Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perbedaan Pendapatan dan Efisiensi Produksi pada Pengusahaan Penggilingan Padi di Kabupaten Karawang

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN

PENDAPATAN DAN EFISIENSI PRODUKSI PADA

PENGUSAHAAN PENGGILINGAN PADI

DI KABUPATEN KARAWANG

Oleh:

NUGRAHA ARIEF A14104123

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008


(2)

RINGKASAN

NUGRAHA ARIEF. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perbedaan Pendapatan dan Efisiensi Produksi pada Pengusahaan Penggilingan Padi di Kabupaten Karawang. Di bawah bimbingan MUHAMMAD FIRDAUS.

Beras merupakan komoditi terpenting di Indonesia dan berlaku sebagai makanan pokok (staple food) bagi lebih dari 95 persen penduduk. Tingkat konsumsi beras per kapita masyarakat Indonesia merupakan yang tertinggi di dunia. Data Susenas (2006) menyebutkan bahwa tingkat konsumsi beras per kapita mayarakat Indonesia sebesar 139,15 kilogram per tahun. Beras juga menjadi industri yang strategis bagi perekonomian nasional dengan sumbangan industri beras terhadap GDP pertanian mencapai 28,8 persen, dengan menyerap tenaga kerja sebesar 28,79 persen dari total penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian atau setara dengan 12,05 juta jiwa.

Selain Bulog, pengusahaan penggilingan padi juga memiliki tanggungjawab dalam upaya penyediaan beras. Balitbang Deptan (2006) menyatakan bahwa jumlah penggilingan di Indonesia pada tahun 2005 berjumlah 110.611 unit, 70 persen diantaranya adalah penggilingan berskala kecil (rice milling unit), sisanya adalah penggilingan berskala sedang dan besar. Penggilingan memiliki peranan penting antara lain (1) sebagai penyedia kebutuhan pangan masarakat, (2) menjadi titik sentral dari suatu kawasan industri produksi padi, karena mampu berfungsi sebagai titik pertemuan antara perubahan bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas beras, (4) tingkat harga dan pendapatan yang diperoleh petani serta tingkat harga yang harus dibayar oleh konsumen, (5) mampu membuka lapangan pekerjaan di daerah perdesaan.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) membandingkan karakteristik pengusahaan penggilingan padi, (2) menghitung tingkat pendapatan penggilingan padi, (3) menguji faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan pendapatan antara pengusahaan penggilingan padi berpendapatan tinggi dan rendah, dan (4) menganalisis tingkat efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi dalam pengusahaan penggilingan padi di Kabupaten Karawang. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai dengan Maret 2008, dengan menggunakan data primer yang bersumber dari wawancara terstruktur berpedoman pada kuesioner dengan pengusaha penggilingan padi di Kabupaten Karawang. Penarikan sampel dilakukan dengan metode judgement sampling yang membagi penggilingan ke dalam dua kelompok, yaitu penggilingan padi besar dan kecil. Penggilingan padi besar adalah penggilingan padi dengan kapasitas produksi beras sama dengan atau lebih dari 20 ton per hari, sedangkan penggilingan kecil memiliki kapasitas produksi beras kurang dari 20 ton per hari. Analisis dan pengolahan data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk melihat aktivitas produksi penggilingan padi, karakteristik pengusahaan penggilingan padi dan hal-hal terkait lain. Analisis kuantitatif dilakukan untuk menghitung tingkat pendapatan, faktor-faktor pembeda pendapatan, dan analisis efisiensi penggunaan faktor produksi pada pengusahaan penggilingan padi di Kabupaten Karawang. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software Ms. Excel, Minitab 14, dan SPSS 13.


(3)

Penggilingan besar memiliki kapasitas produksi beras yang lebih besar dibandingkan penggilingan padi kecil. Rata-rata penggilingan padi besar memiliki kapasitas produksi beras per hari rata-rata sebesar 29,23 ton, sedangkan penggilingan padi kecil memiliki rata-rata kapasitas produksi 5,9 ton beras per hari. Penggilingan besar memiliki kapasitas lebih besar karena didukung oleh modal yang lebih besar untuk membeli gabah serta ditunjang oleh kapasitas mesin yang digunakan dan luas gudang penyimpanan yang lebih besar. Penggilingan besar sebagian menggunakan mesin dan alat-alat produksi yang mampu mengeliminasi tenaga manusia (mekanisasi), sedangkan penggilingan kecil masih mengandalkan tenaga manusia dalam proses produksinya. Pengalaman usaha pemilik penggilingan padi besar yang lebih lama mampu menentukan keberhasilan usaha dibandingkan dengan pengalaman pengusaha penggilingan padi kecil. Penggilingan padi besar hampir seluruhnya melakukan kemitraan dengan Bulog karena dianggap menguntungkan dan meminjam modal usaha ke bank, sementara penggilingan padi kecil tidak melakukannya.

Pengusahaan penggilingan padi besar memiliki pendapatan atas biaya total sebesar Rp 15.738.069 dengan nilai rasio R/C atas biaya total sebesar 1,117, yang artinya setiap Rp 1.000 yang dikeluarkan sebagai biaya akan menghasilkan Rp 1.117 penerimaan. Penggilingan padi kecil memiliki pendapatan atas biaya total sebesar Rp 4.629.912 dengan rasio R/C atas biaya total sebesar 1,174, artinya setiap Rp 1.000 biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp 1.174. Berdasarkan perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa pengusahaan pengilingan padi kecil lebih efisien daripada penggilingan padi besar. Rasio R/C yang lebih tinggi dari satu menunjukkan bahwa pengusahaan penggilingan padi di Kabupaten Karawang telah menguntungkan.

Analisis diskriminan mampu menunjukkan faktor yang berpengaruh nyata dalam membedakan penggilingan padi berpendapatan tinggi dan rendah antara lain kapasitas produksi penggilingan, modal yang dimiliki, kapasitas mesin penggilingan, kemitraan penggilingan dengan Bulog, dan tingkat pendidikan pengusaha penggilingan. Model diskriminan yang dibentuk oleh kelima faktor tersebut mampu menunjukkan perbedaan yang signifikan antara kelompok penggilingan berpendapatan tinggi dan rendah.

Analisis efisiensi penggunaan faktor produksi menghasilkan tiga faktor produksi yang berpengaruh nyata dan positif terhadap jumlah beras yang dihasilkan pengusahaan penggilingan padi, yaitu jumlah GKP, jumlah Solar, dan modal usaha. Dari ketiga faktor tersebut, faktor yang dianalisis dalam efisiensi penggunaan faktor produksi adalah faktor produksi yang bersifat fisik dan dapat dinilai dengan satuan rupiah yaitu jumlah GKP dan jumlah solar. Analisis efisiensi penggunaan faktor produksi pengusahaan penggilingan padi menunjukkan kondisi belum efisien. Jumlah GKP perlu dikurangi sedangkan jumlah solar perlu ditambah untuk mencapai kondisi optimal. Kombinasi optimal jumlah GKP adalah 21,33 ton sedangkan jumlah solar optimal adalah 2.463,15 liter. Kombinasi optimal solar yang perlu ditambah kurang sesuai dengan pengurangan jumlah GKP dan peningkatan harga solar dewasa ini. Skala produksi penggilingan padi berada pada skala kenaikan hasil yang menurun (decreasing return to scale).


(4)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN

PENDAPATAN DAN EFISIENSI PRODUKSI PADA

PENGUSAHAAN PENGGILINGAN PADI

DI KABUPATEN KARAWANG

Oleh:

NUGRAHA ARIEF A14104123

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008


(5)

Judul Skripsi : Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perbedaan Pendapatan dan Efisiensi Produksi pada Pengusahaan Penggilingan Padi di Kabupaten Karawang

Nama : Nugraha Arief

NRP : A14104123

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Muhammad Firdaus, Ph.D NIP. 132 158 758

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr NIP. 131 124 019


(6)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG

BERJUDUL “FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PERBEDAAN PENDAPATAN DAN EFISIENSI PRODUKSI PADA

PENGUSAHAAN PENGGILINGAN PADI DI KABUPATEN

KARAWANG” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.

Bogor, Juli 2008

Nugraha Arief A14104123


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Nugraha Arief, dilahirkan di Karawang pada tanggal 5 Juni 1985. Penulis adalah anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Didi Sumardi dan Mulyati. Pada tahun 1998 penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN Rengasdengklok Utara II. Kemudian, pada tahun 2001 penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTPN 1 Rengasdengklok, Banjarnegara dan menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMAN 1 Karawang pada tahun 2004.

Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor melalui Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) tahun 2004 dengan program studi Manajemen Agribisnis, Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas pertanian. Selama menjadi mahasiswa di IPB, penulis aktif diberbagai organisasi kemahasiswaan seperti BEM TPB (2004-2005), BEM Fakultas Pertanian (2005-2006), IAAS (2006-2008), dan terakhir di MISETA (2007-2008).

Penulis juga aktif mengikuti berbagai kompetisi tingkat nasional seperti Student Technopreneurship (2006), PKMP-PIMNAS (2006), LIIM (2006), Danone International Business Simulation TRUST by Danone (2007), KPKM Bidang Ekonomi (2007), Dale Carnegie Fundamental Leadership Training (2008), dan Leadership Scholarship 2nd Nutrifood (2008). Beberapa diantaranya berhasil menorehkan prestasi sebagai pemenang. Penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Sosiologi Umum selama satu semester. Penulis juga pernah bekerja pada PT Nutrifood Indonesia dengan posisi Marketing Promotion Executive (MPE), kemudian mengundurkan diri karena alasan melanjutkan studi.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur hanya bagi Allah Rabb jagat raya dan Penjaga hati atas anugerah, rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi penelitian yang berjudul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perbedaan Pendapatan dan Efisiensi Produksi pada Pengusahaan Penggilingan Padi di Kabupaten Karawang” dengan baik. Skripsi ini ditulis sebagai persyaratan menyelesaikan Program Sarjana pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan karakteristik pengusahaan penggilingan padi di Kabupaten Karawang, menganalisis tingkat pendapatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan pendapatan penggilingan padi, serta menganalisis efisiensi produksi pengusahaan penggilingan padi di Kabupaen Karawang.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan ini masih terdapat kekurangan dan jauh dari sempurna, karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun guna penyempurnaan skripsi ini. Namun dengan segala keterbatasan yang ada, skripsi ini diharapkan mampu memberikan kontribusi dalam pembangunan pertanian Indonesia.

Bogor, Juli 2008


(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Dengan hati menunduk penulis panjatkan segala puji dan syukur kepada Allah SWT atas cinta dan sayang-Nya, skripsi ini dapat terselesaikan. Penulis sampaikan penghargaan tertinggi pada kedua orang tua tercinta, Ayahanda Didi Sumardi dan Ibunda Mulyati atas doa yang tak kunjung henti mengalir dalam darah penulis, kalian inspirator sepanjang masa. Terima kasih juga penulis sampaikan pada kakak-kakak, Verry Iskandar, Anita Fatmawati, Yuliawati, dan Nanang Kosim, atas segala bantuan, motivasi, dan doa serta untuk kedua keponakan tercinta Azelia dan Yudha.

Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan pada berbagai pihak yang telah membantu dalam persiapan, pelaksanaan dan penyusunan skripsi ini baik berupa bimbingan, dukungan dan masukan, terutama kepada:

1. Muhammad Firdaus, Ph.D selaku dosen pembimbing skripsi, atas semua masukan, transfer ilmu, bimbingan dan arahan yang sangat berharga bagi penulis selama menyusun skripsi ini.

2. Ir. Popong Nurhayati, MM., selaku dosen penguji utama yang telah berkenan memberikan kritik dan saran untuk perbaikan skripsi ini.

3. Rahmat Yanuar, SP., selaku dosen penguji wakil departemen atas segala kritik dan saran yang membangun demi perbaikan skripsi.

4. Dra. Yusalina, MSi. selaku dosen pembimbing akademik atas segala bimbingan, ilmu, dan pelajaran hidup. Terima kasih ibu.

5. Yeka Hendra Fatika, SP atas diskusi yang santai dan menyenangkan selama penyusunan skripsi. Terima kasih atas pelajaran hidupnya, Mas.

6. Bapak Yusuf dan para pengusaha penggilingan padi, serta Bapak Yanto (Bulog) atas bantuan dan diskusi panjang mengenai penggilingan padi. 7. Manajemen PT Nutrifood Indonesia: Felix Abednego (HRD Director), Nina

Agustriana dan Dian Mariani (Manager), Andi Handoyo dan Yuliana Tanoewidjaja (Associate), Mas Opan. Terima kasih atas semuanya, dua bulan yang penuh makna, persahabatan, dan pelajaran hidup.

8. Sahabat-sahabat di AGB’41 yang tak bisa disebutkan satu persatu. Atas segala persahabatan, kenangan, perjuangan, dan asa untuk mencapai impian.


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv DAFTAR LAMPIRAN ... v

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 12

1.4 Manfaat Penelitian ... 12

1.5 Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian ... 13

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Padi ... 14

2.2 Gambaran Umum Gabah dan Beras ... 16

2.3 Alat Pengolahan Padi ... 18

2.4 Penggilingan Padi ... 20

2.5 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 24

2.5.1 Penelitian Mengenai Produksi Penggilingan Padi ... 24

2.5.2 Penelitian Mengenai Tingkat Pendapatan dan Efisiensi... 26

2.5.3 Penelitian Mengenai Analisis Diskriminan ... 27

III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 29

3.1.1 Konsep Usahatani ... 29

3.1.2 Konsep Pendapatan... 30

3.1.3 Imbangan Penerimaan dan Biaya ... 32

3.1.4 Analisis Diskriminan ... 33

3.1.5 Konsep Fungsi Produksii ... 37

3.1.6 Efisiensi Penggunaan Faktor Produksi ... 41

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ... 45

IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 49

4.2 Jenis dan Sumber Data ... 49

4.3 Metode Penarikan Sampel... 50

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 51

4.4.1 Analisis Pendapatan ... 52

4.4.2 Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya ... 54

4.4.3 Analisis Diskriminan ... 54

4.4.4 Analisis Fungsi Produksi ... 59

4.4.5 Pengujian Fungsi Produksi ... 65

4.4.6 Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor Produksi ... 68


(11)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN

PENDAPATAN DAN EFISIENSI PRODUKSI PADA

PENGUSAHAAN PENGGILINGAN PADI

DI KABUPATEN KARAWANG

Oleh:

NUGRAHA ARIEF A14104123

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008


(12)

RINGKASAN

NUGRAHA ARIEF. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perbedaan Pendapatan dan Efisiensi Produksi pada Pengusahaan Penggilingan Padi di Kabupaten Karawang. Di bawah bimbingan MUHAMMAD FIRDAUS.

Beras merupakan komoditi terpenting di Indonesia dan berlaku sebagai makanan pokok (staple food) bagi lebih dari 95 persen penduduk. Tingkat konsumsi beras per kapita masyarakat Indonesia merupakan yang tertinggi di dunia. Data Susenas (2006) menyebutkan bahwa tingkat konsumsi beras per kapita mayarakat Indonesia sebesar 139,15 kilogram per tahun. Beras juga menjadi industri yang strategis bagi perekonomian nasional dengan sumbangan industri beras terhadap GDP pertanian mencapai 28,8 persen, dengan menyerap tenaga kerja sebesar 28,79 persen dari total penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian atau setara dengan 12,05 juta jiwa.

Selain Bulog, pengusahaan penggilingan padi juga memiliki tanggungjawab dalam upaya penyediaan beras. Balitbang Deptan (2006) menyatakan bahwa jumlah penggilingan di Indonesia pada tahun 2005 berjumlah 110.611 unit, 70 persen diantaranya adalah penggilingan berskala kecil (rice milling unit), sisanya adalah penggilingan berskala sedang dan besar. Penggilingan memiliki peranan penting antara lain (1) sebagai penyedia kebutuhan pangan masarakat, (2) menjadi titik sentral dari suatu kawasan industri produksi padi, karena mampu berfungsi sebagai titik pertemuan antara perubahan bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas beras, (4) tingkat harga dan pendapatan yang diperoleh petani serta tingkat harga yang harus dibayar oleh konsumen, (5) mampu membuka lapangan pekerjaan di daerah perdesaan.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) membandingkan karakteristik pengusahaan penggilingan padi, (2) menghitung tingkat pendapatan penggilingan padi, (3) menguji faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan pendapatan antara pengusahaan penggilingan padi berpendapatan tinggi dan rendah, dan (4) menganalisis tingkat efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi dalam pengusahaan penggilingan padi di Kabupaten Karawang. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai dengan Maret 2008, dengan menggunakan data primer yang bersumber dari wawancara terstruktur berpedoman pada kuesioner dengan pengusaha penggilingan padi di Kabupaten Karawang. Penarikan sampel dilakukan dengan metode judgement sampling yang membagi penggilingan ke dalam dua kelompok, yaitu penggilingan padi besar dan kecil. Penggilingan padi besar adalah penggilingan padi dengan kapasitas produksi beras sama dengan atau lebih dari 20 ton per hari, sedangkan penggilingan kecil memiliki kapasitas produksi beras kurang dari 20 ton per hari. Analisis dan pengolahan data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk melihat aktivitas produksi penggilingan padi, karakteristik pengusahaan penggilingan padi dan hal-hal terkait lain. Analisis kuantitatif dilakukan untuk menghitung tingkat pendapatan, faktor-faktor pembeda pendapatan, dan analisis efisiensi penggunaan faktor produksi pada pengusahaan penggilingan padi di Kabupaten Karawang. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software Ms. Excel, Minitab 14, dan SPSS 13.


(13)

Penggilingan besar memiliki kapasitas produksi beras yang lebih besar dibandingkan penggilingan padi kecil. Rata-rata penggilingan padi besar memiliki kapasitas produksi beras per hari rata-rata sebesar 29,23 ton, sedangkan penggilingan padi kecil memiliki rata-rata kapasitas produksi 5,9 ton beras per hari. Penggilingan besar memiliki kapasitas lebih besar karena didukung oleh modal yang lebih besar untuk membeli gabah serta ditunjang oleh kapasitas mesin yang digunakan dan luas gudang penyimpanan yang lebih besar. Penggilingan besar sebagian menggunakan mesin dan alat-alat produksi yang mampu mengeliminasi tenaga manusia (mekanisasi), sedangkan penggilingan kecil masih mengandalkan tenaga manusia dalam proses produksinya. Pengalaman usaha pemilik penggilingan padi besar yang lebih lama mampu menentukan keberhasilan usaha dibandingkan dengan pengalaman pengusaha penggilingan padi kecil. Penggilingan padi besar hampir seluruhnya melakukan kemitraan dengan Bulog karena dianggap menguntungkan dan meminjam modal usaha ke bank, sementara penggilingan padi kecil tidak melakukannya.

Pengusahaan penggilingan padi besar memiliki pendapatan atas biaya total sebesar Rp 15.738.069 dengan nilai rasio R/C atas biaya total sebesar 1,117, yang artinya setiap Rp 1.000 yang dikeluarkan sebagai biaya akan menghasilkan Rp 1.117 penerimaan. Penggilingan padi kecil memiliki pendapatan atas biaya total sebesar Rp 4.629.912 dengan rasio R/C atas biaya total sebesar 1,174, artinya setiap Rp 1.000 biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp 1.174. Berdasarkan perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa pengusahaan pengilingan padi kecil lebih efisien daripada penggilingan padi besar. Rasio R/C yang lebih tinggi dari satu menunjukkan bahwa pengusahaan penggilingan padi di Kabupaten Karawang telah menguntungkan.

Analisis diskriminan mampu menunjukkan faktor yang berpengaruh nyata dalam membedakan penggilingan padi berpendapatan tinggi dan rendah antara lain kapasitas produksi penggilingan, modal yang dimiliki, kapasitas mesin penggilingan, kemitraan penggilingan dengan Bulog, dan tingkat pendidikan pengusaha penggilingan. Model diskriminan yang dibentuk oleh kelima faktor tersebut mampu menunjukkan perbedaan yang signifikan antara kelompok penggilingan berpendapatan tinggi dan rendah.

Analisis efisiensi penggunaan faktor produksi menghasilkan tiga faktor produksi yang berpengaruh nyata dan positif terhadap jumlah beras yang dihasilkan pengusahaan penggilingan padi, yaitu jumlah GKP, jumlah Solar, dan modal usaha. Dari ketiga faktor tersebut, faktor yang dianalisis dalam efisiensi penggunaan faktor produksi adalah faktor produksi yang bersifat fisik dan dapat dinilai dengan satuan rupiah yaitu jumlah GKP dan jumlah solar. Analisis efisiensi penggunaan faktor produksi pengusahaan penggilingan padi menunjukkan kondisi belum efisien. Jumlah GKP perlu dikurangi sedangkan jumlah solar perlu ditambah untuk mencapai kondisi optimal. Kombinasi optimal jumlah GKP adalah 21,33 ton sedangkan jumlah solar optimal adalah 2.463,15 liter. Kombinasi optimal solar yang perlu ditambah kurang sesuai dengan pengurangan jumlah GKP dan peningkatan harga solar dewasa ini. Skala produksi penggilingan padi berada pada skala kenaikan hasil yang menurun (decreasing return to scale).


(14)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN

PENDAPATAN DAN EFISIENSI PRODUKSI PADA

PENGUSAHAAN PENGGILINGAN PADI

DI KABUPATEN KARAWANG

Oleh:

NUGRAHA ARIEF A14104123

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008


(15)

Judul Skripsi : Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perbedaan Pendapatan dan Efisiensi Produksi pada Pengusahaan Penggilingan Padi di Kabupaten Karawang

Nama : Nugraha Arief

NRP : A14104123

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Muhammad Firdaus, Ph.D NIP. 132 158 758

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr NIP. 131 124 019


(16)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG

BERJUDUL “FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PERBEDAAN PENDAPATAN DAN EFISIENSI PRODUKSI PADA

PENGUSAHAAN PENGGILINGAN PADI DI KABUPATEN

KARAWANG” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.

Bogor, Juli 2008

Nugraha Arief A14104123


(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Nugraha Arief, dilahirkan di Karawang pada tanggal 5 Juni 1985. Penulis adalah anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Didi Sumardi dan Mulyati. Pada tahun 1998 penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN Rengasdengklok Utara II. Kemudian, pada tahun 2001 penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTPN 1 Rengasdengklok, Banjarnegara dan menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMAN 1 Karawang pada tahun 2004.

Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor melalui Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) tahun 2004 dengan program studi Manajemen Agribisnis, Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas pertanian. Selama menjadi mahasiswa di IPB, penulis aktif diberbagai organisasi kemahasiswaan seperti BEM TPB (2004-2005), BEM Fakultas Pertanian (2005-2006), IAAS (2006-2008), dan terakhir di MISETA (2007-2008).

Penulis juga aktif mengikuti berbagai kompetisi tingkat nasional seperti Student Technopreneurship (2006), PKMP-PIMNAS (2006), LIIM (2006), Danone International Business Simulation TRUST by Danone (2007), KPKM Bidang Ekonomi (2007), Dale Carnegie Fundamental Leadership Training (2008), dan Leadership Scholarship 2nd Nutrifood (2008). Beberapa diantaranya berhasil menorehkan prestasi sebagai pemenang. Penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Sosiologi Umum selama satu semester. Penulis juga pernah bekerja pada PT Nutrifood Indonesia dengan posisi Marketing Promotion Executive (MPE), kemudian mengundurkan diri karena alasan melanjutkan studi.


(18)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur hanya bagi Allah Rabb jagat raya dan Penjaga hati atas anugerah, rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi penelitian yang berjudul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perbedaan Pendapatan dan Efisiensi Produksi pada Pengusahaan Penggilingan Padi di Kabupaten Karawang” dengan baik. Skripsi ini ditulis sebagai persyaratan menyelesaikan Program Sarjana pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan karakteristik pengusahaan penggilingan padi di Kabupaten Karawang, menganalisis tingkat pendapatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan pendapatan penggilingan padi, serta menganalisis efisiensi produksi pengusahaan penggilingan padi di Kabupaen Karawang.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan ini masih terdapat kekurangan dan jauh dari sempurna, karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun guna penyempurnaan skripsi ini. Namun dengan segala keterbatasan yang ada, skripsi ini diharapkan mampu memberikan kontribusi dalam pembangunan pertanian Indonesia.

Bogor, Juli 2008


(19)

UCAPAN TERIMA KASIH

Dengan hati menunduk penulis panjatkan segala puji dan syukur kepada Allah SWT atas cinta dan sayang-Nya, skripsi ini dapat terselesaikan. Penulis sampaikan penghargaan tertinggi pada kedua orang tua tercinta, Ayahanda Didi Sumardi dan Ibunda Mulyati atas doa yang tak kunjung henti mengalir dalam darah penulis, kalian inspirator sepanjang masa. Terima kasih juga penulis sampaikan pada kakak-kakak, Verry Iskandar, Anita Fatmawati, Yuliawati, dan Nanang Kosim, atas segala bantuan, motivasi, dan doa serta untuk kedua keponakan tercinta Azelia dan Yudha.

Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan pada berbagai pihak yang telah membantu dalam persiapan, pelaksanaan dan penyusunan skripsi ini baik berupa bimbingan, dukungan dan masukan, terutama kepada:

1. Muhammad Firdaus, Ph.D selaku dosen pembimbing skripsi, atas semua masukan, transfer ilmu, bimbingan dan arahan yang sangat berharga bagi penulis selama menyusun skripsi ini.

2. Ir. Popong Nurhayati, MM., selaku dosen penguji utama yang telah berkenan memberikan kritik dan saran untuk perbaikan skripsi ini.

3. Rahmat Yanuar, SP., selaku dosen penguji wakil departemen atas segala kritik dan saran yang membangun demi perbaikan skripsi.

4. Dra. Yusalina, MSi. selaku dosen pembimbing akademik atas segala bimbingan, ilmu, dan pelajaran hidup. Terima kasih ibu.

5. Yeka Hendra Fatika, SP atas diskusi yang santai dan menyenangkan selama penyusunan skripsi. Terima kasih atas pelajaran hidupnya, Mas.

6. Bapak Yusuf dan para pengusaha penggilingan padi, serta Bapak Yanto (Bulog) atas bantuan dan diskusi panjang mengenai penggilingan padi. 7. Manajemen PT Nutrifood Indonesia: Felix Abednego (HRD Director), Nina

Agustriana dan Dian Mariani (Manager), Andi Handoyo dan Yuliana Tanoewidjaja (Associate), Mas Opan. Terima kasih atas semuanya, dua bulan yang penuh makna, persahabatan, dan pelajaran hidup.

8. Sahabat-sahabat di AGB’41 yang tak bisa disebutkan satu persatu. Atas segala persahabatan, kenangan, perjuangan, dan asa untuk mencapai impian.


(20)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv DAFTAR LAMPIRAN ... v

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 12

1.4 Manfaat Penelitian ... 12

1.5 Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian ... 13

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Padi ... 14

2.2 Gambaran Umum Gabah dan Beras ... 16

2.3 Alat Pengolahan Padi ... 18

2.4 Penggilingan Padi ... 20

2.5 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 24

2.5.1 Penelitian Mengenai Produksi Penggilingan Padi ... 24

2.5.2 Penelitian Mengenai Tingkat Pendapatan dan Efisiensi... 26

2.5.3 Penelitian Mengenai Analisis Diskriminan ... 27

III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 29

3.1.1 Konsep Usahatani ... 29

3.1.2 Konsep Pendapatan... 30

3.1.3 Imbangan Penerimaan dan Biaya ... 32

3.1.4 Analisis Diskriminan ... 33

3.1.5 Konsep Fungsi Produksii ... 37

3.1.6 Efisiensi Penggunaan Faktor Produksi ... 41

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ... 45

IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 49

4.2 Jenis dan Sumber Data ... 49

4.3 Metode Penarikan Sampel... 50

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 51

4.4.1 Analisis Pendapatan ... 52

4.4.2 Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya ... 54

4.4.3 Analisis Diskriminan ... 54

4.4.4 Analisis Fungsi Produksi ... 59

4.4.5 Pengujian Fungsi Produksi ... 65

4.4.6 Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor Produksi ... 68


(21)

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN DAN

KARAKTERISTIK PENGUSAHAAN PENGGILINGAN PADI

5.1 Keadaan Umum Wilayah Penelitian ... 73

5.2 Keadaan Demografis Penduduk ... 74

5.3 Karakteristik Pengusahaan Penggilingan Padi ... 77

5.3.1 Pemilik Penggilingan Padi... 77

5.3.2 Kapasitas Produksi ... 82

5.3.3 Mesin dan Alat Penggilingan Padi ... 83

5.3.4 Modal Usaha ... 89

5.3.5 Gabah dan Beras ... 91

5.3.6 Tenaga Kerja, Lantai Jemur, dan Bangunan ... 94

5.3.7 Mitra dengan Bulog ... 99

5.3.8 Aktivitas Pengusahaan Penggilingan Padi ... 100

VI. ANALISIS PENDAPATAN PENGUSAHAAN PENGGILINGAN PADI 6.1 Penerimaan Penggilingan Padi ... 112

6.1.1 Penggilingan Padi Besar ... 113

6.1.2 Penggilingan Padi Kecil ... 113

6.1.3 Penggilingan Padi Agregat ... 114

6.2 Pengeluaran Penggilingan Padi ... 115

6.2.1 Penggilingan Padi Besar ... 117

6.2.2 Penggilingan Padi Kecil ... 119

6.2.3 Penggilingan Padi Agregat ... 120

6.3 Analisis Pendapatan dan Imbangan Penerimaan dan Biaya ... 121

VII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN PENDAPATAN PENGUSAHAAN PENGGILINGAN PADI 7.1 Validasi Data ... 124

7.1.1 Identifikasi Faktor-Faktor yang Berpengaruh Secara Signifikan dalam Membedakan Penggilingan Berdasarkan Tingkat Pendapatan ... 125

7.1.2 Pemilihan Faktor sebagai Prediktor Terbaik Model Diskriminan ... 127

7.2 Interpretasi Model Diskriminan ... 132

VIII. ANALSIS EFISIENSI PRODUKSI PENGUSAHAAN PENGGILINGAN PADI 8.1 Analisis Fungsi Produksi ... 137

8.2 Pengaruh Faktor-Faktor Produksi ... 144

8.3 Analisis Skala Usaha ... 146

8.4 Efisiensi Penggunaan Faktor Produksi ... 147

8.5 Kombinasi Optimal Faktor-Faktor Produksi ... 148

IX. KESIMPULAN DAN SARAN 9.1 Kesimpulan ... 152

9.2 Saran ... 153

DAFTAR PUSTAKA ... 155


(22)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Rata-Rata Konsumsi Komoditas Pangan di Indonesia Tahun 2006 ... 1 2. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Padi di Kabupaten Karawang Tahun

2002-2005 ... 8 3. Standardisasi Kualitas Gabah oleh Bulog di Indonesia Tahun 2007 ... 16 4. Persyaratan Kualitas Beras Tahun 2007 ... 18 5. Hubungan antara Analisis Varians, Regresi, dan Diskriminan ... 35 6. Jumlah dan Jenis Penggilingan pada Lokasi Penelitian ... 51 7. Faktor Pembeda dalam Skala Interval ... 56 8. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 75 9. Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia ... 75 10.Komposisi Penduduk Berdasarkan Lapangan Usaha ... 76 11.Jumlah Pemilik Penggilingan Padi Berdasarkan Umur ... 77 12.Tingkat Pendidikan Pemilik Penggilingan Padi ... 78 13.Jumlah Pemilik Penggilingan Padi Berdasarkan Pengalaman Usaha ... 80 14.Jumlah Pemilik Berdasarkan Persepsi terhadap Pekerjaan sebagai Pemilik

Penggilingan Padi ... 81 15.Jumlah Pemilik Berdasarkan Sumber Modal ... 89 16.Jumlah Pemilik Penggilingan yang Bermitra dengan Bulog ... 99 17.Penerimaan Bersih Pengusahaan Penggilingan Padi per Hari ... 112 18.Biaya-Biaya yang Dikeluarkan Pengusahaan Penggilingan Padi per Hari ... 117 19.Analisis Pendapatan dan Imbangan Penerimaan dan Biaya Pengusahaan

Penggilingan Padi per Har ... 122 20.Faktor-Faktor yang Berpengaruh dalam Membedakan Penggilingan Padi

Berdasarkan Tingkat Pendapatan ... 125 21.Pemasukan Variabel pada Kelompok Penggilingan ... 134 22.Analisis Ragam Produksi Beras pada Pengusahaan Penggilingan Padi ... 138 23.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Beras pada Pengusahaan

Penggilingan Padi di Kabupaten Karawang ... 139 24.Rasio NPM dan BKM pada Pengusahaan Penggilingan Padi di Kabupaten

Karawang ... 148 25.Kombinasi Optimal Penggunaan Faktor-Faktor Produksi pada Pengusahaan


(23)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Perkembangan Produktivitas Padi Nasional Tahun 1997-2007 ... 3 2. Grafik Perkembangan Jumlah Impor Beras Tahun 1986-2006 ... 4 3. Langkah-Langkah Melakukan Analisis Diskriminan ... 35 4. Kurva Fungsi Produksi dan Hubungannya dengan Produk Marjinal dan

