Pengaruh faktor kebijakan pemerintah terhadap daya saing global DSG industri perikanan

Jakarta yang sekarang dilakukan ternyata berpengaruh terhadap perkembangan industri perikanan. Berdasarkan hasil kajian di atas menunjukkan bukti bahwa dengan semakin baik tingkat pelayanan PPSNZ Jakarta akan semakin meningkatkan kinerja industri perikanan KIP yang dilayani. Menurut Murdiyanto 2004, mekanisme pelayanan yang dilaksanakan sehingga diperoleh hasil untuk mendukung kinerja industri perikanan KIP dinamakan pelayanan prima. Hasil analisis kajian terhadap pengaruh variabel lingkungan industri perikanan LIP; kebijakan pemerintah KB; dan pelayanan PPSNZ Jakarta di atas terbukti bahwa terjadi pertumbuhan kinerja keuangan, kinerja pemasaran dan kinerja sumberdaya manusia. Dengan demikian model ini dapat digunakan untuk meramalkan dan merencanakan oleh pengambil kebijakan untuk pengembangan industri perikanan dalam perdagangan global.

4.3.4 Daya saing industri perikanan dalam perdagangan global DSG

Daya saing industri perikanan dalam perdagangan global DSG dipengaruhi oleh lingkungan industri perikanan LIP, kebijakan pemerintah KB; pelayanan PPSNZ Jakarta dan kinerja industri perikanan KIP digambarkan melalui model persamaan regresi yang dibangun dari Gambar 26 dan dapat disajikan sebagai berikut: DSG = ß 1 LIP + ß 2 KB + ß 3 PEL + ß 4 KIP + d1 Dimana: DSG = Daya saing industri perikanan dalam perdagangan global; LIP= lingkungan industri perikanan; KB = kebijakan pemerintah; PEL= pelayanan PPSNZ Jakarta; KIP= kinerja industri perikanan

4.3.4.1 Pengaruh faktor kebijakan pemerintah terhadap daya saing global DSG industri perikanan

Daya saing industri perikanan dalam perdagangan global DSG dipengaruhi positif oleh kebijakan pemerintah KB Gambar 26. Jenis variabel untuk mengukur KB adalah pembangunan pelabuhan perikanan X 2 5 pembentukan BUMN X 26 sebagai pengelola pelabuhan perikanan dan pengaturan pemanfaatan tanah X 2 7 . Daya saing global DSG diukur dengan menggunakan variabel kemampuan teknologi X 33 jaminan mutu produk X 3 4 kemampuan imitabilitas X 35 harga produk kompetitip X 36 ketersediaan bahan baku X 37 kemampuan durabilitas X 38 . Jika secara teori KB sebagai determinasi dari DSG berarti semakin kondusif KB akan memperkuat kemampuan DSG. Pengaruh KB dengan variabel pembangunan PPSNZ Jakarta X 2 5 terhadap DSG. Dalam hal KB pembangunan pelabuhan perikanan samudera adalah merupakan salah satu bentuk ikut campur tangan pemerintah dalam upaya mendukung industri perikanan dalam memasuki perdagangan global. Memasuki era globalisasi diramalkan akan terjadi persaingan perdagangan yang semakin tajam, sehingga akan mendorong setiap negara untuk mempertahankan keunggulan Kotler 1997 dan Soepanto 2001. Menghadapi tantangan diatas industri perikanan akan dihadapkan pada kemampuan memanfaatkan peluang dan potensi sumberdaya alam perikanan yang dimiliki sebagai penyedia bahan baku industri. Disamping itu industri perikanan harus mampu memanfaatkan sumberdaya sehingga mempunyai nilai tambah, memiliki produk bernilai dan bermutu tinggi, harga produk bersaing Gardjito 1996. Tantangan yang masih dihadapi adalah keunggulan kompetitip artinya industri perikanan harus dapat melakukan peningkatan efisiensi dan mutlak diperlukan terutama dari internal industri perikanan. Untuk menghadapi dan mengantisipasi berbagai tantangan diatas, industri perikanan masih memiliki peluang karena potensi sumberdaya ikan sebagai bahan baku industri sekitar 6,7 ton per tahun. Untuk mendukung pengembangan industri perikanan memasuki perdagangan global melalui KB dibangun PPSNZ Jakarta. Hasil penelitian setelah diuji menunjukkan signifikan sehingga pengaruh KB akan mampu meningkatkan DSG. Pengaruh KB dengan variabel pembentukan BUMN X 26 terhadap DSG menunjukkan hasil signifikan. Dilatar belakangi manajemen pengelolaan