28
3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Kerangka Pemikiran
Globalisasi merupakan fakta yang mempengaruhi kehidupan individu dan bangsa. Globalisasi mentransformasi perdagangan, keuangan, ketenagakerjaan,
teknologi, komunikasi, lingkungan, dan bahkan kehidupan sosial dan kultural bangsa-bangsa di dunia dewasa ini. Oleh karena itu globalisasi merupakan faktor
utama yang harus dicermati dalam mendayagunakan sumber daya kelautan dan perikanan secara optimal dan berkelanjutan.
Secara singkat, bahwa globalisasi berkaitan dengan semakin terbukanya perdagangan dunia dan terintegrasinya perekonomian bangsa. Globalisasi
merupakan fenomena yang sudah lama didengungkan namun baru terasa dampaknya dalam berapa tahun terakhir. Di masa mendatang dampak
globalisasi tersebut akan semakin nyata dalam kehidupan sebuah bangsa. Di satu sisi globalisasi secara potensial dapat memberikan manfaat yang berlimpah
bagi kehidupan ekonomi, sosial dan politik serta kebudayaan, namun di sisi lain jika tidak dikelola dengan baik dan tanpa persiapan yang memadai maka dampak
negatif dari globalisasi akan muncul. Globalisasi merupakan peluang sekaligus tantangan yang harus dicermati dan merupakan bagian yang sangat
mempengaruhi dan menentukan arah dan hasil dari pembangunan kelautan secara optimal dan berkelanjutan Dahuri 2002.
Bagaimanakah hubungan antara globalisasi dengan gagasan pembangunan di bidang kelautan secara optimal dan berkelanjutan? Sampai
sejauh mana globalisasi bermanfaat pada perikanan Indonesia? Usaha dan persiapan apa yang diperlukan agar proses globalisasi dapat memberi peluang
bagi pengembangan dan pembangunan kelautan dan perikanan secara optimal dan berkelanjutan?
Dalam kaitan itu, penelitian ini mengkaji berbagai faktor yang mempengaruhi pengembangan perikanan, dan bagaimana globalisasi kemudian
ikut mewarnai semua aspek perdagangan. Penelitian ini akan memberikan berbagai gagasan dan saran bagaimana Indonesia mampu memperoleh manfaat
yang sebesar-besarnya dari arus globalisasi, terutama dikaitkan dengan perdagangan produk serta jasa kelautan dan perikanan dalam hal ini pelayanan
PPS dalam pengembangan industri perikanan, kasus di PPSNZ Jakarta.
Belum optimalnya produksi yang dihasilkan sektor perikanan terutama disebabkan rendahnya produktivitas nelayan dalam kegiatan perikanan tangkap.
Rendahnya produktivitas nelayan disebabkan oleh teknologi penangkapan yang rendah. Selanjutnya Gasperzs 2001 menyebutkan bahwa suatu sistem produksi
selalu berada dalam lingkungan, sehingga aspek lingkungan seperti perkembangan teknologi, sosial dan ekonomi, kebijakan pemerintah akan sangat
mempengaruhi keberadaan sistem produksi. Sistem produksi memiliki komponen atau elemen struktural dan fungsional yang berperan penting dalam menunjang
kontinuitas operasional sistem produksi. Komponen struktural di sini adalah bahan material, mesin dan peralatan, tenaga kerja sumberdaya manusia,
modal, energi, informasi, tanah dan lain-lain. Komponen atau elemen fungsional adalah supervisi, perencanaan, pengedalian, koordinasi dan kepemimpinan yang
kesemuanya berkaitan dengan manajemen dan organisasi. Keberadaan industri perikanan yang melakukan investasi dan
memanfaatkan kawasan industri saat ini terdiri dari industri perikanan tangkap, processing dan perdagangan rata-rata bertaraf internasional karena hasil
produksinya dipasarkan di pasar internasional. Beberapa kendala yang menghambat kinerja industri perikanan mengakibatkan produk yang dihasilkan
kurang mampu bersaing dipasar global. Permasalahan utama yang dihadapi oleh industri perikanan memasuki
era globalisasi adalah kinerja industri perikanan yang berbasis PPS berdasarkan data dan informasi di Jakarta menunjukkan kemampuan bersaing di pasaran
internasional rendah produk sering ditolak negara tujuan ekspor, seperti Amerika dan Uni Eropa, serta kalah bersaing harga di pasar Asia seperti Jepang,
Thailand, Korea. Rendahnya kinerja industri perikanan di PPSNZ Jakarta tidak hanya diakibatkan oleh kurang optimalnya pelayanan PPSNZ Jakarta kapasitas
dan jenis fasilitas serta mekanisme pelayanan kurang memadai, tetapi juga disebabkan oleh faktor-faktor lingkungan industri perikanan, kebijakan
pemerintah, dan daya saing industri perikanan dipasar global. Berikut ini adalah penjelasan rinci tentang faktor utama yang menjadi fokus penelitian ini, yaitu
faktor: II, EI, LE, LIP, KIP, KB, PEL, DSG.