Produk Rata-Rata ... 40 5. Efisiensi Produksi ... 42 6. Kerangka Pemikiran Operasional ... 48 7. Mesin Husker pada Penggilingan Padi ... 84 8. Mesin Polisher pada Penggilingan Padi ... 85 9. Mesin Penggerak Husker dan Polisher ... 86 10.Mesin Shining dan Cera Tester ... 86 11.Lantai Jemur pada Penggilingan Padi ... 97 12.Gudang Penyimpanan dan Kantor pada Penggilingan Padi ... 98 13.Tahap-Tahap Pengolahan Beras ... 108


(24)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Karakteristik Pengusaha Penggilingan Padi di Kabupaten Karawang .. 159 2. Harga Faktor Produksi dan Biaya Aktivitas Produksi Penggilingan

Padi di Kabupaten Karawang ... 160 3. Pengeluaran (Biaya) Produksi Penggilingan Padi di Kabupaten ... 161 4. Penerimaan Bersih Penggilingan Padi di Kabupaten Karawang ... 162 5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perbedaan Pendapatan Penggilingan

Padi ... 163 6. Penggunaan Faktor Produksi Penggilingan Padi Kabupaten Karawang 164 7. Analysis Case Processing Summary... 165 8. Test Of Equality Of Group Means ... 165 9. Variables Not in the Analysis ... 166 10.Wilks’ Lambda ... 168 11.Eigenvalues ... 168 12.Canonical Discriminant Function Coefficients ... 168 13.Functions at Group Centroids ... 168 14.Classification Result ... 169 15.Structure Matrix ... 169 16.Analisis Regresi Model Cobb-Douglas Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Poduksi Penggilingan Padi ... 170 17.Normalitas Model Cobb-Douglas ... 171 18.Uji Normalitas Residual Model Cobb-Douglas ... 172 19.Uji Homoskedastisitas Model Cobb-Douglas ... 173 20.Kuesioner ... 174


(25)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pangan merupakan kebutuhan dasar yang paling esensial bagi manusia untuk mempertahankan hidup dan kehidupan. Sebagai makhluk bernyawa, tanpa pangan manusia tidak mungkin dapat melangsungkan hidup dan kehidupannya untuk berkembang biak dan bermasyarakat. Bagi bangsa Indonesia jenis tanaman pangan yang terpenting adalah padi yang kemudian dikonsumsi dalam bentuk beras.

Beras merupakan komoditi terpenting di Indonesia dan berlaku sebagai makanan pokok (staple food) masyarakat. Tingkat konsumsi per kapita masyarakat Indonesia terhadap beras merupakan yang tertinggi di dunia. Data Susenas (2006) menyebutkan bahwa tingkat konsumsi beras per kapita mayarakat Indonesia sebesar 139,15 kilogram per tahun (Tabel 1.). Nilai ini jauh lebih tinggi daripada konsumsi ideal sebesar 80-90 kilogram per kapita per tahun.

Tabel 1. Rata-Rata Konsumsi Komoditas Pangan di Indonesia Tahun 2006 No Komoditas Pangan Konsumsi per Kapita per Tahun (kg)

1 Beras 139,15

2 Jagung 5,32

3 Ketela Pohon 15,04

4 Ayam 4,07

5 Daging 7,10

6 Telur 6,12

7 Susu 6,50

8 Ikan 18,58

9 Buah-buahan 50,78

10 Gula 15,6

11 Kedelai 7,78

12 Sayur-sayuran 9,60


(26)

Beras sebagai sebuah industri juga menjadi kekuatan yang strategis bagi perekonomian nasional. Amang dan Sawit (2001) menyatakan sumbangan industri beras terhadap GDP pertanian mencapai 28,8 persen, dengan menyerap tenaga kerja sebesar 28,79 persen dari total penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian atau setara dengan 12,05 juta jiwa.

Beras merupakan bahan pangan pokok bagi lebih dari 95 persen penduduk Indonesia. Usahatani padi menyediakan lapangan pekerjaan dan sebagai sumber pendapatan bagi sekitar 21 juta rumah tangga pertanian (Suryana, 2002). Apriyantono (2006) menambahkan bahwa beras juga merupakan komoditas politik yang sangat strategis, sehingga produksi beras dalam negeri menjadi tolak ukur ketersediaan pangan bagi Indonesia1. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika campur tangan pemerintah Indonesia sangat besar dalam upaya peningkatan produksi dan stabilitas harga beras. Kecukupan pangan (terutama beras) dengan harga yang terjangkau telah menjadi tujuan utama kebijakan pembangunan pertanian. Swastika, et.al (2007) mengatakan bahwa kekurangan pangan bisa menyebabkan kerawanan ekonomi, sosial, dan politik yang dapat menggoyahkan stabilitas nasional.

Usaha pemerintah dalam menyediakan pangan bagi rakyat salah satunya ditunjukkan oleh usaha peningkatan produktivitas padi. Gambar 1. menunjukkan perkembangan produktivitas padi tahun 1997-2007. Mengacu pada data BPS (2007), produktivitas padi pernah mengalami penurunan tajam pada tahun 1998-1999 akibat krisis ekonomi dan adanya bencana El-Nino dan La-Nina yang merusak sebagian besar persawahan di beberapa sentra padi sehingga produksi

1

Apriyantono, Anton. 2006. Beras Komoditas Penuh Tantangan. Harian Seputar Indonesia Edisi 18 Desember 2006. http://www.seputar-indonesia.com/edisi cetak/index.php/ [diakses tanggal 1 Mei 2008]


(27)

turun sekitar 3,2 persen. Produksi kemudian terus mengalami kenaikan yang cukup signifikan sampai tahun 2007. Tercatat pada tahun 2006 produktivitas padi sebesar 54,45 kuintal per hektar, dan pada tahun 2007 menunjukkan posisi 57,05 kuintal per hektar. Pertumbuhan produktivitas padi nasional pada periode tahun 2000-2004 sebesar 0,76 persen, sementara pada periode tahun 2005-2007 menunjukkan angka pertumbuhan sebesar 1,25 persen.

Gambar 1. Perkembangan Produktivitas Padi Nasional Tahun 1997-2007 Sumber: BPS, 2007 (diolah)

Kemampuan produksi nasional kurang lebih 54,1 juta ton gabah kering giling (GKG) atau setara dengan 30,91 juta ton beras, sementara secara nasional kebutuhan untuk konsumsi dan industri pada tahun 2005 mencapai 54,86 juta ton beras (Departemen Pertanian, 2005). Defisit penyediaan beras nasional seringkali diantisipasi oleh pemerintah dengan melakukan kebijakan impor beras dari negara lain. Gambar 2. menunjukkan perkembangan impor beras nasional tahun 1986-2006.


(28)

Gambar 2. Grafik Perkembangan Jumlah Impor Beras Tahun 1986-2006 Sumber: BPS, 2007 (diolah)2

Pada Gambar 2. di atas terlihat bahwa impor beras tertinggi terjadi pada periode tahun 1995-2000, bahkan pada tahun 1999, impor beras nasional mencapai angka 4,8 juta ton (BPS, 2007). Krisis ekonomi yang menimpa Indonesia pada tahun 1997 menyebabkan produksi padi nasional menurun secara signifikan karena kondisi ekonomi, politik, dan keamanan pada saat itu yang tidak kondusif ditambah adanya bencana El-Nino pada tahun 1998 yang merusak sebagian areal pertanian produktif di wilayah sentra beras. Hal tersebut mendorong terjadinya kekhawatiran akan kurangnya stok pangan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Produksi padi turun sampai dengan dua juta ton. Pemerintah juga melakukan liberalisasi perdagangan dengan membebaskan tarif impor hingga nol persen akibat tekanan IMF dan WTO sehingga pada periode tersebut angka impor beras melonjak tinggi.

Badan Urusan Logistik (Bulog) yang ditugaskan oleh pemerintah untuk menjaga penyediaan beras, memiliki kapasitas gudang (divre dan subdivre)

2

Disampaikan oleh INDEF pada Seminar Pertanian Nasional tanggal 2 Desember 2007 di Kampus IPB Darmaga.


(29)

sebesar 3,9 juta ton di berbagai tempat yang tersebar di 1.500 lokasi. Kemampuan Bulog sangat dibutuhkan dalam upaya mengelola kondisi permintaan masyarakat terhadap beras dan suplai gabah dari petani guna memenuhi permintaan konsumsi beras nasional. Bulog menguasai dua sampai tiga juta ton beras setiap tahunnya (Saifullah, 2001).

Bulog bertanggungjawab terhadap mekanisme distribusi beras dan impor beras dalam rangka menjamin ketahanan pangan rakyat dan keamanan stok pangan nasional. Bulog melalui berbagai peraturan pemerintah juga bertugas untuk menjaga stabilitas harga beras dalam negeri melalui penerapan harga HPP dan ceiling price. Abu Bakar (2007) menyatakan Bulog yang berbentuk sebagai perusahaan umum memiliki setidaknya empat tugas publik yang terkait beras, yaitu (1) jaminan harga pembelian pemerintah untuk gabah dan beras, (2) stabilitas harga, (3) pengelolaan beras miskin (raskin), dan (4) cadangan atau stok pangan nasional3.

Upaya penyediaan beras untuk memenuhi kebutuhan konsumsi beras nasional bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah semata, namun dapat juga dilakukan oleh swasta-swasta atau individu-individu yang memiliki orientasi bisnis seperti pengusahaan penggilingan padi. Balitbang Departemen Pertanian (2005) menyatakan bahwa jumlah penggilingan di Indonesia pada tahun 2004 berjumlah 110.611 unit. Dari jumlah tersebut 70 persen diantaranya adalah penggilingan berskala kecil (rice milling unit), sisanya adalah penggilingan berskala sedang dan besar.

3

Abu Bakar, Mustofa. 2007. Orasi Ilmiah Direktur Bulog di Kampus IPB. http://www.ipb.ac.id/


(30)

Berbagai penggilingan padi yang tersebar di Indonesia memiliki peranan penting dalam hal penyediaan kebutuhan pangan masarakat Indonesia akan beras. Penggilingan beras juga menjadi titik sentral dari suatu kawasan industri produksi padi, karena mampu berfungsi sebagai titik pertemuan antara perubahan bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras.

Peranan lainnya yang dimiliki oleh pengusahaan penggilingan padi adalah kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas beras yang dikonsumsi masyarakat. Selain itu, tingkat harga dan pendapatan yang diperoleh petani serta tingkat harga yang harus dibayar oleh konsumen turut ditentukan oleh keberadaan penggilingan padi ini. Seperti kegiatan usaha lainnya, pengusahaan penggilingan padi mampu membuka lapangan pekerjaan di daerah perdesaan. Melihat begitu besarnya peranan penggilingan padi dan didukung oleh kondisi luasnya areal persawahan dengan produktivitasnya yang semakin meningkat, maka pengusahaan penggilingan padi masih berpotensi untuk dikembangkan.

