yang membusuk atau berlendir dan berbau khas jenis simplisia tersebut. Kadar air yang diizinkan adalah 5-7 persen dari bobot simplisia untuk simplisia dalam
bentuk daun, sedangkan untuk simplisia dalam bentuk akar, bunga, buah, rimpang dan kulit adalah kurang dari 10 persen dari bobot simplisia. Tingkat kadar air
dipengaruhi oleh ketebalan simplisia. Akar, bunga, buah, rimpang dan kulit memiliki ketebalan yang lebih besar dari daun sehingga dalam keadaan lembab
daun lebih cepat berjamur. Sebelum digunakan dalam proses produksi PT X melakukan uji kualitas termasuk uji mikroba pada simplisia.
6. 2 Perencanaan Pengadaan Simplisia
Perencanaan pengadaan bahan baku PT X melibatkan bagian pemasaran, bagian produksi dan bagian keuangan. Bagian produksi menyusun rencana
produksi produk jadi selama satu periode produksi tahun. Jika ada informasi permintaan konsumen dari bagian pemasaran maka bagian produksi memeriksa
persediaan bahan baku yang ada di gudang. Bila persediaan bahan baku di gudang tidak mencukupi, maka bagian produksi mengajukan permintaan pembelian bahan
baku kepada bagian keuangan. Kemudian bagian keuangan akan melakukan pembelian bahan baku. Bon-bon dalam proses pembelian dicatat dalam
pembukuan keuangan. Jika bahan yang dibeli telah sampai maka bahan-bahan tersebut diperiksa dahulu sebelum masuk ke gudang penyimpanan.
6.3 Prosedur Pembelian Bahan Baku
PT X mendapatkan bahan baku simplisia nabati dari pemasok yang berada di Yogyakarta dan dari pasar tradisional di Bogor. Untuk pembelian
simplisia dari pemasok di Yogyakarta pemesanan dilakukan lewat telepon. Setelah disepakati harga dan kuantitas pembelian maka pemasok mengirimkan
pesanan sesuai waktu yang disepakati. Setelah bahan baku diterima oleh perusahaan maka perusahaan melakukan pembayaran lewat bank ke rekening
pemasok. Secara garis besar prosedur pembelian yang dilakukan PT X terhadap
pihak pemasok adalah : 1.
Perusahaan memesan bahan baku yang dibutuhkan lewat telepon. 2.
Perusahaan melakukan negosiasi harga dengan pemasok mengenai harga, kuantitas dan spesifikasi kualitas bahan baku.
3. Bahan baku siap dikirim.
4. Bahan baku yang diterima dari pemasok disortir terlebih dahulu. Jika kualitas
bahan baku tidak sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan perusahaan maka bahan tersebut dikembalikan kepada pemasok untuk diganti dengan bahan
yang sesuai. 5.
Setelah bahan diterima dan siap masuk gudang perusahaan menandatangani surat perjanjian pembayaran dari pihak pemasok.
6. Perusahaan mentransfer pembayaran bahan baku yang diterima lewat bank ke
rekening pemasok.
6.4 Sistem Pengadaan Bahan Baku
Jumlah persediaan bahan baku yang dimiliki PT X setiap bulannya tidak sama. Tujuan perusahaan memiliki persediaan adalah untuk memperlancar
produksi dan mengantisipasi ketersediaan simplisia yang sulit diperoleh.
Kerusakan bahan baku selama dalam proses penyimpanan atau proses produksi juga menjadi bahan pertimbangan diadakannya persediaan bahan baku. Tujuan
akhir dari persediaan adalah untuk memenuhi permintaan konsumen. Berdasarkan tujuannya persediaan PT X termasuk jenis safety stock sebagai persediaan
pengaman agar tidak mengha mbat proses produksi. Sifat simplisia baik kualitas ataupun kuantitasnya yang tergantung dari
alam dan adanya produksi setiap bulannya membuat perusahaan harus mengatur manajemen yang baik dalam pengendalian persediaan bahan baku. Sistem
pengadaan simplisia yang dilakukan perusahaan didasarkan pada rencana produksi selama satu tahun yang telah disusun sebelumnya dengan
mempertimbangkan tingkat penjualan tahun lalu.
