,66 persen dari total biaya persediaan. Tingginya biaya pemesanan disebabkan oleh tingginya frekuensi
pemesanan dimana pemesanan dilakukan hampir setiap minggunya. Total biaya penyimpanan dengan teknik ini sebesar Rp 145.205,04 atau
sebesar 1,34 persen dari total biaya persediaan. Rendahnya biaya penyimpanan disebabkan dalam teknik LFL ini pemesanan dilakukan tepat sebesar kebutuhan
bersihnya sehingga persediaan di tangan ditiadakan. Adanya biaya penyimpanan berasal dari persediaan awal tahun 2004.
Total biaya persediaan dengan teknik LFL mencapai Rp 5.245.205,04. Biaya persediaan tertinggi adalah untuk simplisia jahe merah yaitu sebesar Rp
3.062.245,68 atau sebesar 58,38 persen dari total biaya persediaan. Sedangkan biaya persediaan untuk simplisia adas soa adalah sebesar Rp 2.182.959,36 atau
sebesar 41,62 persen dari total biaya persediaan.
Tabel 14. Biaya Persediaan Simplisia Jahe Merah dan Adas Soa dengan MRP Teknik LFL PT X, 2004
Uraian Jenis Simplisia
Jahe Merah Adas Soa
Frekuensi kali 40
,00 29
,00 Biaya Pemesanan per Pesanan Rp
75.000 ,00
75.000 ,00
Biaya Pemesanan Rp 3.000.000
,00 2.175.000
,00 Persediaan Rata-Rata Setahun kg
474 ,00
245,5 BiayaPenyimpanan Rpkgminggu
131,32 337,92
Biaya Penyimpanan Setahun Rp 62.245,68
82.959,36 Biaya Persediaan Setahun Rp
3.062.245,68 2.182.959,36
7.2.5.2 Metode MRP Teknik Economic Order Quantity EOQ
Sistem pengendalian persediaan simplisia dengan metode MRP teknik EOQ melakukan pemesanan sebesar kelipatan dari EOQ terdekat yang lebih besar
dari kebutuhan bersihnya 2 x EOQ, 3 x EOQ, dst. Nilai EOQ merupakan kuantitas optimal dalam melakukan pemesanan. Berdasarkan rumus EOQ
diperoleh besarnya kuantitas ekonomis untuk ukuran lot tiap jenis simplisia. Pada metode ini rencana pelaksanaan pesanan dilakukan pada saat
kebutuhan bersih lebih besar dari kebutuhan kotor. Jika terdapat persediaan awal pada bulan Januari 2004 maka persediaan awal tersebut harus digunakan terlebih
dahulu. Frekuensi pemesanan dengan MRP teknik EOQ untuk jahe merah dan adas soa relatif rendah yaitu sebanyak 16 kali untuk simplisia jahe merah dan 8
kali untuk simplisia adas soa. Berdasarkan Tabel 15 kuantitas pemesanan untuk jahe merah adalah sebesar 5.438 kg dan adas soa sebesar 599,24 kg. Total biaya
pembelian untuk simplisia jahe merah dan adas soa adalah sebesar Rp 527.698.000,00. Jumlah pembelian terbesar adalah untuk simplisia jahe merah
sebesar Rp 407.850.000,00, sedangkan simplisia adas soa sebesar Rp 119.848.000,00.
Tabel 15. Frekuensi Pemesanan dan Kuantitas Pesanan dengan Metode MRP Teknik EOQ PT X, 2004
Bulan Jahe Merah
Adas Soa Frekuensi
kali Kuantitas
kg Frekuensi
kali Kuantitas
kg
Januari ,000
,000 Februari
1 339,875
,000 Maret
1 339,875
1 74,905
April 7
2.379,125 3
224,715 Mei
3 1.019,625
2 149,81
Juni 3
1.019,625 2
149,81 Juli
,000 ,000
Agustus 1
339,875 ,000
September ,000
,000 Oktober
,000 ,000
November ,000
,000 Desember
,000 ,000
Total 16
5.438 ,000
8 599,24
Berdasarkan Tabel 16 total biaya pemesanan adalah sebesar Rp 1.800.000,00 atau sebesar 52,63 persen dari total biaya persediaan. Biaya
pemesanan terbesar adalah simplisia jahe merah sebesar Rp 1.200.000 atau
sebesar 35,09 persen dari total biaya persediaan. Hal ini disebabkan karena frekuensi pemesanan jahe merah lebih banyak dibandingkan adas soa.