pelabuhan perikanan sebelum dibentuk BUMN, PPSNZ Jakarta pada mulanya untuk melayani masyarakat perikanan dibentuk project management unit PMU ternyata mengalami hambatan operasional terutama masalah aturan keuangan negara. Untuk mendukung industri perikanan dan mengantisipasi menghadapi perdagangan global perlu dibentuk badan usaha milik negara BUMN berupa PPPS melalui peraturan pemerintah no. 2 tahun 1990 yang kemudian disempurnakan menjadi no. 23 tahun 2000. Maksud pembentukan PPPS ini tidak lain untuk dapat meningkatkan pelayanan melalui prinsip pengusahaan secara ekonomis. Adapun tugas PPPS adalah menyelenggarakan usaha pelayanan barang dan jasa bermutu tinggi kepada pengguna jasa di pelabuhan perikanan serta usaha lain yang terkait dengan perikanan melalui penyediaan sarana dan prasarana, barang dan jasa serta sekaligus memupuk keuntungan untuk pembiayaan operasional guna kelangsungan perusahaan dan kontribusi pendapatan negara. Sebagai BUMN maka PPPS didalam pengelolaannya berdasarkan prinsip perusahaan yaitu menggunakan system Indonesische Bedrijven Wet IBW. Melalui KB ini pengaruh terhadap DSG cukup signifikan karena kondisi pelayanan yang diciptakan mampu mendukung DSG sehingga industri perikanan yang melakukan investasi dikawasan PPSNZ Jakarta akan memiliki DSG. Pengaruh KB dengan variabel pengaturan pemanfaatan tanah X 2 7 terhadap DSG mampu memberikan dukungan industri perikanan dalam memasuki perdagangan global. Dinyatakan mampu mendukung DSG karena dengan kebijakan ini sasaran pemeritah adalah akan mendukung industri perikanan mendapatkan modal investasi dan modal kerja. Caranya adalah dengan KB ini pemerintah memberi kesempatan kepada industri perikanan yang menyewa tanah industri dengan status hak guna bangunan HGB diatas hak pengelolaan HPL dapat dijaminkan kepada jasa perbankkan untuk mendapatkan modal investasi dan modal kerja. Harapannya adalah dengan kemampuan modal dapats menggunakan teknologi yang lebih efisien sehingga dapat menciptakan dan meningkatkan mutu produk sesuai standar pasar internasional, produk harga bersaing dan mampu menyediakan produk secara berkelanjutan serta memperbaiki kondisi lingkungan. Hasil penelitian Madecor Group 2001, untuk pengembangan industri pengalengan perikanan di Indonesia timur selain diperlukan infrastruktur berupa pelabuhan perikanan, dalam mengembangkan industri pasti diperlukan modal usaha maupun modal investasi. Untuk mengatasi kendala ini diperlukan kebijakan pemerintah. Dalam penelitian ini kebijakan pemerintah KB yang ditempuh adalah pemberian kemudahan kepada investor untuk mendapatkan modal melalui pengaturan pemanfaatan tanah industri guna dijadikan agunan mendapatkan modal usaha, ternyata kebijakan pemerintah ini setelah diuji berpengaruh positif terhadap pengembangan industri perikanan dan daya saing industri DSG. 4.3.4.2 Pengaruh faktor kinerja industri perikanan KIP terhadap daya saing global DSG industri perikanan Daya saing industri perikanan dalam perdagangan global DSG dipengaruhi kinerja industri perikanan KIP Gambar 26, menunjukkan nilai 2.36 = 1.96 - 2.00 berarti sangat signifikan. Jenis variabel yang digunakan untuk mengukur KIP adalah aspek keuangan laba rugi X 13 , ROI X 14 , ROE X 15 , aspek pemasaran volume penjualan X 16 , pertumbuhan penjualan X 17 , pertumbuhan pelanggan X 18 , kemampuan pengembangan produk X 19 , kemampuan harga bersaing X 20 , mutu produk X 21 , dan aspek sumberdaya manusia produktivitas kerja X 22 dan penyerapan tenaga kerja X 23 . Kemudian variabel yang digunakan untuk mengukur daya saing global DSG adalah kemampuan teknologi X 33 , jaminan mutu produk X 34 , kemampuan imitabilitas X 35 , harga produk kompetitif X 36 , ketersediaan bahan baku X 37 , kemampuan durabilitas X 38 . Jika secara teori KIP merupakan determinasi dari DSG berarti semakin tinggi KIP akan semakin