Peluang pengembangan mekanisasi pertanian di Indonesia masih terbuka lebar. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa di subsektor tanaman pangan, khususnya padi, dari alur aktivitas kegiatan usaha tani padi mulai dari pengolahan lahan hingga penggilingan, hanya ada dua kegiatan yang penerapan mekanisasinya sudah mencapai 100 persen, yaitu pengendalian hama penyakit dan penggilingan padi. Usaha penggilingan padi yang terkait langsung dalam mendukung pengembangan beras, juga memberikan keuntungan yang cukup menarik bagi para pelakunya. Usaha penggilingan padi memiliki rasio keuntungan


(31)

dan biaya (R/C) sebesar 1,29 dengan payback period 2,65 tahun (Balitbang Deptan, 2005).

Perkembangan jasa penggilingan padi makin meluas, industri mesin penggilingan padi makin maju, namun demikian kualitas beras yang dihasilkan tidak seiring dengan kemajuan teknologi. Dari hasil studi diketahui bahwa kondisi yang mengkhawatirkan adalah tingkat rendemen beras4 yang semakin menurun dari tahun ke tahun. Dari 70 persen pada tahun 1970-an menjadi hanya 65 persen pada tahun 1985, kemudian 63,2 persen pada tahun 1999, dan pada tahun 2000 paling tinggi hanya 62 persen. Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian pada studi penggilingan padi tahun 2004 bahkan memperkirakan rendemen beras hanya 60 persen5 saja (Balitbang Deptan, 2005). Malian (2004) mencatat bahwa dalam kurun waktu 50 tahun telah terjadi penurunan redemen beras sebesar 7,5 persen karena pada tahun 1950-an tingkat rendemen mencapai 70 persen.

Usaha penggilingan padi dapat dikatakan unik, karena selain terdapat masalah penurunan rendemen dan penggunaan alat dan mesin yang relatif berumur tua, penggilingan padi juga tidak terlepas dari hubungannya dengan petani. Banyak penggilingan terutama penggilingan padi kecil yang berproduksi ketika panen, namun berhenti saat masa paceklik. Keterbatasan modal untuk membeli gabah dan kondisi alam juga turut menjadi kendala pengusahaan penggilingan padi.

4

Rendemen beras adalah faktor konversi padi ke beras akibat proses pengolahan (Rosmawanty, 2007).

5

Angka 60 persen menunjukkan konversi dari padi ke beras, artinya terdapat 40 persen hasil konversi yang hilang dalam proses tersebut.


(32)

1.2 Perumusan Masalah

Kabupaten Karawang adalah salah satu sentra produksi beras yang berada di Propinsi Jawa Barat. Kabupaten Karawang memiliki luas wilayah mencapai 175.327 hektar dengan luas areal persawahan sekitar 93.494 hektar dan terbagi atas 30 kecamatan6. Pada tahun 2002-2005, luas areal panen dan produksi padi mengalami laju pertumbuhan masing-masing sebesar 0,09 persen dan 2,32 persen, sementara laju pertumbuhan produktivitas padi (kuintal per hektar) di Karawang adalah sebesar 2,27 persen. Jika dilihat per tahun, luas areal panen cenderung menurun dari tahun ke tahun, bahkan pada tahun 2003 luasan panen berkurang menjadi 166.773 hektar. Hal tersebut salah satunya dipengaruhi oleh faktor konversi lahan pertanian ke industri, akibatnya pada tahun tersebut produktivitas dan produksi padi menurun. Tabel 2. menunjukkan gambaran luas panen, produksi, dan produktivitas padi di Kabupaten Karawang tahun 2002-2005. Tabel 2. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Padi di Kabupaten

Karawang Tahun 2002-2005

Tahun Luas Panen (ha) Produksi (ton) Produktivitas (Kuintal/Ha)

2002 183.985 1.098.714 59,72

2003 166.773 1.035.330 62,08

2004 187.685 1.184.411 63,11

2005 182.319 1.164.478 63,87

Laju Pertumbuhan

(%/thn) 0,09 2,32 2,27

Sumber: Distan Hutbun Kabupaten Karawang, 2006

Sebagai salah satu daerah sentra padi terbesar di Indonesia, pembangunan pertanian di Kabupaten Karawang tidak terlepas dari peran industri penggilingan padi. Banyak penggilingan padi yang berkembang dan tersebar di setiap kecamatan. Data Distan Hutbun Kabupaten Karawang (2006) menyebutkan

6


(33)

bahwa terdapat penggilingan di seluruh kecamatan di Kabupaten Karawang. Penggilingan kecil dapat ditemukan di tiap kecamatan, dengan jumlah total penggilingan kecil sebesar 1.120, sedangkan jumlah penggilingan padi besar di Kabupaten Karawang adalah 66 penggilingan yang tersebar hanya di 12 kecamatan.

Usaha penggilingan padi erat kaitannya dengan petani. Penggilingan padi tidak mampu bertahan tanpa adanya petani. Sebaliknya, petani juga sangat membutuhkan adanya penggilingan padi untuk memproses hasil panen menjadi beras7. Kegiatan usaha penggilingan padi bergantung ada atau tidaknya panen. Hal tersebut juga terjadi pada penggilingan padi di Kabupaten Karawang.

Bagi penggilingan kecil hal tersebut dapat menjadi kendala besar, karena tidak memiliki cukup modal untuk membeli gabah di daerah lain yang mengalami panen. Bagi penggilingan besar, ketiadaan panen di suatu daerah dapat diatasi dengan membeli gabah di daerah lain karena modal yang mencukupi, ditambah kemampuan penggilingan besar untuk melakukan stok gabah di gudang-gudang penyimpanannya. Penggilingan besar dapat tetap beroperasi di saat penggilingan kecil kesulitan mencari gabah, bahkan seringkali penggilingan kecil membeli gabah dari penggilingan besar, walaupun dengan harga yang relatif lebih tinggi. Kondisi alam memang menjadi kendala bagi penggilingan kecil yang tidak memiliki modal yang cukup.

Keberhasilan pengusahaan penggilingan padi di Kabupaten Karawang salah satunya ditentukan oleh tingkat pendapatan yang diterima pengusaha melalui aktivitas penggilingan padi. Tingkat pendapatan yang tinggi akan mampu

7


(34)

memberikan insentif bagi pengusaha untuk memproduksi beras dengan volume dan kualitas yang lebih baik. Dalam prakteknya, tingkat pendapatan pengusaha penggilingan padi bergantung pada kualitas gabah yang dipanen oleh petani dan mesin yang memiliki teknologi yang baik.

Kualitas gabah kering panen dari petani dapat dilihat dari kadar air gabah. Distan Hutbun Kabupaten Karawang (2006) menyatakan nilai gabah jatuh apabila kandungan kadar air tinggi (lebih dari 26 persen), karena berat gabah akan meningkat namun tidak memberikan keuntungan karena produksi beras akan turun ditambah biaya pengeringan yang lebih tinggi. Sebaliknya, gabah dengan kadar air baik (kurang dari 26 persen) memiliki nilai tinggi, karena penggilingan akan menghasilkan mutu beras dengan kuantitas yang baik.

Teknologi mesin yang digunakan penggilingan ikut menentukan pendapatan penggilingan. Mesin berteknologi baik mampu menghasilkan beras dengan mutu baik dan memiliki nilai jual yang tinggi. Tidak banyak penggilingan di Kabupaten Karawang yang memiliki mesin dengan teknologi baik. Sebagian besar penggilingan padi menggunakan mesin yang sudah berumur tua, bahkan beberapa menggunakan mesin yang sudah habis umur ekonomisnya. Hal itu terjadi karena penggilingan tidak memiliki banyak modal untuk berinvestasi pada mesin berteknologi (Rosmawanty, 2007).

Kualitas gabah yang baik dan mesin yang memiliki teknologi tinggi menjadi faktor dominan dalam menghasilkan beras dengan tingkat rendemen yang baik. Tingkat rendemen yang tinggi menyebabkan peningkatan hasil produksi sehingga akan menguntungkan penggilingan. Sebaliknya, penurunan penghasilan penggilingan akan terjadi apabila tingkat rendemen menurun. Tingkat rendemen


(35)

beras bahkan menjadi perhatian pemerintah, karena berdampak secara agregat terhadap produksi beras nasional. Menurut Amang dan Sawit (2001), setiap penurunan rendemen beras sebesar satu persen, beras yang “hilang” mencapai 0,5 juta ton. Berdasarkan penelitian di Pantura Jawa Barat, diperkirakan rendemen pada tahun 1998 hanya 62 persen.

Masalah kualitas gabah yang erat kaitannya dengan faktor alam dan teknologi mesin yang terkait dengan modal yang dimiliki merupakan masalah yang dihadapi industri penggilingan termasuk di Kabupaten Karawang. Masalah lainnya adalah harga gabah dan beras yang sangat fluktuatif sehingga banyak penggilingan yang tidak mau mengambil resiko untuk memutuskan berproduksi. Banyak ditemukan penggilingan yang beroperasi sesekali sementara menunggu harga gabah dan beras yang menguntungkan, namun banyak pula yang masih bertahan terutama penggilingan besar dengan modal yang besar8.

Berdasarkan uraian di atas, masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah karakteristik pengusahaan penggilingan padi besar dan kecil di Kabupaten Karawang?

2. Apakah pengusahaan penggilingan padi di Kabupaten Karawang sudah menguntungkan?

3. Faktor apa sajakah yang mampu mempengaruhi perbedaan pendapatan antara penggilingan padi yang berpendapatan tinggi dan rendah?

4. Apakah penggilingan padi di Kabupaten Karawang sudah efisien dalam menggunakan faktor-faktor produksinya?

8

Usaha Pengilingan Padi Terseok. Harian Pikiran Rakyat Edisi 25 Mei 2008. http://www.pikiran-rakyat.com/index.php?mib=beritadetail&id=16196/ [diakses tanggal 1 Juni 2008]


(36)

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Membandingkan karakteristik pengusahaan penggilingan padi besar dan kecil di Kabupaten Karawang.

2. Menghitung tingkat pendapatan pengusahaan penggilingan padi di Kabupaten Karawang.

3. Menguji faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan pendapatan antara penggilingan padi berpendapatan tinggi dan rendah.

4. Menganalisis tingkat efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi dalam pengusahaan penggilingan padi di Kabupaten Karawang.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pembuat kebijakan dalam bidang pertanian, peneliti, dan pembaca. Bagi pengambil kebijakan baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, hasil penelitian ini dapat menjadi informasi tambahan dalam merumuskan dan menentukan kebijakan yang berhubungan dengan bidang pertanian, terutama yang diarahkan pada pemecahan masalah perberasan baik di tingkat lokal maupun nasional. Bagi penulis sendiri diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai aplikasi dari ilmu yang didapat selama menuntut ilmu di IPB dan menambah pengalaman. Bagi pembaca, penulis berharap tulisan ini dapat bermanfaat sebagai tambahan informasi, literatur dan bahan penelitian selanjutnya.


(37)

1.5 Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mencoba mengetahui keragaman pengusahaan penggilingan padi di Kabupaten Karawang dari segi pendapatan dan produksi. Pengambilan data dilakukan di tiga kecamatan yaitu Kecamatan Rengasdengklok, Telagasari, dan Tirtajaya. Data yang dikumpulkan dari pengusahaan penggilingan padi adalah data yang mendukung terhadap analisis pendapatan, faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan pengusahaan penggilingan padi, dan faktor-faktor produksi yang digunakan. Penggilingan yang menjadi responden meliputi penggilingan padi yang baru berdiri ataupun yang telah lama berdiri dan berada di Kabupaten Karawang. Jenis penggilingan padi yang diteliti adalah penggilingan padi besar dan kecil. Dalam penelitian ini, penggilingan padi terpadu dikelompokkan ke dalam penggilingan padi skala besar, sedangkan penggilingan padi sederhana dikelompokkan ke dalam penggilingan padi kecil.


