Tabel 9. Karakteristik Penduduk Desa Wanajaya Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2004
Tingkat Pendidikan Jumlah orang
Persentase
Belum Sekolah 502
12.48 Usia 7-45 thn tidak pernah sekolah
30 0.75
Pernah sekolah SD tetapi tidak tamat 905
22.49 Tamat SDsederajat
1785 44.36
SLTPsederajat 455
11.31 SLTAsederajat
332 8.25
D-1 2
0.05 D-2
3 0.07
D-3 5
0.24 S-1
5 0.25
Total 4024
100.24
Sumber : Monografi desa Wanajaya, 2004.
5.2. Karakteristik Petani Responden
Karakteristik petani responden akan diuraikan berdasarkan umur petani, tingkat pendidikan, status dan luas lahan garapan, pengalaman berusahatani padi
gogo atau padi ladang, jumlah anggota keluarga, status usahatani padi ladang, pekerjaan sampingan, keputusan bertani padi ladang, dan kondisi tempat tinggal.
Karakteristik petani responden selengkapnya sebagai berikut :
1. Umur Petani
Tenaga kerja produktif umumnya berada pada selang 25 hingga 40 tahun, sedangkan jika kurang atau lebih dari selang umur tersebut akan tergolong sebagai
tenaga kerja kurang produktif tetapi masih termasuk dalam usia kerja.
Karakteristik petani responden berdasarkan umur ditunjukkan pada Tabel 10. Tabel 10. Karakteristik Petani Responden Berdasarkan Umur
Kelompok Umur tahun
Jumlah Responden orang
Persentase
20-30 5
12.50 31-45
13 32.50
46-50 6
15.00 51-60
1 2.50
60 15
37.50
Total 40
100.00
Berdasarkan umur, sebagian besar responden terdiri atas petani dari kelompok umur di atas 60 tahun atau yang sudah berusia lanjut yaitu sebanyak 15
orang atau 37.5 persen dari keseluruhan responden. Sedangkan petani responden yang paling sedikit berasal dari kelompok umur antara 51 hingga 60 yaitu hanya
sebanyak 1 orang 2.5 . Petani responden lainnya yang juga jumlahnya tergolong sedikit berasal dari kelompok umur 20 hingga 30 tahun yang berjumlah
5 orang 12.5 .
2. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan akan berpengaruh terhadap tingkat adopsi teknologi dan inovasi yang sedang berkembang. Pada umumnya, semakin tinggi tingkat
pendidikan, maka proses adopsi teknologi akan semakin cepat. Adapun tujuan teknologi dan inovasi adalah untuk memperbaiki usahatani baik dari segi produksi
atau produktivitas. Berdasarkan tingkat pendidikan, petani responden lebih banyak
terkonsentrasi pada kelompok tidak tamat SD yaitu sebanyak 18 orang 45 dan kelompok yang tidak pernah mengikuti sekolah formal sama sekali yaitu sebanyak
12 orang 30 . Hanya satu orang diantara petani responden yang menyelesaikan pendidikan SLTP hingga tamat. Karakteristik petani responden berdasarkan
tingkat pendidikan selengkapnya disajikan dalam Tabel 11.
Tabel 11. Karakteristik Petani Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan Jumlah Responden Orang
Persentase
Tidak Pernah Sekolah 12
30.00 Tidak Tamat SD
18 45.00
Tamat SD 9
22.50 Tamat SLTP
1 2.50
Tamat SLTA 0.00
Total 40
100.00
3. Status dan Luas Lahan Garapan
Status lahan garapan berpengaruh kepada produktivitas usahatani. Lahan berstatus sewa menyebabkan petani penyewa akan lebih terpacu untuk selalu lebih
efisien dalam mengelola lahan agar produktivitas lahan lebih tinggi. Hal ini disebabkan karena petani penyewa mempunyai kewajiban untuk memperhatikan
nilai biaya sewa yang harus dibayar kepada pemilik lahan. Sementara itu lahan yang berstatus milik send iri pada umumnya relatif kurang produktif daripada
lahan yang berstatus sewa karena petani pemilik tidak pernah memperhitungkan biaya sewa lahan yang harus dikeluarkan. Petani responden berdasarkan status
pemilikan lahan dikelompokkan atas petani pemilik dan petani penggarap. Semua petani responden merupakan petani pemilik karena petani
responden menggarap lahan tanpa mengeluarkan biaya sewa lahan. Sementara luas lahan garapan berpengaruh positif terhadap produktivitas usahatani dimana
usahatani dengan luas lahan yang lebih besar akan memiliki produktivitas yang relatif lebih tinggi daripada usahatani dengan luas lahan yang lebih kecil. Luas
lahan garapan petani responden bervariasi mulai dari petani yang memiliki luas lahan garapan kurang dari 0.5 hektar hingga petani yang memiliki luas lahan
garapan lebih dari satu hektar. Sebagian besar petani responden memiliki luas lahan garapan antara 0.5 sampai 1 hektar yaitu sebanyak 25 orang 62.5 .