tinggi DSG. Pengaruh KIP dengan variabel aspek keuangan laba rugi X 13 ; ROI X 14 dan ROE X 15 terhadap DSG menunjukkan hasil yang signifikan ini membuktikan bahwa industri perikanan mempunyai keunggulan bersaing. Menurut Kotler 1997 jika suatu industri memiliki kemampuan laba yang semakin meningkat berarti akan semakin kuat industri untuk dapat meningkatkan kinerja; hal ini disebabkan mendapatkan laba adalah salah satu tujuan dan harus ditingkatkan karena dapat mendorong tumbuh dan berkembangnya industri. Tingginya kemampu labaan ini akan mendorong nilai return on investment ROI dan return on equity ROE suatu industri. Dilain pihak menghadapi perdagangan global, suatu industri akan menghadapi suatu tantangan untuk memiliki daya saing global DSG. Menurut Aaker 1989 yang diacu dalam Aditya 2004, keunggulan bersaing adalah jantung kinerja industri atau perusahaan dalam pasar bersaing. Dikatakan keunggulan bersaing pada dasarnya tumbuh dari nilai atau manfaat yang dapat diciptakan perusahaan bagi para pembelinya. Hal-hal yang mengindikasikan variabel keunggulan bersaing adalah kemampuan imitabilitas, kemampuan durabilitas dan kemudahan menyamai. Jika Porter 1980, mengindikasikan keunggulan bersaing adalah keunggulan biaya, diferensiasi, mutu, dan harga maka menurut pendapat Aaker 1989, jika perusahaan mampu menerapkan salah satu strategi bersaing diatas maka akan didapatkan keunggulan bersaing. Dengan demikian kinerja industri perikanan KIP yang memiliki kemampu labaan akan berpengaruh terhadap daya saing global DSG. Pengaruh KIP dengan variabel aspek pemasaran volume penjualan X 16 ; pertumbuhan penjualan X 17 ; pertumbuhan pelanggan X 18 ; kemampuan pengembangan produk X 1 9 ; kemampuan harga bersaing X 20 ; Mutu produk X 21 terhadap DSG menunjukkan hasil signifikan berarti bahwa industri mampu mengembangkan pasar dan memiliki daya saing dalam perdagangan global DSG. Peningkatan kinerja industri perikanan KIP dibidang pemasaran, ternyata dalam menghadapi persaingan saat ini bukan sekedar mendapatkan besarnya margin usaha akan tetapi industri harus mampu menciptakan kepuasan pelanggan. Bagi produk hasil industri perikanan lebih diutamakan bagaimana mempertahankan pengembangan produk selama mungkin untuk memenuhi kebutuhan pelanggan Kotler 1997. Berdasarkan teori ini industri yang ada di`dalam PPSNZ Jakarta masih mampu mengembangkan produk untuk mensuplai secara kontinyu konsumen dipasar internasional, sehingga memiliki kemampuan daya saing memasuki pasar global. Salah satu variabel daya saing industri perikanan dalam perdagangan global adalah adanya jaminan mutu produk. Variabel ini mengantisipasi pelanggan saat ini yang semakin memiliki tuntutan atas kualitas produk yang lebih baik dan aman dikonsumsi, disamping memiliki respon yang lebih cepat tepat waktu ternyata juga menuntut adanya nilai lebih yang diberikan oleh perusahaan. Sehubungan dengan hal ini maka kinerja industri perikanan dalam memasarkan produk harus mampu menetapkan jaminan mutu dan ketepatan waktu untuk memenangkan persaingan Schonberger 1996 yang diacu dalam Tercia 2004. Konsep ini mengisyaratkan bahwa industri perikanan jika ingin meningkatkan volume penjualan harus mampu memberikan kepuasan kepada pelanggan, sehingga Kotler 1997 memberikan konsep pemasaran modern yaitu suatu produsen harus mampu mengetahui dan memahami apa kebutuhan konsumen. Dengan demikian industri perikanan selain mampu meningkatkan volume penjualan juga dituntut memiliki kemampuan memenuhi permintaan konsumen untuk meningkatkan pertumbuhan pelanggan, dan bagi industri yang berhasil mengikuti konsep ini diharapkan akan memiliki daya saing dalam perdagangan global. Lain halnya dengan konsep Gardjito 1996, bahwa kinerja industri perikanan KIP selain memiliki kemampuan diversifikasi produk dan teknologi yang efisien juga memiliki kemampuan harga produk yang kompetitif jika ingin memasuki perdagangan global. Untuk memiliki kemampuan harga bersaing menurut Bruce Hendersen 1983 yang diacu dalam Aditya 2004 industri harus mampu mengembangkan keunggulan uniknya. Kemampuan kinerja industri perikanan KIP inilah ternyata yang berpengaruh terhadap daya saing global DSG industri perikanan. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa KIP dengan variabel aspek pemasaran berpengaruh terhadap daya saing industri perikanan dalam perdagangan global DSG artinya semakin tinggi kinerja industri perikanan KIP akan semakin meningkatkan kemampuan daya saing industri perikanan dalam perdagangan global DSG. Pengaruh KIP dengan variabel sumberdaya manusia Produktivitas kerja X 22 dan Penyerapan tenaga kerja X 2 3 terhadap DSG menunjukkan hasil signifikan. Menurut Kotler 1997, memasuki perdagangan global akan terjadi perubahan dengan kecepatan luar biasa seperti merek makanan, mutu serta harga barang sehingga industri harus mampu merubah keunggulan komperatip menjadi keunggulan kompetitip dengan cara efisiensi. Untuk meningkatkan efisiensi diperlukan suatu teknologi yang sesuai dengan kemampuan dan ketersediaan sumberdaya manusia. Jika sumberdaya manusia memiliki pendidikan dan ketrampilan yang rendah, industri perikanan harus menyesuaikan dengan teknologi yang digunakan. Akibatnya mutu bahan baku yang disuplai dan produk yang dihasilkan tidak dapat bersaing dipasaran terutama pasar global Wahyuni 2002. Dilain pihak dengan semakin meningkat industri perikanan dituntut pula penyerapan tenaga kerja. Ketersediaan tenaga kerja relatif murah dengan tingkat kemampuan relatif rendah perlu disesuaikan dengan teknologi yang digunakan Putro 2002. Dengan demikian tingkat produktivitas dan penyerapan tenaga kerja yang merupakan variabel dari kinedrja industri perikanan KIP berpengaruh terhadap daya saing industri perikanan dalam perdagangan global DSG. 4.3.4.3 Pengaruh faktor lingkungan industri perikanan LIP terhadap daya saing global DSG industri perikanan Lingkungan industri perikanan LIP berpengaruh nyata terhadap daya saing industri perikanan dalam perdagangan global DSG Gambar 26 menunjukkan nilai 1,96 - 1,96. Jenis variabel yang digunakan untuk mengukur LIP adalah faktor II, EI dan LE Sedangkan variabel yang digunakan untuk mengukur DSG adalah kemampuan teknologi X 33 , jaminan mutu produk X 34 , kemampuan imitabilitas X 35 harga produk kompetitip X 36 ketersediaan bahan baku X 37 kemampuan durabilitas X 38 . Jika secara teori LIP merupakan determinasi dari DSG maka semakin kondusif kondisi LIP akan semakin meningkatkan kemampuan DSG. Dengan diterimanya uji ini berarti pengaruh faktor lingkungan industri LIP dapat meningkatkan daya saing industri perikanan dalam perdagangan global DSG. Menurut Porter 1990, lingkungan industri LIP dapat didekati dengan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi industri dan dibagi menjadi 3 tiga penentu keberhasilan industri yaitu internal industri, eksternal industri dan lingkungan ekonomi. Lingkungan internal dapat didekati dengan melihat potensi sumberdaya manusia, teknologi dan keuangan serta asset perusahaan. Eksternal industri yang mempengaruhi lingkungan industri didekati dengan melihat kondisi ketersediaan pemasok infrastruktur berupa mesin dan teknologi, ketersediaan jasa pelatihan, jasa perbankkan. Kemudian lingkungan ekonomi diidentifikasi dengan perkembangan teknologi, situasi perdagangan dunia, sumberdaya alam, dan kondisi ekonomi. Teknologi adalah perangkat penting yang merubah sumber daya alam yang tersedia menjadi produk barang dan jasa yang diinginkan. Untuk itu cara yang memungkinkan untuk meningkatkan daya saing produk adalah dengan meningkatkan kadar teknologi dalam kegiatan operasional perusahaan Said, Rahmayanti dan Muttaqin 2001 Pendapat Pearce and Robinson 1991 yang diacu