(38)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gambaran Umum Padi

Padi termasuk family Graminae, subfamily Oryzidae, dan genus Oryzae. Dari 20 spesies anggota genus oryzae yang sering dibudidayakan adalah Oryzae sativa L. dan O.glabarima steund. Pada dasarnya tanaman padi terdiri dari dua bagian utama, yaitu bagian vegetatif (akar, batang, daun) dan bagian generatif berupa malai dan bunga.

1. Bagian vegetatif tanaman padi

Organ-organ tanaman yang berfungsi mendukung proses pertumbuhan adalah bagian vegetatif. Termasuk dalam bagian ini adalah akar, batang, dan daun.

a. Akar

Akar padi tergolong akar serabut. Akar yang tumbuh dari kecambah biji disebut akar utama (primer, radikula). Akar lain yang tumbuh di dekat buku adalah akar seminal. Akar tanaman padi berfungsi untuk menopang batang, menyerap nutrisi dan air, serta untuk pernapasan.

b. Batang

Secara fisik batang padi berguna untuk menopang tanaman secara keseluruhan yang diperkuat oleh pelepah daun. Secara fungsional, batang berfungsi untuk mengalirkan nutrisi dan air ke seluruh bagian tanaman. Batang padi bentuknya bulat, berongga, dan beruas-ruas, antara ruas dipisahkan oleh buku.


(39)

c. Daun

Daun padi umbuh pada buku-buku dengan susunan berseling. Jumlah daun per tanaman tergantung varietas. Varietas unggul umumnya memiliki 14-18 daun.

2. Bagian generatif tanaman padi

Organ generatif padi terdiri dari malai, bunga, dan buah padi (gabah). Awal fase generatif diawali dengan fase primordial bunga yang tidak sama untuk setiap varietas.

a. Malai

Malai terdiri dari 8-10 buku yang menghasilkan cabang-cabang primer. Dari buku pangkal malai umumnya hanya muncul satu cabang primer, dan dari cabang primer itu akan muncul lagi cabang-cabang sekunder. Panjang malai diukur dari buku terakhir sampai butir gabah paling ujung.

b. Bunga

Bunga padi berkelamin dua dan memiliki enam buah benang sari dengan tangkai sari pendek dua kandung serbuk di kepala sari. Bunga padi juga memiliki dua tangkai putik dengan dua buah kepala putik yang berwarna putih atau ungu.

c. Buah padi

Buah padi (gabah) terdiri dari bagian luar yang disebut sekam dan bagian dalam yang disebut karyopsis. Sekam terdiri dari lemma dan palea. Biji yang sering disebut beras pecah kulit adalah karyopsis yang terdiri dari lembaga (embrio) dan endosperm. Endosperm diseliputi oleh lapisan aleuron, tegmen, dan perikarp (Suparyono dan Setyono, 1993).


(40)

2.2 Gambaran Umum Gabah dan Beras

Gabah adalah biji tanaman padi yang telah dilepas dari tangkainya dengan cara dirontokkan tetapi belum sampai pada proses penggilingan. Struktur gabah secara lengkap terdiri dari 1) sekam, yang disusun oleh palea dan lemma, baik dengan bulu maupun tanpa buli, 2) kulit dalam yang terdiri dari lima lapisan mikroskopis, 3) endosperm, dan 4) lembaga. Butiran gabah sendiri disusun oleh sekam, periokarp, lapisan aleuron, lembaga, dan endosperm.

Pengertian klasifikasi gabah menjadi tiga, yaitu gabah yang baru dipanen di sawah disebut gabah kering panen (GKP), sedangkan gabah yang sudah melalui proses pengeringan disebut gabah kering sawah (GKS). Apabila GKS melalui proses pembersihan dan pengeringan lanjutan maka disebut dengan gabah kering giling (GKG). Pemerintah melalui Bulog (2007) telah menetapkan standar ukuran kuantitatif untuk jenis gabah-gabah tersebut yang ditunjukkan pada Tabel 3. di bawah ini.

Tabel 3. Standardisasi Kualitas Gabah oleh Bulog di Indonesia Tahun 2007

Persyaratan Grade Kualitas (%)

GKG GKS GKP

Kadar Air 14 18 25

Hampa Kotoran 3 6 10

Butir Hujau/Mengapur 5 7 10

Butir Kuning Rusak 3 3 3

Butir Merah 3 3 3

Sumber: Bulog, 2007 Keterangan:

GKG : Gabah Kering Giling GKS : Gabah Kering Sawah GKP : Gabah Kering Panen

Beras memiliki banyak karakteristik yang unik, tidak saja bagi bangsa Indonesia, tetapi juga sebagian bangsa-bangsa Asia (Amang dan Sawit, 2001). Selain merupakan komoditi yang hampir 90 persen produksi dan konsumsinya


(41)

dilakukan di Asia, beras juga merupakan komoditi yang pasarnya sangat tipis di dunia, yaitu hanya sekitar empat sampai lima persen dari total produksi. Hal ini berbeda dengan tanaman pangan lainnya seperti gandum, jagung, dan kedelai yang masing-masing mencapai 20 persen, 15 persen, dan 30 persen dari total produksi (Surono, 2001).

Beras merupakan bahan makanan pokok masyarakat Indonesia. Rachmawati (2003) mengemukakan bahwa konsumsi beras per kapita per hari masyarakat Indonesia mencapai 285 gram. Oleh karena itu, beras termasuk komoditas strategis karena ketahanan pangan Indonesia bertumpu pada produksi beras dengan jumlah yang aman, harga terjangkau, dan bergizi. Untuk itu, pemenuhan kebutuhan pokok ini bergantung pada produksi beras dalam negeri namun bila kekurangan produksi maka pemerintah akan melakukan impor agar kebutuhan beras dalam negeri tetap terpenuhi.

Beras sebagai bahan pangan pokok merupakan komoditas yang inelastis terhadap perubahan harga9. Naik atau turunnya harga beras akan berpengaruh relatif sangat kecil terhadap perubahan permintaan beras. Hal ini disebabkan orang tidak akan secara signifikan menambah atau mengurangi konsumsi beras walau harga berfluktuasi. Konsumsi beras juga relatif tidak sensitif terhadap perubahan pendapatan10. Peningkatan pendapatan seseorang tidak akan meningkatkan kuantitas beras tetapi lebih pada meningkatkan kualitas beras yang dikonsumsi. Dengan demikian porsi pengeluaran untuk beras cenderung

9

Manurung, Martin. Mengupas Tuntas Masalah Beras. Artikel 21 Februari 2007. http://www. indoprogress.co.id/ [diakses tanggal 1 Mei 2008]

10

Prawira, Daniel. Konsumsi Beras sebagai Ukuran Sederhana Kesejahteraan Masyarakat. Mei 2003. http://www.smeru.co.id/ [diakses tanggal 1 Mei 2008]


(42)

berbanding terbalik dengan tingkat kesejahteraan seseorang, proporsi pengeluaran untuk beras cenderung semakin kecil dan sebaliknya.

Beras dikenal memiliki rasa yang enak, sesuai dengan selera dan lidah masyarakat Indonesia serta memiliki kandungan gizi (kalori dan protein) yang cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat. Beras yang dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai jenis dan kualitas tertentu. Tabel 4. menunjukkan persyaratan kualitas beras yang baik dengan standar tertentu. Kualitas beras diantaranya dapat dilihat dari derajat sosoh, kadar air, beras kepala, bulir utuh, butir putih, butir menir, butir kuning/rusak,butir mengapur, benda asing, butir gabah, dan campuran lainnya.

Tabel 4. Persyaratan Kualitas Beras Tahun 2007

Komponen Kualitas Kualitas Beras (%)

Derajat sosoh (min) 95

Kadar air (max) 14

Beas Kepala 78

Butir Utuh (min) 35

Butir Putih (max) 20

Butir Menir (max) 2

Butir Merah (max) 2

Butir Kuning/Rusak (max) 2

Butir Mengapur (max) 3

Benda Asing (max) 0,02

Butir Gabah (max) 1

Campuran Lain (max) 5

Sumber: Bulog, 2007

2.3 Alat Pengolahan Padi

Tata cara pengolahan beras sebenarnya telah diketahui oleh masyarakat petani Indonesia sejak dahulu. Seiring dengan semakin pesatnya kemampuan teknologi yang mampu diadaptasi bangsa Indonesia, pengolahan beras saat ini


(43)

semakin modern. Bantacut (2005)11 mengatakan pada dasarnya ada dua cara pengolahan untuk merubah gabah menjadi beras, yaitu:

1. Secara tradisional atau kovensional dengan cara ditumbuk. Gabah yang akan dijadikan beras ditumbuk dengan sebuah alat tumbuk tertentu. Pengolahan dengan cara seperti ini sudah sangat jarang ditemukan kecuali di daerah-daerah yang terpencil.

2. Secara modern dengan menggunakan alat-alat atau mesin-mesin. Alat atau mesin tersebut merupakan adaptasi dari teknologi modern. Alat pengolahan modern yang biasa dikenal dengan huller atau engelberg.

Alat pengolah padi terdiri dari berbagai macam mesin, yaitu mesin perontok padi, mesin penggiling padi, mesin pembersih gabah, mesin penyosoh beras, dan mesin pencacah kulit gabah (BPS, 2002).

Berbagai macam alat pengolah padi tersebut dijelaskan sebagai berikut: 1. Perontok Padi (Thresher)

adalah alat yang digunakan untuk merontokkan butiran padi dari tangkainya. Berdasakan penggeraknya dibedakan menjadi pedal thresher dan power thresher

2. Pengering Padi (Dryer)

adalah alat untuk menurunkan kadar air padi atau gabah dengan hembusan udara luar atau udara yang dipanaskan.

11

Bantacut, Tajuddin. Teknologi Pengolahan Padi Terintegrasi Berwawasan Lingkungan. Makalah. Disampaikan pada Lokakarya Nasional ”Peningkatan Dayasaing Beras Melalui Perbaikan Kualitas” Gedung Pertemuan Oryza Bulog, Jakarta, 13 September 2006.


(44)

3. Pembersih Gabah (Cleaner)

adalah alat untuk memisahkan gabah dari kotoran-kotoran yang tidak diinginkan seperti potongan jerami, kerikil dan benda-benda asing.

4. Penyosoh Beras (Polisher)

adalah suatu jenis alat yang berfungsi untuk menyosoh beras pecah kulit menjadi beras putih.

5. Pemecah Kulit Gabah (Husker)

adalah alat pengolah padi yang digunakan untuk mengupas kulit luar (sekam) gabah menjadi beras pecah kulit.

