cabang usahatani padi ladang tidak menguntungkan turut mempengaruhi produksi padi ladang.
Nilai t-hitung untuk tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga berpengaruh nyata terhadap nilai produksi pada taraf kepercayaan 99
persen a = 0.05. Sedangkan pengaruh faktor pupuk, benih, dan pestisida tidak signifikan pada taraf kepercayaan yang ditetapkan.
7.2. Elastisitas Produksi dan Skala Usaha
Dalam model fungsi produksi Cobb-Douglas nilai koefisien regresi merupakan nilai elastisitas dari masing- masing variabel tersebut. Pengaruh
masing- masing variabel terhadap produksi adalah sebagai berikut : Berdasarkan Tabel 18 didapat bahwa jumlah nilai elastisitas faktor-faktor produksi sebesar
1.17. Angka ini merupakan penjumlahan dari koefisien regresi faktor produksi yang dalam hal ini dianggap sebagai nilai elastisitas dari faktor tersebut. Karena
jumlah nilai elastisitas faktor produksi lebih besar dari 1, maka dapat disimpulkan bahwa usahatani padi ladang berada dalam daerah produksi increasing return to
scale. Dengan nilai elastisitas produksi sebesar 1.17, berarti setiap penambahan faktor produksi secara bersama-sama sebesar 1 persen, maka akan meningkatkan
produksi sebesar 1.17 persen. Nilai elastisitas pupuk sebesar 0.2484, berarti jika penggunaan pupuk
ditingkatkan sebesar satu persen, maka produksi padi ladang akan meningkat sebesar 0.2484 persen dengan asumsi ceteris paribus. Namun berdasarkan uji t
diperoleh bahwa faktor produksi pupuk tidak berpengaruh nyata terhadap produksi padi ladang. Hal ini dikarenakan penggunaan pupuk diantara petani
cenderung sama, sehingga tidak ditemukan adanya variasi data penggunaan pupuk.
Menurut Badan Perencana Pembangunan Daerah BAPPEDA Kabupaten Karawang dalam Laporan Studi Penanganan dan Pemanfaatan Lahan Kritis di
Kabupaten Karawang Tahun 2003, tanah di daerah penelitian termasuk jenis latosol. Jenis latosol merah coklat kekuningan, bertekstur lempung, struktur
gumpalkeras, dan solum dalam. Kesuburan tanah diukur dengan menggunakan tiga indikator yaitu nilai pH, kapasitas tukar kation KTK, dan kejenuhan basa
KB. Dengan menggunakan ketiga indikator tersebut, nilai pH di lokasi
penelitian adalah 4 sampai 5 sehingga termasuk tanah asam. Sedangkan kapasitas tukar kation KTK dan kejenuhan basa KB di lokasi penelitian termasuk dalam
kelompok sedang. Sehingga secara keseluruhan disimpulkan bahwa tingkat kesuburan tanah di lokasi penelitian tergolong rendah.
Pada tanah-tanah asam banyak ditemukan unsur Aluminium dapat ditukar Aldd. Unsur Al ini selain bersifat racun bagi tanaman juga bersifat mengikat
fosfor P
2
O
5
, sehingga menjadi tidak tersedia atau tidak dapat diserap tanaman. Pada tanah asam biasa dijumpai gejala keracunan unsur Fe yang dicirikan adanya
bercak-bercak pada daun berwarna kuning kemerahan. Derajat keasaman pH tanah yang rendah dapat ditingkatakan dengan program pengapuran.
Tindakan untuk mengatasi masalah KTK Kapasitas Tukar Kation, KB
Kejenuhan Basa, dan pH derajat keasaman yang merupakan tiga indikator kesuburan tanah, cukup dengan tindakan yang sama yaitu dengan pemupukan
bahan organik pupuk kandang. Selain itu dapat juga dilakukan dengan
pengapuran menggunakan jenis kapur tanah CaCO
3
sebelum penanaman karena ketiga parameter kesuburan tersebut intinya saling berhubungan.