Sedangkan petani yang memiliki luas lahan garapan lebih dari satu hektar hanya sebanyak 7 orang 17.5 . Petani responden yang memiliki luas lahan garapan
kurang dari 0.5 hektar sebanyak 8 orang 20 , dan tidak ada diantara petani responden yang memiliki luas lahan garapan lebih dari 2 hektar. Data secara rinci
mengenai karakteristik petani responden berdasarkan luas lahan garapan disajikan dalam Tabel 12.
Tabel 12. Karakteristik Petani Responden Berdasarkan Luas Lahan Garapan
Luas Lahan ha
Jumlah Responden orang
Persentase
0.5 8
20.00 0.5 - 1
25 62.50
1 – 2 7
17.50 2
0.00
Total 40
100.00
4. Pengalaman Berusahatani Padi Ladang
Petani yang memiliki pengalaman berusahatani lebih lama akan lebih baik dan lebih matang dalam hal perencanaan usahatani karena lebih memahami
berbagai aspek teknis dalam berusahatani. Demikian juga dengan berbagai masalah non teknis yang biasanya dihadapi dalam berusahatani sehingga pada
akhirnya produktivitasnya akan lebih tinggi. Kelompok petani responden dengan jumlah yang paling banyak
berdasarkan pengalaman berusahatani adalah kelompok petani yang telah berusahatani padi ladang selama lebih dari 20 tahun yaitu sebanyak 15 orang 37.5
. Hanya sebagian kecil dari petani responden yang memiliki pengalaman berusahatani padi ladang kurang dari 5 tahun yaitu sebanyak 2 orang 5 .
Sedangkan petani yang lain selebihnya tersebar dalam kelompok dengan pengalaman berusahatani padi ladang antara 5 hingga 10 tahun sebanyak 6 orang
15 . Kelompok antara 11 hingga 15 tahun sebanyak 9 orang 22.5 , dan kelompok antara 16 hingga 20 tahun sebanyak 8 orang 20 . Gambaran petani
berdasarkan pengalaman berusahatani secara rinci disajikan dalam Tabel 13.
Tabel 13. Karakteristik Petani Responden Berdasarkan Pengalaman Usahatani
Pengalaman Berusahatani Padi Ladang Tahun
Jumlah Responden Orang
Persentase
5 2
5.00 5 -10
6 15.00
11-15 9
22.50 16-20
8 20.00
20 15
37.50
Total 40
100.00
Seluruh petani responden menyatakan bahwa berusahatani padi ladang merupakan usaha pokok untuk memenuhi kebutuhan beras sehingga rumah tangga
petani tidak perlu membeli beras untuk pangan sehari- hari. Selain itu para petani juga berusahatani padi ladang karena tidak memiliki keahlian lain selain bertani
dan juga karena kondisi alam seperti ketersediaan air, kesuburan tanah, dan ketersediaan modal yang hanya sesuai dengan komoditas padi ladang. Bertani
padi ladang juga dilakukan secara turun temurun juga oleh karena faktor – faktor yang telah disebutkan di atas. Petani yang memiliki usaha sampingan selain
usahatani padi ladang memiliki usaha sampingan sebagai perangkat desa seperti Ketua RT ataupun sebagai Hansip atau Linmas Perlindungan Masyarakat.
5. Jumlah Anggota Keluarga
Jumlah anggota keluarga akan mempengaruhi tingkat produktivitas kerja dikaitkan dengan jumlah penggunaan sumbangan tenaga kerja terhadap kegiatan
produksi usahatani. Semakin banyak jumlah anggota keluarga maka semakin banyak pula tenaga kerja yang dapat digunakan dalam kegiatan produksi
usahatani sehingga produktivitas akan lebih tinggi, dan demikian juga sebaliknya. Jumlah anggota keluarga juga akan berpengaruh terhadap jumlah tanggungan
keluarga atau tingkat konsumsi rumahtangga.
