Lokasi Penelitian Metode Pengumpulan Data Metode Pengolahan dan Analisis Data

BAB IV METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada PT X yang berlokasi di Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi didasarkan secara sengaja purposive dengan pertimbangan, bahwa PT X merupakan satu-satunya produsen jamu tradisional yang terdaftar pada Dinas Kesehatan Kota Bogor. Penelitian dilakukan selama bulan Juli- Agustus 2005.

4.2 Metode Pengumpulan Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan di lapangan dan wawancara langsung dengan pimpinan dan staf bagian produksi perusahaan. Selain itu juga dilakukan wawancara terhadap bagian pemasaran dan keuangan sebagai wawancara pelengkap. Data primer yang diperlukan adalah gambaran umum perusahaan, beserta kebijakan perusahaan dalam pengadaan dan pengendalian persediaan bahan bakunya. Data sekunder diperoleh dari laporan perusahaan tahun 2003-2004, meliputi data penjualan dan produksi, persediaan awal dan persediaan akhir bahan baku, kebutuhan bahan baku, waktu tunggu pemesanan, biaya-biaya yang terkait dengan persediaan, jumlah bahan baku yang dipesan dan frekuensi pemesanan. Sebagai data penunjang diperoleh informasi dari instasi terkait seperti Badan Pusat Statistik BPS, Badan Pengawasan Obat dan Makanan Badan POM, Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Bogor, Dinas Kesehatan Kota Bogor serta literatur dan penelitian yang relevan.

4.3 Metode Pengolahan dan Analisis Data

Sistem pengadaan bahan baku yang meliputi perencanaan dan pelaksanaannya akan dianalisis secara kualitatif dalam bentuk uraian. Dalam merumuskan suatu model untuk mengendalikan persediaan bahan baku perusahaan, data yang diperoleh ditabulasikan dan diolah dengan menggunakan alat bantu kalkulator dan software komputer. Data kuantitatif dari hasil analisa tersebut akan dibandingkan untuk mencari suatu alternatif model ya ng tepat untuk diterapkan pada perusahaan sesuai dengan kondisi perusahaan.

4.3.1 Identifikasi Kondisi Perusahaan Dalam Manajemen Pengendalian

Persediaan Bahan Baku Hal yang pertama kali dilakukan dalam analisis pengendalian persediaan bahan baku adalah mengidentifikasi kondisi perusahaan dalam manajemen pengadaan dan persediaan bahan baku. Sebelum melakukan analisa perlu diketahui kebijakan perusahaan sehubungan dengan produksi, pembelian bahan baku, fasilitas penyimpanan yang dimiliki perusahaan, perjanjian pesanan pembelian antara perusahaan dan pemasok dan proses pencatatan bahan baku yang dilakukan.

4.3.2 Penentuan Bahan Baku Pokok Perusahaan

Penentuan bahan baku dalam pembuatan jamu dilakukan dengan memfokuskan pengendalian persediaan kepada bahan baku yang bernilai tinggi daripada yang bernilai rendah. PT X menggunakan 21 jenis simplisia dalam proses produksinya. Dalam penelitian ini tidak semua bahan baku akan dianalisis. Dalam menentukan bahan baku yang bernilai tinggi digunakan metode analisis ABC Pareto Analysis. Persediaan dibagi dalam tiga kelas yaitu kelas A, B dan C berdasarkan nilai pembelian yang terpakai dalam satu periode tahun. Nilai pembelian adalah jumlah nilai seluruh item pada satu periode. Nilai pembelian didapat dengan mengalikan volume persediaan item dengan harga per unit. Simplisia yang dianalisis adalah simplisia yang tergolong dalam kelas A yaitu simplisia yang bernilai tinggi.

4.3.3 Pendugaan dan Penentuan Biaya Persediaan

Perhitungan–perhitungan yang dilakukan dalam menentukan kuantitas optimal pesana n dalam analisis pengendalian persediaan merupakan perhitungan yang melibatkan berbagai jenis biaya yang terkandung dalam persediaan. Oleh karena itu sebelum melakukan perhitungan, perlu dilakukan penentuan komponen-komponen biaya persediaan yang terjadi. Biaya yang akan dibahas meliputi biaya pemesanan dan biaya penyimpanan bahan baku. Biaya pemesanan bahan baku adalah biaya-biaya yang dikeluarkan berkenaan dengan pemesanan dan penerimaan bahan-bahan dari pemasok. Biaya ini berhubungan dengan pesanan tetapi tidak tergantung pada besarnya pesanan. Biaya ini meliputi biaya telepon dalam pemesanan bahan baku kepada pihak pemasok dan biaya administrasi. Biaya pemesanan selama setahun dihitung dengan rumus : T C = F x C Dimana : T C = biaya pemesanan setahun F = banyak pemesanan selama setahun C = biaya pemesanan per pesanan Biaya penyimpanan adalah biaya-biaya yang diperlukan berkaitan dengan adanya persediaan. Biaya ini berhubungan dengan tingkat rata-rata persediaan yang ada di gudang. Biaya ini meliputi biaya opportunity cost, biaya penyusutan bahan baku dan biaya pemeliharaan bahan baku. Biaya penyimpanan selama setahun dihitung dengan rumus : T H = ? t Hi t Hi = Q ri x h Q ri = Q awi + Q aki 2 t Hi = [ Q awi + Q aki 2 ] x h T H = ? [ Q awi + Q aki 2 ] x h Dimana : T H = biaya penyimpanan setahun t Hi = biaya penyimpanan per periode Q ri = tingkat persediaan rata-rata bulan ke-i h = biaya penyimpananunit Q awi = tingkat persediaan awal bulan ke-i Q aki = tingkat persediaan akhir bulan ke-i