dalam Sandjojo 2004, lingkungan industri disebut juga dengan lingkungan usaha memegang peranan penting dan menentukan terhadap seluruh aspek bisnis, maupun kemampuan daya saing industri perikanan. Semakin baik kondisi lingkungan industri atau lingkungan usaha akan semakin meningkatkan daya saing industri. Karena dengan kondisi lingkungan industri yang kondusif akan memberikan berbagai peluang usaha dan upaya-upaya untuk mengembangkan industrinya. Lain halnya dengan pendapat Kotler 1997, bahwa suatu industri perikanan untuk memenangkan persaingan didalam perdagangan global DSG harus mampu memanfaatkan tantangan dan peluang lingkungan industri LIP. Kemampuan memanfaatkan peluang ini akan dapat menciptakan produk sesuai selera konsumen baik dari sisi harga, mutu, bentuk, tepat waktu dibutuhkan sehingga akan memiliki produk yang berdaya saing. Untuk menciptakan produk yang memiliki DSG ternyata setiap industri membutuhkan dukungan industri pemasok seperti mesin, teknologi, bahan pengemas, bahan baku, peralatan. Atas dasar teori ini berarti LIP akan berpengaruh terhadap DSG terutama kemampuan industri dalam memanfaatkan peluang untuk menciptakan produk yang memiliki daya saing dalam perdagangan global DSG. Dari hasil uji menunjukkan bahwa lingkungan industri perikanan LIP berpengaruh terhadap daya saing industri perikanan DSG dapat diterima. Dengan demikian hasil penelitian membuktikan bahwa lingkungan industri perikanan akan mampu mempengaruhi daya saing global DSG. 4.3.4.4 Pengaruh faktor pelayanan PPSNZ Jakarta PEL terhadap daya saing global DSG industri perikanan Daya saing industri perikanan dalam perdagangan global DSG dipengaruhi pelayanan PPSNZ Jakarta PEL Gambar 26 menunjukkan nilai 2,16 = 1,96 - 2,00 berarti signifikan. Jenis variabel yang digunakan untuk mengukur PPSNZ Jakarta adalah pelayanan produksi X 28 pelayanan industri processing X 29 , pelayanan pemasaran X 30 pelayanan logistik X 31 dan pelayanan fasilitas pendukung X 32 . Variabel yang digunakan untuk mengukur DSG adalah kemampuan teknologi X 33 , jaminan mutu produk X 34 , kemampuan imitabilitas X 35 harga produk kompetitip X 36 ketersediaan bahan baku X 37 kemampuan durabilitas X 3 8 . Jika secara teori PPSNZ Jakarta merupakan determinasi dari DSG berarti dengan diterimanya hasil uji ini membuktikan bahwa semakin baik tingkat pelayanan PPSNZ Jakarta memberikan pengaruh kuat untuk menciptakan daya saing industri perikanan dalam perdagangan global. Berdasarkan hasil uji ini pengaruh PPSNZ Jakarta dengan variabel pelayanan produksi X 28 terhadap DSG dapat diterima, dengan demikian PPSNZ Jakarta memberikan pengaruh positif kepada DSG karena diketahui dari meningkatnya variabel ketersediaan bahan baku X 37 , dan jaminan mutu produk X 3 4 . Menurut Porter 1990 jika daya tarik produk merupakan perwujudan dari mutu produk berarti mutu produk akan menentukan keadaan dan keberadaan suatu produk artinya mutu produk yang jelek akan mengurangi minat konsumen untuk menggunakan produk; dengan demikian akan menentukan posisi daya saing dari pada produk tersebut. Demikian pula halnya dengan Arifin 2004, bahwa mutu produk adalah variabel produk yang digunakan untuk menarik minat konsumen artinya semakin tinggi mutu produk akan semakin tinggi minat konsumen terhadap produk. Dari hasil kajian ini menunjukkan bahwa PPSNZ Jakarta dengan variabel pelayanan produksi X 28 akan mempengaruhi kemampuan daya saing global DSG dengan variabel ketersediaan bahan baku dan jaminan mutu produk. Pengaruh PPSNZ Jakarta dengan variabel pelayanan industri processing X 29 terhadap DSG terkait dengan jenis dan kapasitas fasilitas yang disediakan oleh pelabuhan perikanan harus mampu memberikan dukungan sesuai dengan kebutuhan industri perikanan. Didalam melaksanakan pelayanan bahkan diatur melalui intruksi Presiden nomor 1 tahun 1995 tentang perbaikan dan