Total biaya penyimpanan dengan metode MRP teknik EOQ adalah Rp 1.620.259,29 atau sebesar 47,37 persen dari total biaya persediaan. Hal ini
disebabkan karena jumlah simplisia jahe merah yang disimpan lebih besar dibandingkan adas soa Tabel 16.
Total biaya persediaan dengan menggunakan metode MRP teknik EOQ adalah sebesar Rp 3.420.259,29. Biaya persediaan terbesar adalah pada simplisia
jahe merah sebesar Rp 1.246.635,9 atau 37 persen dari total biaya persediaan. Hal ini disebabkan karena tingginya frekuensi pemesanan dan kuantitas penyimpanan
yang lebih besar pada simplisia tersebut dibandingkan adas soa. Sedangkan untuk simplisia adas soa adalah sebesar Rp 354.362,39 atau 10,36 persen dari total biaya
persediaan. Besarnya biaya persediaan dan komponen biaya persediaan yang terjadi pada metode MRP teknik EOQ dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16. Biaya Persediaan Simplisia Jahe Merah dan Adas Soa dengan MRP Teknik EOQ PT X, 2004
Uraian Jenis Simplisia
Jahe Merah Adas Soa
Frekuensi kali 8
,00 4
,00 Biaya Pemesanan per Pesanan Rp
75.000 ,00
75.000 ,00
Biaya Pemesanan Rp 1.200.000
,00 600.000
,00 Persediaan Rata-Rata Setahun kg
9.637,8 1.049,43
BiayaPenyimpanan Rpkgminggu 131,32
337,92 Biaya Penyimpanan Setahun Rp
1.265.635,9 354.623,39
Biaya Persediaan Setahun Rp 2.465.635,9
954.623,39
7.2.5.3 Metode MRP Teknik Part Period Balancing PPB
Sistem pengendalian persediaan dengan metode MRP teknik PPB melakukan pemesanan sebesar kebutuhan kotor pada suatu periode yang dapat
digabungkan. Penggabungan periode dilakukan untuk gabungan periode berurutan yang memiliki nilai kumulatif bagian periode mendekati nilai Economic Part
Period EPP. EPP dihitung dengan rumus EPP = CH, dimana C adalah biaya pemesanan per pesanan dan H adalah biaya penyimpanan per unit per periode.
Bagian periode dihitung dengan mengalikan persediaan yang ditanggung dengan jumlah periode yang ditanggung.
Berdasarkan metode ini rencana pelaksanaan pesanan dilakukan setelah kebutuhan bersih lebih besar dari kebutuhan kotor. Apabila terdapat persediaan
awal pada tahun 2004 maka persediaan awal tersebut dihabiskan terlebih dahulu. Pemesanan simplisia dilakukan jika persediaan di tangan masing-masing jenis
simplisia sudah tidak dapat lagi memenuhi kebutuhan bersih. Pemesanan untuk simplisia jahe merah dimulai pada bulan Februari dan pada bulan Maret untuk
simplisia adas soa sebesar nilai kebutuhan kotor periode yang digabungkan yang mendekati nilai EPP masing-masing jenis simplisia.
Berdasarkan Tabel 17 kuantitas pemesanan dengan menggunakan teknik PPB adalah sebesar 4.894,5 kg untuk simplisia jahe merah, sedangkan kuantitas
pemesanan untuk simplisia adas soa adalah sebesar 669,8 kg. Jumlah pembelian simplisia jahe merah dan adas soa adalah Rp 501.047.500,00. Pembelian
terbanyak adalah simplisia jahe merah yaitu sebesar Rp 367.087.500,00. Untuk simplisia adas soa biaya pembelian sebesar Rp 133.960.000,00.
