Karakterisasi Sensori Fraksi hasil SPE Analisis Profil Peptida dengan RP-HPLC

46 tinggi, seperti C-8, C-18 atau Sep-Pak plus C-18. kolom C-18 mempunyai interaksi hidrofobik yang lebih besar dibanding kolom C-8 karena ikatan karbonnya lebih banyak sehingga dapat memisahkan senyawa berdasarkan kepolaran yang lebih baik.

D. Karakterisasi Sensori Fraksi hasil SPE

Uji sensori ini untuk mengetahui pengaruh fraksinasi hasil SPE terhadap karakter sensori rasa asin dan rasa gurih dari fraksi-fraksi tersebut dan untuk mengetahui fraksi yang paling berperan terhadap rasa gurih. Intensitas rasa gurih dari ketujuh fraksi tersebut diperoleh melalui analisis sensori yang dilakukan 8 orang panelis terlatih dengan 3 kali ulangan. Analisis ini dilakukan dengan cara membandingkan intensitas rasa gurih dari fraksi yang diuji dengan intensitas rasa gurih dari standar. Pengujian sampel dilakukan dengan uji skoring menggunakan system skala. Hasil uji skoring intensitas rasa gurih tanpa modifikasi atau sampel utuh menunjukkan bahwa Fraksi 1 merupakan sampel tergurih dengan skor 40.4, Kemudian diikuti Fraksi Tidak Tertahan FTT dengan skor 31.3. hasil selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 11. Gambar 11. Hasil uji sensori terhadap rasa gurih sampel hasil SPE ekstrak ikan asin jambal roti tanpa modifikasi. 10 20 30 40 50 f1 f2 f3 f4 f5 f6 f7 ftt fraksi sk o r skor gurih Skor Asin 47 Sampel yang digunakan saat fraksinasi dengan SPE merupakan sampel fraksi satu yang bebas garam, karena fraksi garam terkumpul pada fraksi dua. Tetapi, saat diuji sensori intensitas rasa asin pada fraksi-fraksi hasil SPE ternyata panelis masih dapat merasakan rasa asin pada sampel, seperti yang terlihat pada Gambar 11. Hal ini diduga karena timbulnya suatu rasa yang mirip dengan rasa NaCl yang diakibatkan keberadaan peptida rasa asin dan garam-garam anorganik lain seperti LiCl dan KCl.