Dosis pemberian kapur adalah 0.4 sampai 0.5 ton per hektar, sedangkan untuk pupuk kandang nilai rata-ratanya adalah tiga kali dari dosis pengapuran,
tetapi bila sudah diberi kapur tidak perlu lagi menggunakan pupuk kandang. Sedangkan untuk dosis atau takaran pupuk yang dianjurkan BAPPEDA dalam
budidaya padi ladang adalah Urea sebanyak 100 kilogram per hektar dengan tiga kali pemberian, masing- masing sepertiga bagian untuk pupuk dasar, pada stadia
vegetatif umur tanaman 14,35, dan 49 hari setelah tanam. Pupuk TSP sebanyak 100 kilogram per hektar, dan KCl 100 kilogram per hektar yang masing- masing
diberikan sekaligus saat tanam. Pupuk yang digunakan di lokasi penelitian rata-rata sebanyak 110.8
kilogram per hektar Urea dan TSP dalam bentuk campuran yang diberikan sekaligus pada saat penanaman, dan tidak ada petani yang menggunakan pupuk
KCl. Pemberian pupuk kandang atau pengapuran sebelum penanaman juga tidak dilakukan petani. Hal ini menyebabkan faktor produksi pupuk tidak elastis
terhadap peningkatan hasil produksi padi ladang. Tenaga kerja luar keluarga mempunyai nilai elastisitas sebesar 0.5302,
berarti setiap penambahan faktor tenaga kerja luar keluarga ceteris paribus sebesar satu persen, maka produksi padi ladang akan meningkat sebesar 0.5302
persen. Berdasarkan uji t diperoleh bahwa faktor tenaga kerja luar keluarga berpengaruh nyata terhadap produksi padi ladang pada taraf kepercayaan 98
persen. Budaya gotong royong para petani dalam melakukan penanaman di lokasi
penelitian diduga menjadi penyebab elastisnya peningkatan faktor tenaga kerja luar keluarga terhadap peningkatan produksi.
Seperti halnya tenaga kerja luar keluarga, tenaga kerja dalam keluarga juga berpengaruh nyata terhadap produksi padi ladang pada taraf kepercayaan 99
persen. Adapun nilai elastisitas tenaga kerja dalam keluarga adalah sebesar 0.21728, yang berarti jika faktor tenaga kerja dalam keluarga ditingkatkan sebesar
sepuluh persen, maka produksi padi ladang akan meningkat sebesar 2.1728 persen ceteris paribus. Dalam melakukan pengolahan mulai dari persiapan lahan,
penyiangan, hingga pemanenan petani lebih banyak mengandalkan tenaga kerja dalam keluarga.
Namun tidak demikian halnya dengan faktor produksi benih. Faktor ini tidak berpengaruh nyata terhadap produksi padi ladang pada taraf kepercayaan
sebesar 90 persen. Penambahan faktor produksi benih sebesar satu persen akan cenderung meningkatkan produksi padi ladang sebesar 0.1013 persen dengan
asumsi ceteris paribus. Elastisitas faktor produksi benih yang rendah terhadap peningkatan produksi diduga disebabkan karena penggunaan varietas benih yang
tidak tepat. Petani di lokasi penelitian menggunakan benih jenis Ciherang yang sebenarnya adalah benih yang umumnya digunakan dalam padi sawah. Menurut
petani setempat benih jenis ini menghasilkan gabah yang lebih banyak daripada varietas padi yang disarankan untuk padi ladang dalam kondisi normal, tetapi
kelembaban yang tinggi dan periode pengembunan yang panjang akan menyebabkan resiko untuk terserang penyakit blast bercak putih pada akar
menjadi lebih besar. Penyakit blast merupakan jenis penyakit yang paling penting dan paling sering dijumpai dalam budidaya padi ladang pada umumnya, demikian
juga di lokasi penelitian. Penyakit blast dapat menurunkan hasil panen bahkan menggagalkan pertanaman padi ladang. Petani tidak menggunakan varietas padi
ladang karena produktivitas yang lebih rendah. Faktor produksi pestisida tidak berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan
90 persen tetapi berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan 70 persen terhadap produksi padi ladang. Elastisitas faktor produksi pestisida adalah sebesar
0.06968, yang berarti setiap kenaikan penggunaan pestisida sebesar satu persen akan cenderung meningkatkan produksi padi ladang sebesar 0.06986 persen
dengan asumsi ceteris paribus. Rendahnya elastisitas faktor produksi pestisida terhadap peningkatan produksi menunjukkan bahwa penggunaan pestisida oleh
petani tidak berfungsi secara efektif dalam mengurangi atau membasmi hama dan penyakit yang menyerang padi ladang karena jumlah atau jenis pestisida yang
belum tepat. Jadi jika dilihat secara keseluruhan, maka faktor yang berpengaruh nyata
terhadap produksi padi ladang di Desa Wanajaya adalah faktor tenaga kerja dalam dan luar keluarga. Dan jika dilihat dari besaran nilai elastisitas, maka faktor yang
paling responsif terhadap produksi padi ladang adalah tenaga kerja luar keluarga dengan nilai elastisitas sebesar 0.5302. Hal ini disebabkan oleh tenaga kerja luar
keluarga akan bekerja lebih optimal dibandingkan dengan tenaga kerja dalam keluarga. Tenaga kerja luar keluarga akan bekerja lebih optimal dibandingkan
dengan tenaga kerja dalam keluarga. Tenaga kerja luar keluarga melakukan pekerjaan dengan jam kerja yang telah ditentukan sebelumnya, upah yang telah
disepakati, dan juga target kerja yang ditentukan sebelumnya. Petani yang
menggunakan tenaga kerja luar keluarga akan mengoptimalkan kerja buruh tani agar target kerja yang diinginkan tercapai.
7.3. Analisis Efisiensi Ekonomi