1 Lingkungan industri perikanan
Pengaruh lingkungan industri perikanan seperti internal industri, lingkungan ekonomi dan eksternal industri merupakan faktor penting yang perlu
dianalisis terhadap kinerja industri perikanan, demikian pula halnya dengan
pengaruh kebijakan pemerintah untuk mendorong tumbuh dan berkembangnya industri perikanan seperti penyediaan prasarana termasuk kemudahan
mendapatkan modal usaha yang diberlakukan terhadap industri perikanan Gasperz. 2001.
Menurut Porter 1990 ada tiga jenis lingkungan yang berpengaruh terhadap suatu industri yaitu lingkungan industri pemasok bahan baku, mesin
dan peralatan, bahan processing; lingkungan ekonomi teknologi, informasi global, energi, modal; lingkungan industri jasa pelayanan bank, training,
transpor. Faktor-faktor tersebut diidentifikasi berpengaruh terhadap kinerja industri perikanan.
Penelitian ini menganalisis hal-hal terkait tentang pengaruh: 1 faktor internal industri dalam penelitian variabel sumberdaya manusia yang terlibat di
dalam kegiatan industri jumlah, tingkat pendidikan, pengalaman, teknologi industri yang digunakan, asset yang dimiliki perusahaan, keuangan perusahaan;
2 faktor lingkungan ekonomi dengan variabel kondisi sosial dan ekonomi, perkembangan teknologi; dan 3 faktor eksternal industri dengan variabel
informasi, infrastruktur, jasa pelatihan pegawai. Ketiga faktor tersebut merupakan lingkungan industri perikanan dan mempunyai hubungan serta pengaruh
terhadap kinerja industri perikanan berupa kinerja keuangan, kinerja pemasaran dan kinerja sumberdaya manusia dan akan berpengaruh terhadap kemampuan
daya saing industri perikanan memasuki era globalisasi Tercia. 2004, Porter. 1990.
2 Kinerja industri perikanan
Empat faktor kunci yang menentukan suatu industri dapat mempunyai kinerja tinggi adalah pihak yang berkepentingan, proses, sumberdaya dan
organisasi Kotler 1997. Dikatakan bahwa suatu perusahaan harus berusaha untuk memenuhi harapan minimum dari setiap kelompok pihak yang
berkepentingan. Pada saat yang bersamaan perusahaan dapat memberikan tingkat kepuasan di atas tingkat minimum untuk pihak yang berkepentingan
berbeda. Kepuasan ini akan menyebabkan bisnis ulangan dan akan menciptakan pertumbuhan yang pada akhirnya akan menciptakan laba aspek keuangan.
Dari segi proses, perusahaan akan berhasil mempunyai kinerja tinggi apabila mampu mengelola proses usaha utamanya core business. Bagi industri
perikanan akan memiliki kinerja tinggi apabila mampu mengelola proses usaha inti seperti pengembangan produk baru, dan perolehan penjualan dari aspek
pemasaran seperti penjualan, pertumbuhan penjualan, pertumbuhan pelanggan, mutu produk, harga produk bersaing.