2.4 Penggilingan Padi

Proses pengolahan padi di penggilingan padi, terdapat dua fase pengolahan sehingga gabah menjadi beras. Fase pertama adalah melepaskan kulit atau sekam dari caryopsis-nya yang menghasilkan beras pecah kulit. Beras pecah kulit ini sebenatrnya memiliki kandungan vitamin B yang sangat tinggi, tepatnya pada bagian periocarp, namun berasnya kurang enak dimakan dan tidak dapat disimpan lama karena mudah bau apek. Fase kedua adalah lapisan periocarp pada caryopsis dikikis dengan jalan menyosohnya. Derajat kejernihan dari beras yang keluar dari mesin penyosoh itu tergantung pada setelan mesin penyosoh sesuai dengan mutu beras yang diinginkan. Semakin jernih beras, maka semakin banyak bagian-bagian yang sebenarnya mengandung zat gizi, akan terbuang dan menjadi dedak. Justru penampakkan beras menjadi semakin menarik bila dilihat oleh konsumen.


(45)

Suismono dan Damardjati (2000) menyatakan bahwa pengusahaan penggilingan padi dapat dibedakan berdasarkan teknik penggilingan yang digunakan dalam proses produksi, antara lain:

1. Sistem penggilingan padi diskontinyu adalah sistem penggilingan padi yang menggunakan mesin pemecah kulit dan penyosohan yang manual, yang masih digerakkan oleh tenaga manusia.

2. Sistem penggilingan padi sistem modifikasi kontinyu adalah sistem penggilingan padi dengan proses pemecahan kulit berasnya secara kontinyu, tetapi proses penyosohannya dilakukan secara manual.

3. Sistem penggilingan konitinyu adalah sistem penggilingan padi yang terdiri dari satu unit mesin penggilingan padi yang secara kontinyu (langsung atau ban berjalan) kapasitas 1000 kilogram per jam yang dilengkapi mesin-mesin pembersih gabah, pemecah kulit, pengayak beras pecah kulit, penyosoh beras, dan ayakan beras

Sistem penggilingan kontinyu maupun modifikasi kontinyu dapat meningkatkan efisiensi kerja, kapasitas produksi dan mutu beras (penampakkan beras lebih jernih). Usaha untuk menigkatkan mutu penampakkan beras dapat dilakukan dengan cara pemolesan beras giling. Proses pemolesan adalah proses penyosohan beras disertai pengkabut uap agar penampakkan beras lebih mengkilap. Beras yang diolah sampai pada proses ini disebut beras Kristal (Suismono dan Damardjati, 2000).


(46)

Widowati (2001) membagi pengusahaan penggilingan padi berdasarkan kapasitas mesin yang dimiliki, antara lain:

1. Penggilingan Padi Besar (PPB)

PPB menggunakan tenaga penggerak lebih dari 60 HP (Horse Power) dan kapasitas produksi lebih dari 1.000 kg/jam, baik menggunakan sistem kontinyu maupun diskontinyu. PPB sistem kontinyu terdiri dari satu unit penggiling padi lengkap, semua mesin pecah kulit, ayakan, dan penyosoh berjalan secara kontinyu, dengan kata lain masuk gabah keluar beras giling. PPB diskontinyu minimal terdiri dari empat unit mesin pemecah kulit dan empat unit mesin penyosoh yang dioperasikan tidak sinambung atau masih menggunakan tenaga manusia Penggilingan kapasitas besar biasanya dilengkapi grader sehingga menir langsung dipisahkan dari beras kepala. 2. Penggilingan Padi Sedang/Menengah (PPS)

PPS menggunakan tenaga penggerak 40-60 HP, dengan kapasitas produksi 700-1.000 kg/jam. Umumnya PPS terdiri dari dua unit mesin pemecah kulit dan dua unit mesin penyosoh. PPS ini menggunakan sistem semi kontinyu, yaitu mesin pecah kulitnya kontinyu, sedangkan mesin sosohnya masih manual. Proses pemindahan bahan dari satu alat ke alat yang lain ada yang menggunakan elevator dan sebagian besar lainnya menggunkan tenaga manusia.

3. Penggilingan Padi Kecil (PPK)

PPK menggunakan tenaga penggerak 20-40 HP, dengan kapasitas produksi 300-700 kg/jam. Penggilingan padi manual yang terdiri dari dua unit mesin pemecah kulit dan dua unit mesin penyosoh ini sering disebut Rice Milling


(47)

Unit (RMU). Di pedesaan masih terdapat Huller, yaitu penggilingan padi yang menggunakan tenaga penggerak kurang dari 20 HP dan kapasitasnya kurang dari 300 kg/jam. Huller terdiri dari satu unit mesin pemecah kulit dan satu unit penyosoh. Beras yang dihasilkan mutu gilingnya kurang baik, umumnya untuk dikonsumsi sendiri di perdesaan.

Bulog (2007) membagi penggilingan padi atas empat kelompok berdasarkan sarana yang dimiliki dan kemampuan produksi beras, sebagai berikut:

1. Penggilingan Padi Terpadu (PPT)

PPT merupakan gabungan dari beberapa mesin yang menjadi satu kesatuan utuh yang berfungsi sebagai pengolah gabah menjadi beras, dengan kapasitas lebih besar dari PPB serta terintegrasi dengan mesin pengering dan silo penyimpanan oleh elevator dan conveyor.

2. Penggilingan Padi Besar (PPB)

PPB memiliki unit peralatan teknik yang merupakan gabungan dari dari beberapa mesin menjadi satu kesatuan dengan kapasitas antara tiga sampai sepuluh ton GKG per jam atau setara dengan 20 sampai 60 ton beras per hari. Sistem pengolahan PPB minimum harus melalui empat proses utama, yaitu proses pembersihan gabah, proses pecah kulit, proses pemisahan gabah dengan beras pecah kulit, dan proses pemutihan beras pecah kulit secara berulang dua sampai empat kali.

3. Penggilingan Padi Kecil (PPK)

PPK memiliki unit peralatan teknik gabungan dari beberapa mesin menjadi satu kesatuan utuh dengan kapasitas lebih kecil dari satu sampai tiga ton


(48)

GKG per jam atau sekitar lima sampai 20 ton beras per hari. Sistem PPK dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu tipe sederhana dan tipe lengkap. 4. Penggilingan Padi Sederhana (PPS)

PPS merupakan unit peralatan teknik baik merupakan satu unit tersendiri maupun merupakan gabungan dari beberapa mesin, dimana proses satu sama lain dihubungkan dengan tenaga manusia dengan kapasitas 0,5 sampai satu ton GKG per jam atau kurang dari lima ton beras per hari. Penggilingan dikatakan sederhana karena teknologi yang digunakan sudah dikenal sejak mulai menggunakan mesin penggilingan padi sampai saat ini secara turun temurun tanpa perubahan berarti. Beberapa jenis penggilingan sederhana, antara lain mesin tipe engelberg dan kombinasi dari beberapa mesin khususnya husker, separator, dan polisher.

2.5 Tinjauan Penelitian Terdahulu

2.5.1Penelitian Mengenai Produksi Penggilingan Padi

Masroh (2005) dalam penelitiannya mampu menghasilkan kombinasi kuantitas pengadaan dari kelima jenis produk beras dan bekatul pada Unit Penggilingan Padi (UPP) Haurgeulis, Indramayu, Jawa Barat. Kombinasi tersebut antara lain beras super diproduksi sebanyak 22.776,94 kg per bulan, beras kepala sebanyak 144.223,06 kg per bulan, beras medium sebesar 40.063,4 kilogram per bulan, beras medium BJ sebanyak 12.945,88 kg per bulan, dan beras broken sebanyak 26.404,05 kg per bulan. Untuk menghasilkan kombinasi kuantitas pengadaan sama dengan kombinasi kuantitas optimal maka kuantitas pengadaan beras super harus aktual diturunkan sebesar 1,28 persen, beras medium diturunkan


(49)

sebesar 5,27 persen. Penelitian Masroh (2005) dilakukan dengan menggunakan metode linear programming.

Tahun 2005, Purwoko dalam penelitiannya menyatakan bahwa pola data produksi beras kualitas PT Pertani tidak stasioner, memiliki unsur tren dan musiman. Proyeksi produksi beras kualitas sebesar 26.792.589 kg pada tahun 2004. Jika dibandingkan dengan target penjualan (40 ribu ton), maka sebesar 66,98 persen, beras yang akan dijual PT Pertani adalah beras kualitas. Purwoko (2005) mampu meramalkan proyeksi produksi beras kualitas PT Pertani hanya sekitar 0,096 persen dari potensi pasar beras kualitas.

Studi kelayakan usaha terhadap pengusahaan penggilingan padi dilakukan oleh Rosmawanty pada tahun 2007 di Kabupaten Karawang. Dalam penelitiannya, Rosmawanty (2007) menyebutkan bahwa penusahaan penggilingan padi skala besar adalah yang paling menguntungkan dibandingkan penggilingan skala sedang dan skala kecil. Hal tersebut terjadi karena pengusahaan penggilingan padi besar memiliki tingkat rendemen yang tinggi sehingga penerimaan yang diperoleh dari penjualan beras giling lebih besar. Penggilingan padi sedang memiliki tingkat keuntungan yang tidak lebih kecil dari penggilingan padi kecil kerena hasil sampingan berupa dedak atau menir tergabung dan dijual dengan harga yang lebih murah sehingga berpengaruh pada penerimaan pendapatan yang lebih rendah.

Persamaan penelitian ini dengan ketiganya adalah objek yang diteliti sama yaitu penggilingan padi. Sedangkan, perbedaan penelitian ini dengan ketiga penelitian di atas adalah bahwa penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat pendapatan penggilingan padi dan efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi.


(50)

2.5.2Penelitian Mengenai Tingkat Pendapatan dan Efisiensi

Penelitian yang dilakukan oleh Retmawati (2005) menjelaskan mengenai usahatani padi sawah di Kecamatan Mojowongso yang memiliki rasio R/C atas biaya total sebesar 1,55 sedangkan nilai rasio R/C atas biaya total usahatani padi ladang sebesar 1,44. Tahun 2003, Nasution menghitung nilai rasio R/C atas biaya tunai dan biaya total usahatani padi program PTT di Kabupaten Karawang masing-masing sebesar 1,91 dan 1,14. Namun penelitian yang dilakukan Purba (2005) menyatakan bahwa nilai rasio R/C atas biaya total padi ladang di Kabupaten Karawang sebesar 0,76. Penelitian Purba (2005) sama halnya dengan penelitian Brahmana (2005) mengenai usahatani padi lahan kering di Kecamatan Tanggeung dan penelitian Herdiansyah (2003) tentang usahatani padi organik di Kecamatan Bogor Barat, keduanya menghasilkan rasio R/C atas biaya total kurang dari satu, sehingga dapat dikatakan kedua usahatani di daerah tersebut tidak efisien dan tidak menguntungkan petani.

Pada tahun 2007, Astuti meneliti penerapan teknologi system of rice intensification (SRI) di Desa Margahayu Tasikmalaya. Hasil analisis pendapatan usahatani menunjukan bahwa pendapatan bersih usahatani padi SRI sebesar Rp 3.757.200 dengan rasio R/C atas biaya total sebesar 1,43, sehingga dapat disimpulkan bahwa usahatani padi SRI efisien dari sisi pendapatan. Penggunaan faktor produksi lahan, mol pertumbuhan, dan tenaga kerja tanpa panen tidak efisien sehingga perlu dikurangi. Sementara penggunaan faktor produksi benih, pupuk organik padat, mol buah dan pestisida organik belum efisien, sehingga perlu ditambah. Penggunaan faktor produksi yang tepat dalam usahatani padi SRI akan menentukan pendapatan yang akan diperoleh petani SRI.


