III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Konsep Usahatani
Usahatani adalah setiap kombinasi yang tersusun terorganisasi dari alam, kerja dan modal yang ditujukan kepada produksi di lapangan pertanian T.B.
Bachtiar Rifai dalam Hernanto, 1988. Berdasarkan pengertian di atas, maka suatu usahatani dapat digambarkan lebih rinci sebagai berikut :
a. Adanya lahan dalam luasan dan produk
yang tertentu, unsur ini dalam usahatani
mempunyai fungsi sebagai tempat
diselenggarakannya usaha bercocok
tanam, pemeliharaan hewan ternak dan
tempat keluarga tani bermukim.
b. Adanya bangunan yang berupa rumah petani, gudang, kandang, lantai jemur, dan lain- lain.
c. Adanya alat-alat pertanian seperti cangkul, parang, garpu, linggis, penyemprot, traktor, pompa air dan lain- lain.
d. Adanya pencurahan kerja untuk mengolah tanah, menanam, memelihara dan lain- lain.
e. Adanya kegiatan petani yang menetapkan rencana usahataninya, mengawasi jalanya usahatani dan menikmati hasil usahataninya.
Soeharjo dan Patong 1973 dalam Soekartawi 1986, mengatakan bahwa ada dua pola usahatani yang sangat pokok yaitu pola usahatani lahan basah dan
lahan kering. Sedangkan bentuk usahatani terdapat tiga jenis yang menunjukkan bagaimana suatu kondisi diusahakan yaitu : 1 bentuk khusus dimana petani
hanya mengusahakan satu jenis usaha dari sebidang tanah, 2 bentuk tidak khusus yaitu usahatani yang terdiri dari berbagai cabang usaha pada berbagai bidang
tanah, dan 3 bentuk campuran yaitu usahatani yang memadukan beberapa cabang usaha secara bercampur, dimana penggunaan faktor- faktor produksi
cenderung bersaing dan batas pemisahan antara cabang usahatani kurang jelas. Secara umum dalam setiap rumahtangga usahatani pada hakekatnya
terdapat dua kegiatan ekonomi yaitu kegiatan usaha dan kegiatan rumahtangga atau keluarga. Keluarga usaha menghasilkan produksi, baik yang dijual maupun
untuk dikonsumsi keluarga atau dipergunakan lagi dalam proses produksi selanjutnya. Untuk kegiatan rumahtangga pada umumnya bersifat konsumtif.
3.2. Pendapatan Usahatani