peningkatan mutu pelayanan aparatur pemerintah kepada masyarakat. Dengan demikian pelayanan PPSNZ Jakarta dalam melaksanakan tugasnya harus sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan yaitu memberikan pelayanan optimal kepada industri perikanan. Dilain pihak menurut pendapat Gardjito W 1996 jika industri akan bersaing dalam perdagangan global harus memiliki kemampuan diversifikasi produk yang terkait dengan variabel daya saing global industri perikanan yaitu memiliki kemampuan teknologi X 3 3 kemampuan imitabilitas X 35 , harga produk kompetitip X 36 dan kemampuan durabilitas X 37 . Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel PPSNZ Jakarta berupa pelayanan industri processing ternyata berpengaruh terhadap kemampuan daya saing industri perikanan dalam perdagangan global DSG baik dari segi kemampuan teknologi, imitabilitas, durabilitas, maupun harga produk kompetitif. Pengaruh PPSNZ Jakarta dengan variabel pelayanan pemasaran X 3 0 terhadap DSG terkait dengan ketersediaan jenis dan kapasitas pelayanan pemasaran yang dapat mendukung terhadap DSG dengan variabel kemampuan teknologi, jaminan mutu produk, kemampuan imitabilitas, harga produk kompetitif, ketersediaan bahan baku, dan kemampuan durabilitas. Secara faktual kemampuan industri perikanan dikawasan PPSNZ Jakarta tidak diragukan lagi dalam mengembangkan dan melakukan diversifikasi produk. Oleh karena itu menurut Porter 1990 diversifikasi produk merupakan salah satu persyaratan industri perikanan akan memiliki kemampuan bersaing dalam perdagangan global berarti dengan luasnya wilayah pemasaran produk perikanan dari Indonesia termasuk negara yang paling sulit ditembus pasarnya seperti Uni Eropa dan Amerika Serikat yang memiliki persyaratan mutu paling ketat maupun negara pesaing yang harus dihadapi berarti ketersediaan fasilitas pelayanan pemasaran di PPSNZ Jakarta berpengaruh dalam mendukung produk perikanan dalam perdagangan global DSG. Jika dikaitkan dengan kebijakan pembangunan PPSNZ Jakarta yang dilengkapi dengan segenap fasilitasnya, maka upaya meningkatkan optimalisasi PPSNZ Jakarta ini bertujuan untuk mendukung industri perikanan melalui penangkapan ikan dalam rangka penyediaan bahan baku industri berupa ikan, mengingat perikanan di Indonesia sebelum dibangun pelabuhan perikanan samudera masih didominasi oleh perikanan tradisional Murdjijo 1997. Hasil penelitian Sunarya 1996 menunjukkan bahwa hanya 60 saja hasil perikanan di Jawa dan Sumatera yang dimanfaatkan dalam keadaan segar tanpa pelayanan pelabuhan perikanan PPSNZ Jakarta. Demikian pula Clucas dan Basmal 1995 yang dikutip Sunarya 1996 menunjukkan bahwa kurangnya sarana pendukung pemasaran berupa tempat pelelangan ikan dan cold storage maupun pabrik es, pasokan air ternyata akan mempersulit mendapatkan bahan baku ikan untuk industri perikanan sehingga mempengaruhi kinerja industri dan akan menghambat kemampuan daya saing industri perikanan. Dengan demikian pelayanan PPSNZ Jakarta dengan variabel pelayanan logistik dan fasilitas pendukung industri berpengaruh terhadap daya saing global DSG.

4.4 Strategi Pengembangan Industri Perikanan Berbasis PPS

Strategi pengembangan industri perikanan berbasis PPS memasuki era globalisasi antara lain perlu langkah-langkah optimalisasi terhadap kedelapan faktor yang membentuk model industri perikanan berbasis PPS memasuki era globalisasi, karena setiap faktor saling berpengaruh secara signifikan. Sebagai dasar pemikiran strategi pengembangan industri perikanan berbasis PPS memasuki era globalisasi antara lain: 1 Keberadaan PPS akan menjamin kegiatan produksi penangkapan dalam kelangsungan penyediaan bahan baku industri perikanan. Hal ini cukup beralasan karena tanpa kesediaan bahan baku ikan cukup dan kontinyu sulit bagi kelangsungan kinerja industri perikanan terutama menghadapi pesaing dipasaran global.