Untuk merealisasikan proses di atas tidak terlepas dari kebutuhan sumberdaya seperti tenaga kerja, tingkat kemampuan tenaga kerja, bahan baku,
mesin, informasi. Disamping ketiga faktor diatas ada faktor organisasi, namun faktor organisasi ini umumnya tidak signifikan dalam lingkungan usaha yang
cepat berubah Kotler. 1997. Perusahaan yang memiliki kinerja tinggi, pada prinsipnya harus selalu berusaha menjaga kepuasan pelanggan dan peningkatan
kualitas yang berkesinambungan apabila pemasaran produk berhasil dan mendapatkan laba.
Dalam peningkatan kinerja industri perikanan saat ini, faktor lain yang dapat berpengaruh adalah faktor lingkungan industri dan kebijakan pemerintah.
Kinerja industri perikanan saat ini diduga belum optimal sebagai akibat lingkungan eksternal industri seperti keterbatasan pasokan bahan baku ikan baik
kualitas maupun kuantitas, keterbatasan suplai sarana produksi berupa bahan dan alat penangkapan. Sedang lingkungan internal industri seperti keterbatasan
teknologi penangkapan maupun penggunaan kapal ikan yang berteknologi tinggi, kemampuan sumberdaya manusia perusahaan yang dimiliki, serta pengaruh
lingkungan ekonomi, sosial budaya dan finansial diduga juga mempengaruhi kinerja industri.
Kondisi lingkungan industri perikanan belum kondusif karena tingkat pelayanan pelabuhan perikanan masih belum optimal dan merupakan faktor
penting yang mempengaruhi kinerja industri perikanan. Hal ini ditandai dengan keterbatasan beberapa fasilitas yang diperlukan baik jenis maupun kapasitas
serta mutu pelayanan untuk meningkatkan kinerja industri. Dengan kondisi demikian berakibat kinerja industri perikanan masih belum efektif dan efisien
sehingga mutu produk yang dihasilkan belum sesuai permintaan konsumen dan harga produk belum kompetitif Sutandinata 2002. Adanya kebijakan pemerintah
membangun PPSNZ Jakarta diharapkan dapat mendorong tumbuh dan berkembangnya industri perikanan.
3 Kebijakan pemerintah
Untuk mendukung kinerja industri perikanan agar mempunyai kemampuan daya saing global maka pemerintah Republik Indonesia telah
berupaya mengambil kebijakan dan sudah dilaksanakan berupa pembangunan prasarana infrastruktur PPSNZ Jakarta. Jenis dan kapasitas fasilitas yang
disediakan dirancang untuk kegiatan industri perikanan dan pelayanannya disesuaikan dengan kebutuhan yang dapat mendorong kegiatan perikanan skala
industri. Aturan dan ketentuan serta perijinan untuk pembinaan dan pengendalian
industri perikanan sudah disederhanakan, terutama manajemen pengelolaan segenap fasilitas PPSNZ Jakarta untuk dapat melayani industri perikanan secara
optimal. Kebijakan yang ditempuh adalah membentuk organisasi manajemen di PPSNZ Jakarta.
Pada mulanya, suatu project management unit PMU dibentuk untuk mendukung dan melayani masyarakat perikanan. Namun karena terhambat
aturan keuangan negara, sebuah badan usaha berupa perusahaan umum prasarana perikanan samudera PPPS akhirnya dibentuk melalui Peraturan
Pemerintah no. 2 tahun 1990 dan diperbaiki dengan Peraturan Pemerintah no. 23 tahun 2000. Maksud pembentukan PPPS ini tidak lain untuk dapat
meningkatkan pelayanan melalui prinsip pengusahaan secara ekonomis. Kemudian untuk melayani tugas pemerintah berupa perijinan yang terkait dengan
kewenangan pemerintah pusat dibentuk unit pelaksanaan teknis UPT pelabuhan perikanan samudera PPS Nizam Zachman. Adapun tujuan dibentuk
2 dua pengelola PPSNZ Jakarta agar keduanya dapat saling berkoordinasi untuk menjalankan pelayanan kepada masyarakat perikanan sesuai tugas pokok
dan fungsinya masing-masing. Kebijakan berikut yang ditujukan langsung kepada industri perikanan
adalah kemudahan mendapatkan modal kerja dan modal investasi. Kemudahan ini diatur melalui pengaturan penggunaan tanah industri perikanan dengan
ketentuan Menteri Kelautan dan Perikanan no. 32 tahun 2000 jo. no. 12 tahun 2001. Dalam kebijakan ini diberi kesempatan kepada industri perikanan yang
menyewa tanah milik PPPS dengan dilekati hak guna bangunan HGB diatas hak pengelolaan HPL dapat dijaminkan kepada bank untuk mendapatkan
modal kerja dan modal investasi.
