mencangkul tanah yang sebelumnya telah diremukkan dan diratakan pada pengolahan pertama dan kedua.
Pengolahan ketiga ini dilakukan sedemikian rupa sehingga arah dari pembajakan tanah pertama membentuk siku dengan arah dari pembajakan tanah
kedua. Kemudian pada tahap pengolahan ini juga diusahakan sedemikian rupa sehingga bagian tengah dari lahan yang diolah sedikit lebih tinggi daripada bagian
pinggir lahan dengan maksud agar bagian tengah lahan tidak tergenang air jika hujan turun secara berlebihan tetapi akan mengalir ke bagian pinggir lahan, sebab
walaupun padi ladang sangat tergantung pada air hujan dalam pertumbuhannya namun air yang berlebihan juga akan menyebabkan kerusakan pada padi ladang.
Untuk lahan yang permukaannya miring, terutama pada daerah berbukit, lahan dibuat berbentuk terasering untuk mencegah pengendapan air dan membentuk
parit-parit untuk mencegah erosi agar kesuburan tanah tetap terjaga. Biaya upah yang berlaku secara umum bagi para buruh tani untuk proses pengolahan tanah
adalah Rp. 20 ribu per hari dengan jam kerja selama 6 jam.
6.1.2. Penanaman
Penanaman dilakukan dengan menggunakan alat tugal yang terbuat dari kayu untuk membuat lubang- lubang tanam pada kedalaman sekitar 2 hingga 5 cm
pada lahan yang sebelumnya sudah diolah terlebih dahulu, kemudian ke dalam lubang dimasukkan sekitar 5 sampai 7 bulir padi jenis Ciherang dengan jarak
tanam pada umumnya kira-kira 20 X 20 sentimeter hingga 30 X 30 sentimeter. Setelah bulir ditugalkan ke dalam tiap-tiap lubang tanam kemudian ditutup
kembali dengan maksud agar bulir yang ditugalkan tidak diganggu oleh burung atau binatang-binatang perusak atau pemakan bulir lainnya.
Pola tanam yang umumnya digunakan petani responden adalah dengan sistem tanam gilir dan monokultur dengan menanam padi ladang kemudian
menanam pisang di sekeliling lahan sebagai tanaman pencegah erosi. Penanaman padi ladang pada umumnya dilakukan dengan sistem padi-palawija atau padi-bera.
Pola tanam padi-bera yang dilakukan sebagian petani responden disebabkan modal awal untuk penanaman palawija setelah panen padi yang tidak mencukupi
sehingga setelah masa panen padi ladang para petani lebih banyak yang memberakan lahannya untuk kemudian ditanami padi lagi pada musim hujan
berikutnya.
6.1.3. Pemupukan
Pemupukan sangat perlu dilakukan untuk memperoleh hasil gabah yang maksimal terutama di lahan kering yang memiliki karakteristik marjinal.
Pertanaman padi ladang yang ideal yaitu yang mampu menghasilkan padi dalam bentuk gabah kering sebanyak 5 ton per hektar menyerap unsur hara dari dalam
tanah antara lain sebanyak 40 kilogram N yang setara dengan 90 kilogram pupuk Urea, 10 kilogram P yang setara dengan 50 kilogram pupuk TSP, dan 75 kilogram
K yang setara dengan 180 kilogram pupuk KCl per hektar per musim tanam, dan agar laha n tetap subur dan hasil gabah tetap tinggi maka jerami juga harus
dikembalikan ke lahan dan tanaman harus dipupuk Hermawan, 2000. Pemupukan pertama dilakukan dengan menggunakan pupuk Urea dan
TSP umumnya diberikan dengan cara disebarkan ke dalam lahan secara merata setelah penanaman benih, dan sebagian petani memberikan pupuk Urea dan TSP
dalam bentuk campuran dengan cara mencampurkan pupuk dengan benih padi pada saat penanaman. Sementara untuk meningkatkan efisiensi pemupukan pupuk
nitrogen harus diberikan secara split atau terpisah Puslitbang Tanaman Pangan, 1989.
Harga pupuk yang sangat tinggi bagi petani menyebabkan penggunaan pupuk yang tidak optimal karena tidak sesuai dengan dosis pupuk ideal, bahkan
sebagian petani tidak menggunakan pupuk sama sekali. Petani di Desa Wanajaya umumnya membeli pupuk dalam bentuk campuran pupuk Urea dan TSP dan tidak
ada petani responden yang menggunakan pupuk TSP. Harga pupuk campuran Urea dan TSP rata-rata sekitar Rp 1400 per kilogram dengan cara membeli petani
di kios tani yang terletak di ibukota kecamatan dengan uang tunai.
6.1.4. Pengobatan