Tabel 17. Frekuensi Pemesanan dan Kuantitas Pesanan dengan Metode MRP Teknik PPB PT X, 2004
Bulan Jahe Merah
Adas Soa Frekuensi
kali Kuantitas
kg Frekuensi
kali Kuantitas
kg
Januari ,0
,0 Februari
1 272
,0 ,0
Maret 1
540 ,0
1 72,8
April 2
1.634 ,0
2 362
,0 Mei
2 1.129
,0 1
144,2 Juni
2 1.054
,0 1
90,8 Juli
1 231
,0 ,0
Agustus ,0
,0 September
,0 ,0
Oktober 1
34,3 ,0
November ,0
,0 Desember
,0 ,0
Total 10
4.894,3 5
669,8
Biaya pemesanan yang dikeluarkan pada metode MRP teknik PPB relatif lebih kecil dibandingkan teknik LFL dan EOQ. Total biaya pemesanan pada
teknik ini adalah sebesar Rp 1.125.000,00 atau sebesar 49,07 persen dari total biaya persediaan. Biaya pemesanan terbesar adalah untuk simplisia jahe merah
yaitu sebesar Rp 750.000,00 atau sebesar 66,67 persen dari total biaya pemesanan. Biaya pemesanan untuk simplisia adas soa sebesar Rp 375.000 atau sebesar 33,33
persen dari total biaya pemesanan. Total biaya penyimpanan yang dikeluarkan adalah sebesar Rp 969.309,63
atau sebesar 43,63 persen dari total biaya persediaan. Biaya penyimpanan terbesar adalah untuk simplisia jahe merah sebesar Rp 695.746,49 atau sebesar 31,31
persen dari total biaya penyimpanan. Untuk biaya penyimpanan simplisia adas soa adalah sebesar Rp 273.563,14 atau sebesar 12,31 persen dari total biaya
penyimpanan. Total biaya persediaan selama tahun 2004 dengan menggunakan metode
MRP teknik PPB adalah sebesar Rp 2.221.840,63. Biaya persediaan terbesar adalah pada simplisia jahe merah sebesar Rp 1.445.746,49 atau 65,07 persen dari
total biaya persediaan. Hal ini disebabkan karena tingginya frekuensi pemesanan dan kuantitas penyimpanan pada simplisia tersebut. Sedangkan untuk simplisia
adas soa adalah sebesar Rp 776.094,14 atau 34,93 persen dari total biaya persediaan. Besarnya biaya persediaan dan komponen biaya persediaan yang
terjadi pada metode MRP teknik PPB dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18. Biaya Persediaan Simplisia Jahe Merah dan Adas Soa dengan MRP Teknik PPB PT X, 2004
Uraian Jenis Simplisia
Jahe Merah Adas Soa
Frekuensi kali 10
,00 5
,00 Biaya Pemesanan per Pesanan Rp
75.000 ,00
75.000 ,00
Biaya Pemesanan Rp 750.000
,00 375.000
,00 Persediaan Rata-Rata Setahun kg
5.298,1 ,0
1.186,95 Biaya Penyimpanan Rpkgminggu
131,32 337,92
Biaya Penyimpanan Setahun Rp 695.746,49
273.563,14 Biaya Persediaan Setahun Rp
1.445.746,49 776.094,14
7.5.3 Analisis Perbandingan Metode Pengendalian Persediaan
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode MRP yang meliputi teknik LFL, EOQ dan PPB yang akan dibandingkan dengan kebijakan
perusahaan untuk menganalisis pengendalian persediaan. Hasil perbandingannya
meliputi perbandingan antar metode pada tiap jenis bahan baku dan perbandingan antar metode pada keseluruhan bahan baku. Hasil kedua perbandingan tersebut
akan dapat menentukan metode alternatif terbaik bagi perusahaan sehingga dapat dilakukan pengendalian persediaan simplisia yang efektif dan efisien.
7.5.3.1 Analisis Perbandingan Pada Tiap Jenis Simplisia
Perbandingan yang dilakukan antar metode pada tiap jenis simplisia meliputi perbandingan frekuensi pembelian, kuantitas pembelian, biaya
pembelian, biaya pemesanan, biaya penyimpanan dan biaya persediaan. Metode yang digunakan adalah metode MRP teknik LFL, EOQ dan PPB yang akan
dibandingkan dengan kebijakan perusahaan. Setelah dibandingkan kemudian dihitung penghematan biaya persediaan pada tiap jenis simplisia.
Tabel 19. Frekuensi Pemesanan dan Kuantitas Pesanan Metode MRP dan Kebijakan Perusahaan, 2004
Jenis Simplisia
Metode Pengendalian Persediaan Simpl isia Kebijakan
Perusahaan MRP Teknik
LFL MRP Teknik
EOQ MRP Teknik PPB
Frek. kali
Kuant. kg
Frek. kali
Kuant. kg
Frek. kali
Kuant. kg
Frek. kali
Kuant. kg
Jahe Merah
41 6.222
40 5.256,3
16 5.438
10 4.894,5
Adas Soa
26 1.105
29 669,8
8 599,24
5 669,8
Berdasarkan Tabel 19 frekuensi pemesanan dengan kebijakan perusahaan relatif besar jika dibandingkan dengan metode MRP teknik EOQ dan PPB.