Tabel 7. Tingkat Pembelian Simplisia Jahe Merah dan Adas Soa kg PT X, 2004
Bulan Jenis Simplisia
Jahe Merah kg Adas Soa kg
Januari 280
60 Februari
95 Maret
450 454
April 2658
415 Mei
1583 102
Juni 990
53 Juli
67 12
Agustus 51
6 September
21 3
Oktober 15
November Desember
10
Total 6.222
1.105 Sumber : PT X, 2004
Pada Tabel 7 pembelian berdasarkan volume tertinggi adalah simplisia jahe merah sebesar 6.222 kg. Sedangkan untuk simplisia adas soa sebesar 1.105
kg. Harga pembelian untuk simplisia jahe merah adalah sebesar Rp 75.000,00 per kg dan simplisia adas soa sebesar Rp 200.000,00 per kg.
Persediaan simplisia yang dibeli disimpan dalam gudang penyimpanan. Bagian produksi selalu memeriksa jumlah, jenis, waktu dan nilai persediaan
simplisia yang dibeli dan dipakai. Simplisia disimpan dalam wadah tong kedap udara di dalam gudang penyimpanan dengan ventilasi sinar matahari dan sirkulasi
udara yang baik. Wadah penyimpanan simplisia diberi label tanggal kedatangan untuk memudahkan pemeriksaan dan penggunaan bahan, lalu diletakkan di atas
lantai yang diberi alas dari kayu. Berdasarkan catatan perusahaan pada bulan Januari 2004 persediaan awal untuk masing-masing simplisia jahe merah dan adas
soa adalah sebesar 160 kg dan 30 kg. Metode yang dipakai adalah metode FIFO yaitu persediaan simplisia yang
pertama kali masuk digunakan terlebih dahulu. Metode ini dipakai untuk menghindari kerusakan simplisia akibat terlalu lama disimpan di gudang.
BAB VII ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN SIMPLISIA PT X
7.1 Klasifikasi Bahan Baku
Simplisia berupa tanaman obat merupakan bahan baku utama pada industri jamu tradisional. Simplisia yang digunakan dalam proses produksi jamu PT X
berjumlah 21 jenis. Pengawasan persediaan sebanyak 21 jenis simplisia membutuhkan tenaga dan biaya yang tidak sedikit. Oleh karena itu perusahaan
perlu menerapkan suatu kebijakan dengan mempertimbangkan segi efisiensi dan efektivitas, yaitu dengan membedakan bahan baku yang memerlukan pengawasan
ketat dan bahan baku yang pengawasannya dapat dilakukan agak longgar. Bahan baku yang membutuhkan pengawasan ketat adalah jenis bahan baku yang
membutuhkan nilai investasi yang cukup tinggi. Sebaliknya pengawasan agak longgar dapat diberikan pada bahan baku yang mempunyai investasi rendah.
Dalam penelitian ini persediaan simplisia yang akan dianalisis dibatasi dengan sistem klasifikasi ABC yang menerapkan “Pareto Analysis”, dimana
untuk sistem persediaan yang memiliki jenis yang cukup banyak akan lebih efektif bila dilakukan pengelompokkan berdasarkan nilai pembeliannya. Biasanya untuk
bahan baku yang relatif sedikit jumlahnya, tetapi memiliki nilai pembelian yang cukup tinggi diberikan perhatian yang lebih besar dalam pengendaliannya.
Berdasarkan klasifikasi ABC diperoleh dua jenis simplisia yang tergolong kelas A. Simplisia yang tergolong kelas B sebanyak lima jenis. Sedangkan simplisia
yang tergolong dalam kelas C berjumlah 14 jenis. Pada penelitian ini persediaan simplisia yang akan dianalisis adalah simplisia yang tergolong dalam kelas A