(51)

Rachmawati (2003) menghitung pendapatan atas biaya tunai yang diperoleh petani pemilik penggarap pada usahatani dan pemasaran beras pandan wangi di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat sebesar Rp 16.139.323 per tahun, sedangkan petani penggarap sebesar Rp 412.394 per tahun. Pendapatan atas biaya total pemilik penggarap Rp 6.795.076 per tahun, sedangkan petani penggarap sebesar Rp 3.279.444 per tahun. Nilai rasio R/C atas biaya tunai pemilik penggarap adalah 3,14, sedangkan rasio R/C penggarap sebesar 1,19 yang menunjukkan bahwa keduanya menguntungkan dan bisa lebih dikembangkan sebagai mata pencaharian. Rasio R/C biaya total nilainya masing-masing petani pemilik sebesar 1,55 dan penggarap 1,18. Dari perhitungan pendapatan dan analisis rasio R/C, tampak bahwa usahatani yang dilakukan oleh kedua jenis strata sama-sama menguntungkan. Perbedaan penelitian ini dengan beberapa penelitian di atas adalah objek penelitian yaitu penggilingan padi, walaupun juga membahas tingkat pendapatan dan efisiensi penggunaan faktor produksi

2.5.3 Penelitian Mengenai Analisis Diskriminan

Fadlillah (2006) menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara konsumen yang sering berkunjung dan jarang berkunjung pada Restoran Sari Idaman. Hal tersebut ditunjukkan melalui analisis diskriminan dengan melihat angka Chi-square sebesar 69,639 dan angka signifikansi 0,0000. Dari 16 atribut restoran yang diteliti, hanya terdapat lima peubah independen paling berpengaruh sebagai pembeda antargrup antara lain atribut rasa, ranggapan terhadap keluhan, desain, keragaman menu, dan harga sebesar 58,37 persen varians dari peubah dependen dapat dijelaskan oleh model yang terbentuk dari


(52)

lima peubah independen tersebut, sedangkan ketepatan prediksi model sebesar 86,9 persen.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian Fadlillah (2006) adalah menggunakan analisis diskriminan. Perbedaannya adalah pada objek penelitian yaitu pengusahaan penggilingan padi dengan terlebih dahulu menganalisis tingkat pendapatan dan efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi. Analisis diskriminan dalam penelitian ini digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan pendapatan pengusahaan penggilingan padi di Kabupaten Karawang antara penggilingan padi berpendapatan tinggi dan berpendapatan rendah.


(1)

7. Bagaimana cara mengukur tingkat rendemen tersebut? Dengan alat atau perasaan (insting)?

8. Rata-rata pembelian gabah dalam sebulan/seminggu terakhir:

Varietas Volume (ton) Harga Beli (Rp/ton) Tempat Beli

9. Bagaimana ketentuan penetapan harga jual beras?

a. Ditentukan penjual c. ditentukan pembeli

b. Tawar-menawar d. lainnya, sebutkan……….

10. Bagaimana cara pembayaran oleh pembeli beras? Tunai/tunda? Jelaskan….. 11. Rata-rata penjualan beras dalam sebulan/seminggu terakhir:

Varietas Volume (ton) Harga Beli (Rp/ton) Tempat Beli

12. Banyak penggilingan padi di kecamatan ini?...unit

13. Bagaimana tingkat persaingan antarpenggilingan di daerah Anda? Sehat/tidak sehat? Ketat/tidak ketat?

14. Apakah terdapat persatuan (paguyuban) penggilingan di wilayah Anda? 15. Asal sumber modal: Sendiri/pinjaman?

16. Bagaimana saluran pemasaran gabah dan beras yang Bapak alami: 17. Berapa bulan dalam satu tahun penggilingan beroperasi?

18. Berapa hari dalam sebulan penggilingan beroperasi? 19. Berapa jam dalam satu hari penggilingan beroperasi? 20. Kapasitas total produksi beras di penggilingan per hari? 21. Jumlah stok yang tersedia per bulan/musim tanam/tahun? 22. Penyusutan stok gabah per bulan/musim tanam/tahun?


(2)

III. Penerimaan dan Biaya

1. Penerimaan total penggilingan padi: Produksi Penggilingan Padi

Produk Produksi Total (Kg) Dikonsumsi Sendiri (Kg) Jumlah Dijual (Kg) Harga Jual (Rp/Kg) Beras Dedak Sekam Bekatul Lainnya: 1……… 2………

2. Biaya-biaya yang dikeluarkan dalam aktivitas penggilingan padi: a) Pembelian GKP

1.1 Harga GKP Rp

1.2 Karung Rp

1.3 Kemas, timbang, muat, bongkar Rp

1.4 Ongkos angkut Rp

1.5 Komisi/calo Rp

b)Biaya Pengeringan

2.1 Upah Pengeringan Rp

2.2 Solar Rp

2.3 Minyak tanah Rp

2.4 Biaya lainnya Rp

c) Biaya Pengolahan (penggilingan)

3.1 Upah giling (upah tenaga kerja) Rp

3.2 Solar Rp

3.3 Biaya pemakaian alat Rp

3.4 Biaya lainnya Rp

d)Biaya pasca pengolahan (penjualan)

4.1 Kemasan Rp

4.2 Upah muat/bongkar Rp

4.3 Komisi/calo Rp

4.4 Transportasi Rp

4.5 Biaya lainnya Rp

3. Biaya investasi

Jenis Jumlah/

Luas (m2)

Nilai (Rp) Umur

(tahun) Penyusutan/ tahun Penggunaan (Jam/hari) Mesin-Mesin

1. Pengering padi (Dryer) 2. Pembersih gabah (Cleaner) 3. Penyosoh beras (Polisher) 4. Pemecah kulit gabah (Husker) 5. Pencahaya beras (Shining) 6. Cera Tester


(3)

Pajak (PBB) Rp B. perawatan mesin Rp

Iuran Desa Rp

IV. Satu Siklus Produksi

1. Berapa kapasitas produksi 1 unit mesin giling (gabah optimum yang digunakan untuk sekali giling)?

2. Waktu, Tenaga kerja, bahan bakar, dan biaya a. Aktivitas angkut, bongkar, muat

Berapa jam = Biaya =

Jumlah tenaga kerja =

b. Aktivitas pengeringan lantai jemur

Berapa jam = Biaya =

Jumlah tenaga kerja =

c. Aktivitas pengeringan dalam dryer

Berapa jam = Biaya =

Jumlah tenaga kerja = Jmlh liter solar= d. Aktivitas penggilingan

Berapa jam = Biaya =

Jumlah tenaga kerja = jmlh liter solar= e. Aktivitsd kemas dan angkut

Berapa jam = Biaya =

Jumlah tenaga kerja = 7. Mesin Jahit

8. Mesin Press 10. Diesel 11. Ayakan 11. Timbangan 12. Peralatan lain:

- ……

- ……

Bangunan

Gudang Penyimpanan Lap Pengeringan Kendaraan 1. Motor 2. Mobil Lainnya: 1…………. 2………….


(4)

V. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perbedaan Pendapatan 1. Berapa banyak jenis mesin yang dimiliki oleh penggilingan Anda?

a. Kurang dari 4 (empat) buah c. 6 (enam) buah b. 5 (lima) buah) d. 7 (tujuh) buah

2. Jumlah tenaga kerja (luar dan dalam keluarga) yang terlibat dalam kegiatan penggilingan?

a. 5 (lima) orang c. 11 – 15 orang b. 6 – 10 orang d. lebih dari 16 orang

3. Jumlah gabah yang diproduksi menjadi beras dalam satu musim tanam? a. Kurang dari 40 ton c. 81 – 120 ton

b. 41 – 80 ton d. lebih dari 120 ton

4. Bagaimana dengan rata-rata kualitas kadar air gabah yang dijual petani/perantara dalam satu musim terakhir?

a. Gabah basah c. Gabah kering sawah (GKS) b. Gabah kering panen (GKP) d. Gabah kering giling (GKG) 5. Berapa luas gudang penyimpanan beras/gabah yang dimiliki?

a. Kurang dari 10 m2 c. 21 – 30 m2

b. 11 – 20 m2 d. lebih dari 30 m2

6. Berapa jumlah pemasok/petani/perantara yang menjual gabahnya ke penggilingan Anda?

a. Kurang dari 5 (lima) orang c. 11 – 15 orang b. 6 – 10 orang d. lebih dari 15 orang

7. Bagaimana dengan rata-rata kualitas beras yang dihasilkan dalam satu musim terakhir?

a. Kualitas rendah (broken) c. Kualitas beras kepala b. Kualitas sedang (medium) d. Kualitas beras super 8. Produk sampingan yang dihasilkan dari proses penggilingan?

a. Tidak ada c. cukup

b. Ada, namun sedikit sekali d. banyak 9. Jumlah pembeli beras setia (loyal)?

a. Kurang dari 5 (lima) orang c. 11 – 15 orang b. 6 – 10 orang d. lebih dari 16 orang 10. Bagaimana dengan aktivitas pengemasan beras?

a. Tidak dikemas c. kemasan dengan merek lain b. Kemasan kecil tanpa merek d. kemasan merek sendiri 11. Apakah Anada melakukan grading beras?

a. Tidak di-grading c. grading dan mencampur


(5)

12. Rata-rata besarnya tingkat rendemen beras dalam musim tanam terakhir? a. Kurang dari 55 persen c. 61 – 65 persen

b. 56 – 60 persen d. 66 – 70 persen

13. Berapa besar kapasitas produksi yang dimiliki oleh penggilingan Anda? a. Kurang dari 40 ton c. 81 – 120 ton

b. 41 – 80 ton d. lebih dari 121 ton

14. Berapa jenis varietas padi yang digiling?

a. 1 (satu) jenis saja c. 3 (tiga) jenis b. 2 (dua) jenis d. lebih dari 4 jenis Sebutkan…..

15. Jumlah penggilingan pesaing dalam satu kecamatan Anda? a. Kurang dari 5 (lima) penggilingan c. 11 – 15 penggilingan b. 6 – 10 penggilingan d. lebih dari 16 penggilingan 16. Jumlah pembeli beras secara umum (yang sering ataupun yang jarang)?

a. Kurang dari 15 orang c. 31 – 45 orang b. 16 – 30 orang d. lebih dari 46 orang 17. Pengalaman usaha di penggilingan?

a. Kurang dari 5 (lima) tahun c. 16 – 30 tahun b. 6 – 15 tahun d. lebih dari 31 tahun 18. Pendidikan terakhir pengusaha penggilingan?

a. Tidak lulus SD c. lulus SMP


(6)

Tjakrawiralaksana, A. 1983. Usahatani dan Undang-Undang Pokok Agraria. Departemen Imu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Widowati, S. 2001. Pemanfaatan Hasil Samping Penggilingan Padi dalam Menunjang SIstem Agroindustri di Pedesaan. Buletin AgroBio 4 (1): 33-38. Balai Penelitian Bioteknologi Tanaman Pangan. Bogor.