Sedangkan dengan metode MRP teknik LFL frekuensi pesanan menjadi sangat besar karena pemesanan dilakukan setiap ada kebutuhan simplisia dan
meniadakan persediaan, sehingga pemesanan dilakukan hampir setiap minggu selama tahun 2004. Pada metode MRP teknik EOQ pemesanan dilakukan
berdasarkan kelipatan EOQ, sedangkan pada MRP teknik PPB dilakukan berdasarkan suatu gabungan periode dan pemesanan hanya dilakukan pada awal
gabungan periode sehingga frekuensi pemesanan dapat pada kedua teknik tersebut dapat dikurangi.
Frekuensi pemesanan tertinggi untuk simplisia jahe merah terdapat pada kebijakan perusahaan dan untuk simplisia adas soa terdapat pada metode MRP
teknik LFL. Frekuensi pemesanan jahe merah sebesar 38,32 persen dan adas soa sebesar 42,65 persen dari total frekuensi pemesanan masing-masing jenis
simplisia tersebut. Sedangkan frekuensi terendah pada tiap jenis simplisia terdapat pada metode MRP teknik PPB yaitu untuk simplisia jahe merah sebesar 9,35
persen dan simplisia adas soa sebesar 7,32 persen dari total frekuensi pemesanan. Berdasarkan Tabel 19 kuantitas pesanan tertinggi kedua jenis simplisia
tersebut terdapat pada kebijakan perusahaan yaitu simplisia jahe merah sebesar 28,57 persen dan adas soa sebesar 36,31 persen dari total kuantitas pesanan pada
masing-masing jenis simplisia. Kuantitas pesanan terendah terdapat pada metode MRP teknik PPB yaitu untuk simplisia jahe merah sebesar 22,47 persen dan adas
soa sebesar 22,01 persen dari total kuantitas pesanan pada masing-masing jenis simplisia tersebut.
Tabel 20. Perbandingan Biaya Pemesanan Simplisia Jahe Merah dan Adas Soa Metode MRP dengan Kebijakan Perusahaan Rp, 2004
Jenis Simplisia
Metode Pengendalian Persediaan Simplisia Kebijakan
Perusahaan MRP Teknik
LFL MRP Teknik
EOQ MRP Teknik
PPB
Jahe Merah 3.075.000
3.000.000 1.200.000
750.000 Adas Soa
1.950.000 2.175.000
600.000 375.000
Biaya pemesanan berkaitan dengan frekuensi pemesanan. Biaya pemesanan tertinggi pada untuk simplisia jahe merah sebesar 38,32 persen
terdapat pada kebijakan perusahaan, sedangkan untuk simplisia adas soa terdapat pada metode MRP teknik LFL sebesar 42,63 persen Tabel 20. Biaya pemesanan
terendah terdapat pada metode MRP teknik PPB yaitu sebesar 9,35 persen untuk simplisia jahe merah dan 7,35 persen untuk simplisia adas soa.
Tabel 21. Perbandingan Biaya Penyimpanan Simplisia Jahe Merah dan Adas Soa pada Metode MRP dengan Kebijakan Perusahaan Rp,
2004
Jenis Simplisia
Metode Pengendalian Persediaan Simplisia Kebijakan
Perusahaan MRP Teknik
LFL MRP Teknik
EOQ MRP Teknik
PPB
Jahe Merah 1.467.835,87
62.245,68 1.265.635,9
695.746,49 Adas Soa
674.657,28 82.959,36
354.623,39 273.563,14
Berdasarkan Tabel 21 biaya penyimpanan pada tiap jenis simplisia tertinggi terdapat pada kebijakan perusahaan yaitu untuk simplisia jahe merah
sebesar 42,04 persen dan adas soa sebesar 48,68 persen dari total biaya penyimpanan masing-masing jenis simplisia tersebut.
Biaya penyimpanan terendah pada tiap jenis simplisia tersebut terdapat pada metode MRP teknik LFL karena tidak terdapat sisa persediaan sebagai akibat
pembelian dilakukan tepat sebesar kebutuhan bersih. Biaya penyimpanan tiap
jenis simplisia tersebut adalah sebesar 1,78 persen untuk simplisia jahe merah dan 5,97 persen untuk adas soa.