Sebagian besar responden atau sebanyak 27 rumahtangga 67.5 tergolong ke dalam kelompok dengan anggota keluarga antara 3 hingga 5 orang,
dan hanya sebanyak 5 rumah tangga 12.5 dari keseluruhan responden yang memiliki anggota keluarga lebih dari 5 orang, sedangkan rata-rata rumah tangga
petani responden memiliki sebanyak sekitar 4 orang. Gambaran secara rinci mengenai karakteristik petani responden berdasarkan jumlah anggita keluarga
disajikan dalam Tabel 14.
Tabel 14. Karakteristik Petani Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga
Kelompok Jumlah Anggota RT
Persentase
3 orang 8
20.00 3 - 5 orang
27 67.50
5 orang 5
12.50
Total 40
100.00
6. Status Usahatani Padi Ladang
Status Usahatani padi ladang, dalam artian apakah usahatani padi ladang merupakan mata pencaharian utama atau sampingan, akan mempengaruhi sikap
petani dalam menentukaan komoditi usahatani mana yang akan menjadi prioritas fokus yang mendapat perhatian atau alokasi sumberdaya yang relatif lebih besar
dan yang lebih kecil. Petani yang bermatapencaharian utama usahatani padi ladang akan lebih memfokuskan pekerjaan atau sumberdayanya terhadap
usahatani padi ladang, sehingga petani akan lebih mengusahakan peningkatan produksi dan produktivitas padi ladang daripada komoditi yang menjadi usahatani
sampingan. Seluruh petani yang menjadi responden menyatakan bahwa mereka memilih berusahatani padi ladang sebagai matapencaharian utama sehingga
sumberdaya yang dimiliki petani dialokasikan terutama untuk usahatani padi ladang.
7. Pekerjaan Sampingan
Jenis pekerjaan sampingan yang dimiliki petani akan berpengaruh terhadap pendapatan tambahan yang diperoleh rumahtangga, sehingga tingkat
pendapatan tersebut akan berpengaruh terhadap produktivitas usahatani. Pendapatan dari pekerjaan sampingan akan digunakan sebagai tambahan modal
dalam penyediaan sarana produksi yang lebih banyak sehingga hasil produksi
yang diperoleh akan lebih besar. Selain bertani, responden pada umumnya tidak
memiliki pekerjaan sampingan untuk menambah pendapatan rumahtangga karena tidak mempunyai keahlian lain selain bertani. Sehingga sumber pendapatan yang
menjadi penunjang usahatani padi ladang adalah dengan dengan berkebun tetapi umumnya tidak dikelola secara baik atau tidak diusahakan secara kontinyu.
8. Keputusan Bertani Padi Ladang
Keputusan bertani padi ladang dalam menentukan jenis, pola tanam, dan teknik produksi lainnya petani bebas menentukan sendiri atau dipengaruhi adat
istiadat setempat yang me ngikat kebebasan petani dalam mengambil keputusan usahatani. Keputusan yang diambil akan berpengaruh terhadap produktivitas dan
kemajuan usahatani karena petani yang dinamis akan lebih mampu mengadopsi teknologi usahatani. Teknologi dan inovasi bertujuan untuk meningkatkan
produktivitas padi ladang dan taraf hidup petani. Keseluruhan petani responden menyatakan bahwa keputusan dalam
berusahatani diambil sendiri dengan kebebasan berdasarkan pemahaman dan pengalaman petani dan tidak terikat dengan aturan atau adat istiadat setempat.
Segala usaha yang bertujuan untuk peningkatan produktivitas usahatani terutama
padi ladang akan dilakukan petani sesuai dengan kemampuan sumberdayanya tanpa dipengaruhi faktor adat istiadat setempat.
9. Kondisi Tempat Tinggal
Karakteristik petani responden berdasarkan kondisi tempat tinggal dilihat berdasarkan kondisi atap, dinding, dan lantai rumah. Atap petani responden
seluruhnya masih menggunakan atap rumbia. Dinding atau tembok rumah petani responden dibedakan menjadi dinding permanen, semi permanen, papankayu, dan
bilik bambu. Semua petani responden mempunyai tempat tinggal dengan dinding yang terbuat dari bilik bambu. Kondisi tempat tinggal petani responden dilihat
berdasarkan kondisi lantai dibedakan menjadi lantai keramik, semen atau ubin, kayu atau papan, dan tanah. Semua petani responden memiliki tempat tinggal
dengan lantai beralaskan tanah. Dari semua petani responden juga tidak ada yang mempunyai fasilitas kamar mandi atau WC yang tergolong layak.
VI. GAMBARAN USAHATANI PADI LADANG DI DESA WANAJAYA