E. Analisis Profil Peptida dengan RP-HPLC

Fraksi-fraksi ekstrak ikan asin jambal roti yang telah di SPE selain dilakukan uji sensori, juga dilakukan analisis profil peptidanya dengan menggunakan RP-HPLC Reverse Phase - High Performance Liquid Chromatography . Proses pemisahan pada RP-HPLC didasarkan pada perbedaan kepolaran senyawanya. Eluen atau fase mobil yang digunakan adalah campuran antara air bebas ion dan acetonitrile dengan sistem gradien. Eluen sebelum digunakan harus dilakukan penghilangan gas. Hal ini bertujuan agar pada saat eluen dialirkan tidak terdapat gelembung-gelembung dalam aliran pelarut tersebut. Adanya gelembung yang masuk ke dalam kolom akan menyebabkan aliran menjadi diskontinyu, yang seterusnya dapat mengganggu kromatogram yang terbentuk, dan menyebabkan pergeseran garis dasar Adnan, 1997. Proses pencegahan adanya gelembung pada air cenderung lebih susah dibanding dengan acetonitrile. Hal ini dikarenakan gelembung air cenderung menempel pada selang pemasukan eluen. Kolom yang digunakan pada RP-HPLC ini mempunyai ukuran partikel fase stasionernya berukuran 5 µm. Ukuran partikel yang kecil ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi pemisahan karena luas permukaan areanya lebih besar, sehingga interaksi antara fase stasioner, sampel dan fase mobil menjadi lebih besar pula. Detektor yang digunkan adalah detektor UV pada panjang gelombang 214 nm, karena ikatan peptida menyerap kuat pada panjang gelombang ini. Hasil pengujian yang diperoleh dari RP-HPLC menunjukkan bahwa peak-peak muncul pada awal running yaitu pada saat konsentrasi acetonitrile 48 masih rendah 2-4 , sedangkan kondisi running adalah Acetonitrile 2- 30 selama 30 menit. Dari hasil kromatogram tersebut senyawa-senyawa yang terdapat pada fraksi-fraksi yang dianalisis merupakan senyawa polar. Semakin tinggi konsentrasi acetonitrile berarti semakin nonpolar fase mobil yang digunakan, dan senyawa yang terelusi juga lebih bersifat nonpolar seiring turunnya kepolaran fase mobil. Kromatogram fraksi tidak tertahan, fraksi 1 dan fraksi 2 masih terdapat peak yang cukup banyak, sedangkan pada kromatogram fraksi 3, 4, 5, 6 dan 7 hanya terdapat single peak. Single peak yang terdapat pada fraksi- fraksi tersebut diduga merupakan asam amino, bukan peptida karena hanya mempunyai satu retention tim. Gambar kromatogram dari kedelapan fraksi hasil SPE dan sampel hasil kromatografi filtrasi gel Fraksi 1 dapat dilihat pada Gambar 12 sampai 20. dan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 14 sampai 22. Pada fraksi tidak tertahan, fraksi 1 dan 2 mempunyai peak-peak yang cenderung bergabung, dan mempunyai kisaran retention time yang hampir sama. Pada kromatogram crude sample yaitu sampel yang menggunakan fraksi sebelum SPE dari hasil Kromatografi filtrasi gel peak-peak yang muncul juga tidak jauh berbeda dengan peak-peak pada fraksi tidak tertahan, fraksi 1 dan dua. Hal ini menunjukkan bahwa pemisahan menggunakan SPE kurang efektif. Penggunaan cartridge yang berulang sampai tiga kali merupakan salah satu faktor penyebab kekurang efektifan tersebut. Disamping itu, proses elusi yang kurang sempurna juga bisa menyebabkan elusi senyawa sampel antar fraksi jadi bias karena kemungkinan tertahan oleh kolom pada fraksi sebelumnya. 1 Gambar 12. Kromatogram Fraksi 1 hasil SPE 2 Gambar 13. Kromatogram Fraksi 2 hasil SPE 3 Gambar 14. Kromatogram Fraksi 3 hasil SPE 4 Gambar 15. Kromatogram Fraksi 4 hasil SPE 5 Gambar 16. Kromatogram Fraksi 5 hasil SPE 6 Gambar 17. Kromatogram Fraksi 6 hasil SPE 7 Gambar 18. Kromatogram Fraksi 7 hasil SPE 8 Gambar 19. Kromatogram Fraksi Tidak Tertahan FTT hasil SPE 53 Analisa profil peptida sampel fraksi-fraksi hasil SPE dengan RP-HPLC dilakukan dengan membandingkan profil kromatogram dari sampel dengan Retention Time dari standar asam amino. Retention Time beberapa asam amino standar dapat dilihat pada Tabel 4. Dan kromatogram selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 23 sampai 28. Tabel 4. Retention Time beberapa asam amino standar No. Asam amino Retention Time 1 Crn 2.193 2 Glu 2.415 3 His 2.853 4 Phe 4.717 5 Trp 8.777 6 Tyr 1.980 Fraksi 1 mempunyai peak yang mendekati Retention Time Glu 2.432 dengan Luas area 27.146 dan yang mendekati Retention Time Phe 4.872 dengan luas area 14.336. Dari data tersebut diduga pada Fraksi 1 terdapat asam amino Glu dan Phe. Pada Fraksi 2 mempunyai peak yang mendekati Retention Time Crn 2.102 dengan luas area 48.720. Fraksi 3, Fraksi 4, Fraksi 5 dan Fraksi 7 tidak ada peak yang mendekati Retention Time asam amino standar pada Tabel 4. pada fraksi-fraksi tersebut tidak mengandung asam-asam amino yang ada pada Tabel 4. Fraksi 6 mempunyai peak dengan Retention Time Tyr 1.925 dengan luas area 5.683. Fraksi Tidak Tertahan mempunyai peak yang mendekati Retention Time Phe 4.723 dengan luas area 9.159. 54

V. KESIMPULAN DAN SARAN