Tabel 22. Perbandingan Biaya Persediaan Simplisia Jahe Merah dan Adas Soa Metode MRP dengan Kebijakan Perusahaan Rp, 2004
Jenis Simplisia
Metode Pengendalian Persediaan Simplisia Kebijakan
Perusahaan MRP Teknik
LFL MRP Teknik
EOQ MRP Teknik
PPB
Jahe Merah 4.542.835,87
3.062.245,68 2.465.635,9
1.445.746,49 Adas Soa
2.624.657,28 2.182.959,36
954.623,39 776.094,14
Berdasarkan Tabel 22 biaya persediaan tertinggi simplisia jahe merah dan adas soa terdapat pada kebijakan perusahaan yaitu sebesar 18,41 persen dan 19,74
persen dari total biaya persediaan tiap jenis simplisia. Hal ini menunjukkan bahwa kebijakan pengendalian persediaan yang dilakukan perusahaan belum optimal.
Berdasarkan perbandingan ketiga metode lainnya, metode PPB menimbulkan biaya persediaan terendah pada tiap jenis simplisia, masing-masing
sebesar 14,77 persen untuk simplisia jahe merah dan 13,55 persen untuk simplisia adas soa. Hal ini berarti metode PPB dapat memberi alternatif penghitungan biaya
persediaan yang optimal.
7.5.3.2 Rekapitulasi Perbandingan Pada Keseluruhan Persediaan Simplisia
Tabel 23-24 di bawah ini me nunjukan rekapitulasi dari semua perbandingan antar metode pengendalian persediaan pada keseluruhan persediaan
simplisia jahe merah dan adas soa yang meliputi frekuensi pemesanan, kuantitas pesanan, biaya pembelian, biaya pemesanan, biaya penyimpanan dan biaya
persediaan.
Tabel 23. Rekapitulasi Perbandingan Antar Teknik Pada Keseluruhan Persediaan Simplisia Jahe Merah, 2004
Uraian Kebijakan
Perusahaan Metode MRP
LFL EOQ
PPB
Frek. Pemesanan kali 41
40 16
10 Kuant. Pesanan kg
6.222 5.256,3
5.438 4.894,5
Biaya Pembelian Rp 466.650.000
394.222.500 407.850.000
367.087.500 Biaya PemesananRp
3.075.000 3.000.000
1.200.000 750.000
Biaya Penyimpanan Rp 1.467.835,87
62.245,68 1.265.635,9
695.746,49 Biaya Persediaan Rp
4.542.835,87 3.062.245,68
2.465.635,9 1.445.746,49
Pada Tabel 23 di atas menunjukkan bahwa frekuensi pemesanan simplisia jahe merah yang dilakukan perusahaan sebanyak 41 kali lebih besar dari metode
MRP. Frekuensi pemesanan yang dilakukan dengan metode MRP menggunakan teknik LFL sebanyak 40 kali, teknik EOQ sebanyak 16 kali dan teknik PPB
sebanyak 10 kali. Kuantitas pesanan simplisia jahe merah ya ng dibeli perusahaan lebih besar
dari metode MRP. Hal ini mengakibatkan tingginya biaya pembelian yaitu sebesar Rp 466.650.000,00. Biaya pemesanan tertinggi terdapat pada kebijakan
perusahaan sebesar Rp 3.075.000,00, sedangkan biaya pemesanan terendah terdapat pada metode MRP teknik PPB sebesar Rp 750.000,00. Biaya
penyimpanan tertinggi terdapat pada kebijakan perusahaan sebesar Rp 1.467.835,87, sedangkan biaya penyimpanan terendah terdapat pada metode MRP
teknik LFL sebesar Rp 62.245,68. Biaya persediaan tertinggi terdapat pada kebijakan perusahaan sebesar Rp 4.542.835,87 dan biaya persediaan terendah
terdapat pada metode MRP teknik PPB sebesar Rp 1.445.746,49.
Tabel 24. Rekapitulasi Perbandingan Antar Teknik Pada Keseluruhan Persediaan Simplisia Adas Soa, 2004
Uraian Kebijakan
Perusahaan Metode MRP
LFL EOQ
PPB
Frek. Pemesanan kali 26
29 8
5 Kuant. Pesanan kg
1.105 669,8
599,24 669,8
Biaya Pembelian Rp 221.000.000
133.960.000 119.848.000
133.960.000 Biaya PemesananRp
1.950.000 2.175.000
600.000 375.000
Biaya Penyimpanan Rp 674.657,28
82.959,36 354.623,39
273.563,14 Biaya Persediaan Rp
2.624.657,28 2.182.959,36
954.623,39 776.094,14
Keterangan : = Frekuensi pembelian lebih besar dari metode perusahaan
Tabel 24 di atas menunjukkan bahwa frekuensi pemesanan yang dilakukan perusahaan untuk simplisia adas soa sebanyak 26 kali lebih kecil dari metode
MRP teknik LFL, namun lebih besar dari metode MRP teknik EOQ dan PPB. Frekuensi pemesanan yang dilakukan dengan metode MRP teknik LFL sebanyak
29 kali, teknik EOQ sebanyak 8 kali dan teknik PPB sebesar 5 kali. Kuantitas pemesanan simplisia adas soa yang dilakukan perusahaan
sebesar 1.105 kg lebih besar dari metode MRP. Hal ini berakibat pada tingginya biaya pembelian yaitu sebesar Rp 221.000.000,00, sedangkan biaya pembelian
terendah terdapat pada metode MRP teknik LFL dan PPB sebesar Rp 133.960.000,00. Biaya pemesanan tertinggi pada metode MRP teknik LFL yaitu
sebesar Rp 2.175.000,00 sedangkan biaya pemesanan terendah pada metode MRP teknik PPB sebesar Rp 375.000,00.