4.3.4 Penentuan Volume Pemakaian Bahan Baku

Volume pemakaian bahan baku merupakan faktor yang sangat penting dan akan banyak digunakan dalam analisa ini, sebab volume pemakaian bahan baku dapat menunjukkan besar permintaan akan bahan baku, yang termasuk salah satu variabel penentu dalam kuantitas pesanan optimal. Volume pemakaian bahan baku didasarkan atas catatan-catatan historis perusahaan.

4.3.5 Penyesuaian dan Penentuan Waktu Tunggu Bahan Baku

Waktu tunggu bahan baku akan digunakan dalam menentukan waktu pelaksanaan pesanan sehingga pesanan dapat diterima pada saat yang tepat. Waktu tunggu bahan baku didasarkan atas catatan-catatan historis perusahaan dan atau dilakukan pendugaan pendugaan berdasarkan informasi-informasi yang relevan.

4.3.6 Analisis Model Pengendalian Persediaan Bahan Baku

Dua hal utama yang dicari melalui model-model persedian adalah kuantitas dan waktu pesanan yang opti mal bagi perusahaan. Dalam penelitian ini akan dilakukan perbandingan atas beberapa model tersebut sehingga dapat memberikan alternatif pilihan model yang tepat bagi perusahaan. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah persediaan bahan baku yang termasuk rencana kebutuhan bahan Material Requirement Planing MRP System. Teknik yang digunakan adalah teknik LFL, teknik EOQ, dan teknik PBB. Format yang digunakan seperti yang terdapat pada Tabel 5. Tabel 5. Format Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku MRP Keterangan Periode minggu 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 ... 53 Kebutuhan Kotor Persediaan di Tangan Kebutuhan Bersih Rencana Penerimaan Pesanan Rencana Pelaksanaan Pesanan Sumber : Buffa dan Sarin, 1996 Langkah pertama adalah menentukan kebutuhan kotor bahan baku. Kebutuhan kotor ini adalah rencana pemakaian bahan baku perusahaan yang telah ditentukan sebelumnya pada saat penjadwalan produksi. Stok yang tersedia awal adalah persediaan awal yang ada ditangan untuk suatu periode. Apabila tidak terdapat penerimaan yang dijadwalkan dan tidak terdapat kebutuhan bersih, maka besar stok yang tersedia awal untuk suatu periode adalah stok yang tersedia awal periode sebelumnya. Apabila terdapat penerimaan terjadwal pada periode sebelumnya, maka stok yang tersedia awal untuk suatu periode adalah sebesar penerimaan yang dijadwalkan periode sebelumnya ditambah stok yang tersedia awal periode sebelumnya dikurangi kebutuhan kotor periode sebelumnya. Penerimaaan yang dijadwalkan adalah bahan baku yang akan diterima pada periode tertentu dalam periode pengamatan berdasarkan pemesanan yang dilakukan sebelum periode pengamatan. Kebutuhan bersih adalah kebutuhan bahan baku yang tidak dapat lagi dipenuhi perusahaan. Kebutuhan bersih untuk suatu periode tertentu adalah sebesar total kebutuhan kotor dikurangi stok yang tersedia awal. Stok yang tersedia akhir adalah jumlah bahan baku yang masih tersisa digudang pada akhir periode. Stok yang tersedia akhir ini merupakan stok awal pada periode berikutnya. Pesanan yang direncanakan adalah besar pesanan yang direncanakan akan dipesan pada suatu periode, dengan harapan akan diterima perusahaan tepat pada saat dibutuhkan yaitu pada saat penerimaan yang dijadwalkan, hanya saja periode pelaksanaannya adalah sebelum penerimaan yang dijadwalkan. Pesanan yang diasumsikan akan diterima ketika barang terakhir meninggalkan pesanan. 4.4 Perbandingan Antar Berbagai Model 4.4.1 MRP Teknik LFL