4 Pelayanan pelabuhan perikanan samudera
PPSNZ Jakarta adalah basis atau sebagai tempat untuk kegiatan industri perikanan sehingga PPSNZ Jakarta harus mampu memberikan pelayanan dan
menjadi suatu lingkungan industri perikanan yang kondusif. Penyediaan berbagai fasilitas di PPSNZ Jakarta sudah disesuaikan dengan kebutuhan industri
perikanan baik jumlah maupun kapasitasnya agar mampu mendukung dan
melayani masyarakat perikanan serta pengusaha perikanan terutama industri perikanan.
Dalam penelitian ini pelayanan dikelompokkan kedalam pelayanan produksi fasilitas dermaga, kolam pelabuhan, docking, bengkel, pelayanan
industri processing kawasan industri, gedung processing, cold storage, pelayanan pemasaran tempat pelelangan ikan, pusat pemasaran ikan, pabrik
es, pelayanan logistik air, BBM solar dan es dan pelayanan fasilitas pendukung penerangan jalan, jalan komplek, keamanan, ketertiban, kebersihan
Belum optimalnya pelayanan kepada masyarakat dimungkinkan karena hambatan internal seperti kelemahan kemampuan sumberdaya manusia
pengelola pelabuhan perikanan, keterbatasan jumlah dan kapasitas, mutu serta jenis fasilitas yang dibangun. Hambatan eksternal yang dapat mempengaruhi
kinerja pelabuhan adalah kebijakan pemerintah seperti kenaikan harga bahan bakar minyak BBM solar yang berakibat menurunnya jumlah kapal yang aktif ke
laut sehingga dampak yang dirasakan adalah menurunnya permintaan pelayanan dari pelabuhan perikanan. Kebijakan kenaikan harga barang seperti
air, listrik tidak memungkinkan akan menaikkan secara langsung tarif pelayanan pelabuhan perikanan kepada konsumen. Demikian pula berbagai hambatan
pasar di luar negeri yang dapat menghambat tingkat pelayanan pelabuhan perikanan kepada industri perikanan.
5 Daya saing industri perikanan dalam perdagangan global
Dalam rangka memasuki era globalisasi kemampuan daya saing industri perikanan masih perlu ditingkatkan dan didorong terutama kinerja industri
perikanan dalam menghadapi berbagai ketentuan perdagangan. Berbagai hambatan perdagangan internasional yang harus dihadapi terutama isu
kebijakan negara tujuan ekspor adalah kurang terbukanya dalam memberlakukan produk perikanan dari Republik Indonesia seperti ketentuan tarif,
persyaratan mutu produk, pencemaran logam berat serta munculnya “isu baru” tentang ketentuan penggunaan label by catch, adanya kampanye anti udang
tambak yang diduga menggunakan bahan antibiotik maupun dilakukan irradiasi. Dengan kondisi demikian akibat yang dirasakan oleh industri perikanan
adalah kurang kompetitif karena masih banyak produk ekspor yang ditolak dengan alasan mutu produk tidak sesuai dengan pesanan atau ketentuan yang
berlaku di negara tujuan. Walaupun ada peningkatan jumlah eksportir akan tetapi kemampuan daya saing perikanan Indonesia semakin turun. Terbukti dengan
kemampuan daya saing perikanan Indonesia tahun 2000 pada posisi 44 diantara 75 negara perikanan dunia, kemudian pada tahun 2001 turun pada posisi 64,
sedangkan berturut-turut Malaysia, Thailand dan Philipina pada posisi 30, 33 dan 48, kemudian Vietnam pada posisi 60, dengan demikian daya saingnya
sudah melampaui posisi Indonesia Putro 2001. Dalam menghadapi situasi diatas maka pemerintah Indonesia harus
segera mengambil kebijakan yang dapat mendorong kinerja industrti perikanan agar mampu bersaing dipasar global. Tanpa ada dukungan dari pemerintah akan
sulit bagi industri perikanan untuk dapat bersaing dipasar global. Disamping itu tingkat pelayanan pelabuhan perikanan kemungkinan dapat mempengaruhi daya
saing industri perikanan memasuki era globalisasi. Pada tahap awal yang akan dilaksanakan adalah mengkaji lingkungan
industri terutama dampak negatip lingkungan industri yang ditimbulkan terhadap kinerja industri. Kondisi ini akan diantisipasi dan diminimalisasi pengaruhnya oleh
pemerintah dengan cara mengeluarkan kebijakan. Sebagai implementasi manajemen kebijakan pemerintah adalah pemberian pelayanan pelabuhan
perikanan samudera. Mengacu pada arah kebijakan yang telah digariskan pelayanan harus dapat memberi pengaruh berupa kemudahan untuk mendorong
tumbuh dan berkembangnya industri perikanan. Melalui telahan teori, dilakukan analisis secara simultan dengan menggunakan perangkat lunak komputer untuk
mengetahui pengaruh dan hubungan antar aspek kajian yaitu lingkungan industri, kinerja industri, kebijakan, pelayanan pelabuhan perikanan dan industri
era globalisasi. Penelitian ini menggunakan pendekatan model persamaan struktural
structural equation model SEM. Model persamaan struktural SEM adalah sekumpulan teknik statistikal yang memungkinkan pengujian sebuah rangkaian
hubungan yang relatif “rumit” secara simultan. Hubungan rumit itu dapat dibangun antara satu variabel dependen dengan satu atau beberapa variabel
independen. Masing-masing variabel dependen dan independen dapat berbentuk faktor konstruk yang dibangun dari beberapa variabel indikator. Sebagaimana
disebutkan oleh Solimun 2002b bahwa analisis structural equation modeling SEM merupakan pendekatan terintegrasi antara analisis faktor, model struktural
dan analisis Path. Disisi lain SEM juga merupakan pendekatan yang terintegrasi antara analisis data dengan konstruksi konsep. Didalam SEM peneliti dapat
melakukan tiga kegiatan secara serentak, yaitu pemeriksaan, validitas dan
reliabilitas instrumen setara dengan faktor analisis confirmatory, pengujian model hubungan antara variabel latent setara dengan analisis Path, dan
mendapatkan model yang bermanfaat untuk prakiraan setara dengan model struktural atau analisis regresi.
Keunggulan SEM juga dijelaskan oleh Bagozzi dan Fornell 1982 yang diacu dalam Ghozali dan Fuad 2005 bahwa model persamaan struktural
structural equation modeling adalah generasi kedua teknik analisis multivariate yang memungkinkan peneliti untuk menguji hubungan antara variabel yang
kompleks baik recursive maupun non-recursive untuk memperoleh gambaran menyeluruh mengenai keseluruhan model. Tidak seperti analisis multivariate
biasa regresi berganda, analisis faktor, SEM dapat menguji secara bersama- sama : 1 model struktural: hubungan antara konstruk yaitu variabel yang laten
unobserved variabel yang tidak dapat diukur secara langsung dan memerlukan beberapa indikator atau proksi untuk mengukurnya independen dan dependen,
2 model measurement: hubungan nilai loading antara variabel dengan konstruk faktor. Digabungkannya pengujian model struktural dan pengukuran tersebut
memungkinkan peneliti untuk: 1 menguji kesalahan pengukuran measurement error sebagai bagian yang tak terpisahkan dari SEM, 2 melakukan analisis
faktor bersamaan dengan pengujian hipotesis.
3.2 Tatalaksana Pelaksanaan Penelitian