Biaya penyimpanan tertinggi terdapat pada kebijakan perusahaan sebesar Rp 674.657,28 dan biaya penyimpanan terendah pada metode MRP teknik LFL
sebesar Rp 82.959,36. Sedangkan biaya persediaan terendah sebesar Rp 776.094,14 dan frekuensi pemesanan optimal sebanyak 5 kali terdapat pada
metode MRP teknik PPB.
7.5.4 Analisis Penghematan Terhadap Kebijakan Perusahaan
Penghitungan penghematan hasil pengendalian persediaan simplisia jahe merah dan adas soa selama tahun 2004 dilakukan dengan menghitung selisih
antara nilai pada metode alternatif dengan nilai pada kebijakan perusahaan. Analisis penghematan yang dilakukan adalah analisis biaya persediaan tiap jenis
bahan baku dan penghematan pada keseluruhan bahan baku dan hasilnya adalah metode terbaik.
Tabel 25. Persentase Penghematan Metode MRP Terhadap Kebijakan Perusahaan, 2004
Jenis Simplisia
MRP Teknik LFL MRP Teknik EOQ
MRP Teknik PPB
Frek. Pesan
Kuant. Pesan
B. Pemb
Frek. Pesan
Kuant. Pesan
B. Pemb
Frek. Pesan
Kuant. Pesan
B. Pemb
Jahe Merah 2,5
15,53 15,53
60,67 12,6
12,6 75,6
21,34 21,34
Adas Soa 11,53
39,38 39,38
69,23 45,77
45,77 80,76
39,38 39,38
Keterangan : = Tidak terjadi penghematan bernilai negatif
Berdasarkan Tabel 25 di atas pada metode MRP teknik LFL untuk simplisia adas soa tidak terjadi penghematan frekuensi pemesanan. Hal ini
disebabkan frekuensi pemesanan pada teknik ini lebih besar dibandingkan dengan kebijakan perusahaan. Frekuensi pemesanan terendah untuk kedua jenis simplisia
tersebut terdapat pada metode MRP teknik PPB. Tetapi pada kuantitas pesanan dan biaya pembelian terjadi penghematan pada ketiga teknik pada metode MRP.
Besar penghematan kuantitas pesanan dan biaya pembelian pada teknik LFL untuk simplisia jahe merah dan adas soa adalah 15,53 persen dan 39,38 persen,
pada teknik EOQ sebesar 12,6 persen untuk simplisia jahe merah dan 45,77 persen untuk adas soa, sedangkan pada teknik PPB sebesar 21,34 persen untuk
simplisia jahe merah dan 39,38 persen untuk simplisia adas soa.
Tabel 26. Persentase Penghematan Biaya Persediaan Berbagai Teknik Metode MRP Terhadap Kebijakan Perusahaan, 2004
Jenis Simplisia
MRP Teknik LFL MRP Teknik EOQ
MRP Teknik PPB Biaya
Pesan Biaya
Simpan Biaya
Pers. Biaya
Pesan Biaya
Simpan Biaya
Pers. Biaya
Pesan Biaya
Simpan Biaya
Pers.
Jahe Merah 2,5
95,76 32,59
60 13,76
45,72 75,6
54,93 68,18
Adas Soa 11,53
87,7 14,38
69,23 47,44
62,55 80,76
40,55 69,56
Keterangan : = Tidak terjadi penghematan bernilai negatif
Pada biaya pemesanan penghematan terbesar terdapat pada metode MRP teknik PPB yaitu sebesar 75,6 persen untuk simplisia jahe merah dan 80,76 persen
untuk simplisia adas soa Tabel 26. Sedangkan biaya penyimpanan penghematan terjadi pada metode MRP teknik LFL sebesar 95,76 persen pada simplisia jahe
merah dan 87,7 persen pada simplisia adas soa. Hal ini disebabkan karena persediaan yang disimpan jumlahnya sedikit. Penghematan biaya persediaan
terbesar terdapat pada metode MRP teknik PPB untuk kedua jenis simplisia sebesar 68,18 persen untuk simplisia jahe merah dan untuk simplisia adas soa
sebesar 69,56 persen. Secara keseluruhan frekuensi pemesanan, kuantitas pesanan, biaya
pembelian, biaya pemesanan, biaya penyimpanan dan biaya persediaan yang optimal terdapat pada metode MRP teknik PPB. Dengan kebijakan perusahaan
frekuensi pemesanan dan biaya pemesanan menjadi sangat besar yang mengakibatkan tingginya biaya persediaan.
Tabel 27. Rekapitulasi Perbandingan Penghematan Antar Teknik dalam Metode MRP dengan Kebijakan Perusahaan Untuk Simplisia
Jahe Merah Tahun 2004
Uraian Metode MRP
Teknik LFL Teknik EOQ
Teknik PPB Jumlah
Jumlah Jumlah
Frek. Pemesanan kali 1
2,5 25
60,67 31
75,6 Kuant. Pesanan kg
965,7 15,52
784 12,6
1.327,5 21,34
Biaya Pembelian Rp 72.427.500
15,52 58.800.000
12,6 79.562.500
21,34 Biaya PemesananRp
75.000 2,5
1.875.000 60
2.325.000 75,6
Biaya Penyimpanan Rp 1.405.590
95,76 202.199,97
13,76 772.089,38
54,93 Biaya Persediaan Rp
1.480.590,19 32,59
2.077.199,97 45,72
3.097.089,38 68,18
Berdasarkan Tabel 27 di atas untuk frekuensi pemesanan simplisia jahe merah terdapat penghematan pada metode MRP teknik LFF sebesar 2,5 persen,
teknik EOQ sebesar 60,67 persen dan pada teknik PPB sebesar 75,6 persen. Penghematan kuantitas pesanan terdapat pada ketiga teknik dalam metode MRP
dimana penghematan terbesar sebesar 1.327,5 kg atau 21,34 persen terdapat pada metode MRP teknik PPB. Pada biaya pembelian terdapat penghematan pada
metode MRP teknik PPB sebesar Rp 79.562.500,00 atau sebesar 21,34 persen. Penghematan biaya penyimpanan terbesar terdapat pada metode MRP teknik LFL
sebesar Rp 1.405.590,00 atau sebesar 95,76 persen. Penghematan biaya persediaan terbesar simplisia jahe merah terdapat pada metode MRP teknik PPB
sebesar Rp 3.097.089,38 atau sebesar 68,18 persen.
Tabel 29. Rekapitulasi Perbandingan Penghematan Antar Teknik dalam Metode MRP dengan Kebijakan Perusahaan Untuk Simplisia
Adas Soa, 2004
Uraian Metode MRP
Teknik LFL Teknik EOQ
Teknik PPB Jumlah
Jumlah Jumlah
Frek. Pemesanan kali 3
11,53 18
69,23 21
80,76 Kuant. Pesanan kg
435,2 39,38
505,76 45,77
435,2 39,38
Biaya Pembelian Rp 87.040.000
39,38 101.152.000
45,77 87.040.000
39,38 Biaya PemesananRp
225.000 11,53
1.350.000 69,23
1.575.000 80,76
Biaya Penyimpanan Rp 591.697,92
87,7 320.033,89
47,44 273.563,14
40,55 Biaya Persediaan Rp
366.697,92 13,97
1.670.033,89 63,63
1.848.563,14 70,43
Keterangan : = Frekuensi pembelian lebih besar dari metode perusahaan
= Tidak terjadi penghematan bernilai negatif
Berdasarkan Tabel 28 untuk simplisia adas soa terdapat penghematan jumlah frekuensi pemesanan pada metode MRP teknik EOQ dan PPB masing-
masing sebesar 69,23 persen dan 80,76 persen, sedangkan untuk teknik LFL tidak terjadi penghematan karena pada teknik LFL frekuensi pemesanan lebih tinggi
dibandingkan kebijakan perusahaan. Pada kuantitas pemesanan terjadi
penghematan pada metode MRP masing-masing untuk teknik LFL dan PPB sebesar 435,2 kg atau sebesar 39,38 persen, teknik EOQ sebesar 505,76 kg atau
sebesar 45,77 persen. Pada biaya pembelian penghematan terbesar terjadi pada metode MRP teknik LFL dan PPB sebesar Rp 87.040.000,00 atau 39,38 persen
dari biaya pembelian yang dikeluarka n perusahaan. Pada biaya pemesanan terjadi penghematan terbesar pada metode MRP teknik PPB sebesar Rp1.575.000,00 atau
sebesar 80,76 persen. Untuk metode MRP teknik LFL tidak terjadi penghematan biaya pemesanan karena frekuensi pemesanan pada teknik ini jauh lebih besar
dibandingkan dengan kebijakan perusahaan. Penghematan biaya penyimpanan terdapat pada metode MRP teknik LFL
sebesar Rp 591.697,92 atau sebesar 87,7 persen. Hal ini disebabkan karena jumlah persediaan yang disimpan sedikit dimana pada teknik ini pengadaan persediaan
dilakukan sebanyak kebutuhan bersih setelah persediaan di tangan habis. Untuk biaya persediaan penghematan terbesar terdapat pada metode MRP teknik PPB
sebesar Rp 1.848.563,14 atau sebesar 70,43 persen. Hal ini berarti pada teknik PPB dapat dijadikan alternatif teknik pengendalian persediaan simplisia pada PT
X. Teknik tersebut dapat menurunkan biaya persediaan yang nantinya dapat menurunkan biaya produksi.
7.5.5 Alternatif Model Pengendalian Persediaan Simplisia
Alternatif pengendalian persediaan simplisia pada PT X didasarkan pada analisis perbandingan antar metode pada tiap jenis simplisia dan analisis
perbandingan antar metode pada keseluruhan persediaan simplisia. Tetapi secara keseluruhan ditentukan berdasarkan penghematan pada total biaya persediaan
pada keseluruhan bahan baku. Alternatif metode ini juga harus mempertimbangkan sistem pengendalian persediaan dan sistem manajemen
produksi yang sudah dijalankan perusahaan. Kegiatan produksi yang kontinyu menyebabkan perusahaan membutuhkan
persediaan bahan baku yang cukup bagi proses produksinya. Persediaan bahan baku yang cukup akan menjamin kelancaran proses produksi. Hasil analisis
pengendalian persediaan dengan menggunakan metode MRP memberikan penghematan biaya persediaan terbesar pada teknik PPB. Untuk biaya
penyimpanan metode MRP teknik LFL memberikan penghematan terbesar namun tidak untuk kriteria lainnya. Teknik LFL ini tidak sesuai dengan manajemen
perusahaan yang mengharuskan adanya persediaan bahan baku di gudang. Untuk masing-masing teknik pada metode MRP memiliki kelebihan dan
kekurangan. Teknik LFL merupakan suatu teknik yang konsisten dengan ukuran lot yang kecil, pesanan berkala, persediaan tepat waktu dan rendah. Kelebihan
dari teknik ini adalah dapat mengurangi persediaan sehingga dapat mengurangi biaya persediaan. Teknik EOQ memiliki keuntungan dapat mengurangi biaya
persediaan karena memesan sejumlah sebesar EOQ dan kelipatannya. Teknik PPB merupakan teknik yang merefleksikan kebutuhan untuk periode-periode
sesudahnya. Teknik ini lebih tepat digunakan jika biaya pemesanan cukup tinggi, sehingga akan lebih menguntungkan melakukan pemesanan dalam jumlah besar
dan menyimpan bahan tersebut daripada melakukan pemesanan dalam frekuensi sering dengan kuantitas kecil.
Dengan berbagai pertimbangan yang telah diuraikan di atas maka metode MRP teknik PPB dapat dijadikan alternatif dalam melakukan pengendalian
persediaan simplisia bagi perusahaan. Metode ini dapat mengurangi kuantitas pemesanan, biaya pembelian dan biaya persediaan. Teknik ini juga dapat
mendukung manajemen yang diterapkan perusahaan untuk meningkatkan efisiensi biaya produksi. Metode MRP teknik PPB dapat direkomendasikan untuk
dijadikan alternatif metode pengendalian persediaan bagi perusahaan karena memiliki penghematan total yang lebih besar dalam biaya persediaan dibanding
teknik EOQ. Teknik ini memiliki kelemahan yaitu persediaan simplisia dapat rusak selama dalam proses penyimpanan, namun hal itu dapat diperkecil karena
simplisia kering tahan disimpan selama enam bulan asal tempatnya tidak lembab, cukup cahaya dan disimpan dalam wadah kedap udara.
BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN